Pernikahan Tanpa Cinta
Ini adalah hari pertama Mawar tidur di kamar yang tak diketahui sebelumnya.
Pertama kali ia membuka matanya yang sembab, karena terlalu banyak menangis tadi malam. Dihari pernikahannya terjadi tragedi yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.
Di dalam otaknya berpikir, apakah ini sebuah mimpi yang menjadi bunga tidur ataukah kenyataan pahit?
Ya! Ini adalah kenyataan, ketika Ia mencubit lengannya terasa sakit. Pertanda dirinya tidak sedang di alam mimpi.
Akhirnya Mawar bangun dari tidurnya, entah bisa disebut tidur atau tidak di malam itu, jika tidur maka mata akan terpejam, dan melupakan segala sesuatu, namun sesuatu itu tak hilang dari ingatannya, walau sebentar saja, akhirnya ia bangkit dan membuka tirai jendela kaca yang ada di rumah itu.
Ia mengamati sekeliling sepertinya hanya ia sendiri yang ada di dalam kamar itu.
Dan baju yang ia kenakan, masih baju yang dipakai tadi malam, yaitu atasan broklat warna putih dengan ekor menjuntai panjang dan bawahan jarik batik.
Masih sangat segar terlintas di ingatannya, bahwa ia tadi malam telah resmi menjadi istri seseorang, yang sama sekali tak di kenal.
Lelaki itu siapa?
Waktu itu adalah hari yang seharusnya sangat membahagiakan untuk Mawar, karena malam itu adalah malam dimana diadakan ijab qobul, serta digelar acara resepsi pernikahannya bersama Dimas, yang di hadiri oleh kerabat, dan teman kerja dari kedua mempelai.
Keluarga mempelai pria belum ada yang terlihat, namun semua undangan dan teman dari mempelai pria sudah hadir.
Acara ijab qobul seharusnya dilaksanakan satu jam yang lalu, dikarenakan mempelai pria belum hadir, maka ijab akan ditunda. Para undangan tentu masih bisa bersabar.
Namun setelah menunggu selama empat jam, para tamu sudah mulai tak nyaman, sebagian ada yang pulang, mulai lapar, serta ucapan kurang mengenakan hati mulai terdengar.
Keluarga Mawar mulai resah dibuatnya, begitu pula dengan Mawar, tak henti hentinya air mata keluar dari kedua sudut matanya, merusak semua make'up pengantin yang telah menempel di wajahnya menemani beberapa jam lalu.
Mawar gadis ayu, dengan tinggi badan 165cm, dengan kulit putih halus, mata yang indah serta bulu mata yang sangat lentik, ketika tersenyum nampak lesung pipinya. Hatinya sangat hancur, telah menunggu empat jam, calon suami tidak jua kunjung datang.
Sesungguhnya apa yang telah terjadi?... Mawar dan keluarganya tidak ada yang tau. Karena tiba-tiba handpone Dimas calon mempelai laki laki tidak aktif, nomor rumah juga tidak bisa dihubungi.
Ada teman Dimas yang mencoba untuk mendatangi rumah nya, ternyata tak ditemui satu orangpun, rumah tampak sepi tak berpenghuni.
Hanya ada Security yang berjaga
di luar gerbang. Ketika ditanya ia tidak tau apa-apa soal majikannya, yang ia tau hanya setelah mendapat telepon ia langsung pergi dan membawa koper besar, serta memesan tiket mendadak ke luar negeri, itu sedikit informasi dari penjaga rumah Dimas.
Teman Dimas, bernama Rinto, segera kembali, ia memberitahukan yang telah terjadi.
Segera melajukan kendaraan menuju gedung, dimana acara tempat pernikahan Mawar dan Dimas akan dilaksanakan.
Dengan terburu buru menghampiri Mawar, ia berbisik di telinganya tentang apa yang ia ketahui baru saja.
Setelah tahu semuanya, Mawar seperti hilang kekuatan tubuhnya lemas terkulai bak disambar petir. Tangisnya pecah seketika dan memeluk ibunya.
"Bu, tolong segera akhiri semua acara ini."
"Dimas tidak akan pernah datang lagi Bu! kenapa ini terjadi padaku, Bu! Apa kesalahan yang telah aku lakukan.
Sambil memeluk ibunya yang sedari tadi berada disampingnya. Bu Rasmi ikut menangis karena merasakan kesedihan yang amat dalam dan malu.
Hal seperti ini memang sangat memalukan bagi keluarga wanita, belum lagi nanti pasti akan banyak cemo,ohan dari tetangga.
"Baiklah nak,
Ibu akan memberitahu bapakmu, agar semua tamu untuk diperbolehkan pulang."
Mendapat perintah dari bu Rasmi, Bapak Mawar segera menuruti kemauan putrinya.
Mungkin ini sudah keputusan yang benar.
"Mohon maaf untuk semua, tamu undangan, Dan kerabat dekat. Karena suatu hal acara pernikahan ini dibatalkan" ucapnya dengan Mimik muka yang mulai tak menentu.
Kerabat dan undangan berangsur menuju pintu keluar.
"Pernikahan ini akan tetap berlangsung!" Suara lantang itu berasal Dari belakang.
Siapa laki laki itu?
Sontak semua mata tertuju kepada arah suara tersebut. Beberapa tamu undangan terheran.
Semua mata tertuju pada pria berhidung mancung, memiliki kulit warna kuning langsat, alis hitam dan tebal, tinggi badan sekitar175 cm, serta tubuh yang atletis usianya sekitar 27 tahun. Menandakan dia afalah pria yang rajin olah raga dan merawat tubuhnya. Dan Wajahnya sangat rupawan
"Kumohon jangan pulang dulu, tunggulah ijab qobul selesai," ucapnya.
"Bukankah kalian semua menunggu mempelai pria, ini aku sudah datang." Pria itu berjalan ke depan dengan memamerkan tubuh gagahnya.
kini pria itu berjalan menghampiri keluarga Mawar.
"Bukankah seperti itu Bapak? Ibu?"
"Apakah anda menyetujui, jika hari ini aku menikahi putrimu, akan lebih baik jika semua ini terjadi, bukankah ini demi kebaikan Mawar dan kalian semua," ucapnya lirih di samping pak Mizdi, ayahnya Mawar.
Pak Mizdi sangat bingung namun akhirnya mengangguk, tanda ia menyetujui usulan dari pria tersebut.
"Apakah kamu serius dengan ucapanmu."
Pak Misdi menatap lekat pria tak dikenal yang berdiri di depannya.
Pria itu tersrnyum dan sekali saja mengangguk.
"Penghulu bisa di mulai sekarang, mohon maaf jika telah menunggu lama." berjalan menghampiri penghulu dan duduk bersimpuh di depannya.
Mawar yang mendengar semuanya, semakin histeris, bulir-bulir air mata mulai membanjiri pipinya kembali. Ia merasa bahwa kini pernikahannya seperti sebuah lelucon.
"Ini tidak benar! iya kan Bu?" Meminta pembelaan dari Ibunya. "Mawar tidak tahu siapa?Apalagi mengenalnya Mawar mohon jangan dilanjutkan Bu..."
"Mawar tidak mengenalnya, hiks,hiks,hiks" ucapnya sambil terisak isak.
"Tidak ada pilihan lain nduk! Kamu ikuti Bapakmu saja," ucap Bu Rasmi menenangkan putrinya.
sebenarnya hatinya juga sangat sedih. Ia tidak tega memaksakan pernikahan ini.
***
Setelah tiga puluh menit kemudian Mawar dan Dirga adi wijaya, resmi menjadi suami istri yang sah.
Semua tidak dapat diduga, kalau ini terjadi. Dirga yang menjadi tamu undangan dalam acara, serta posisinya sebagai relasi kerja Dimas, malah kini menjadi suaminya.
Setelah semua selesai semua undangan lega, beberapa ada yang sedang menyantap hidangan, ada juga yang pamit memohon diri karena hari semakin larut malam.
"Sebaiknya kamu sekarang ikut aku,karena bagaimanapun kamu sudah sah menjadi istriku, dimata Hukum dan Agama.
Tidak benar jika kamu pulang bersama orang tuamu." tuturnya lembut kepada Mawar.
Karena itulah alasan kenapa sekarang Mawar berada ditempat asing ini, mungkin kebahagiaan atau penderitaan semua akan berawal dari sini. Menyesali seakan tiada berguna lagi. Sebaiknya di jalani saja.
Semua yang terjadi hari ini sudah pasti rencana Tuhan Yang Maha Kuasa, kita sebagai makluk, hanya bisa menjalani suratan takdirnya.
Dalam batin Mawar berkecamuk penuh tanda tanya, tubuhnya pun mulai lelah, banyaknya air mata yang terkuras, memikirkan apa saja yang telah terjadi.
"Dimas kamu sangat keterlaluan sekali, dihari pernikahan kita, kamu bisa bisa nya pergi, lalu apa selama ini kamu juga berbohong telah mencintaiku, klo iya kamu adalah pembohong hebat, ini berat sekali untukku, sungguh ini mimpi buruk, sulit rasanya memaafkanmu setelah ini
Air mata masih saja terus berlinang, membanjiri pipi dan baju putihnya, bercampur sisa riasan tadi malam, sehingga tak nyaman di gunakan lagi.
"Lalu, Siapa pria tadi malam?.... Yang telah menikah denganku?... Kenapa dia mengambil keputusan sebesar ini, bagaimana jadinya klo dia ternyata sudah beristri," berjuta tanya menyeruak kembali keluar dari otaknya.
"Aku harus mencari tau."
Mawar mengalihkan pandangannya dari jendela kaca didepannya. Kini melihat dirinya sendiri yang memprihatinkan.
Sepertinya aku harus mandi, tapi aku tak punya satupun baju ganti disini, matanya tertuju pada lemari besar yang ada dikamar itu.
"Apakah aku harus membuka lemari itu, mungkin disitu ada baju ganti".
Greeet.....! suara lemari besar itu, ketika di buka mawar terbelalak, karena yang ada cuma celana bokser, kaos dan ****** *****, Oh Tuhan, ini tentu semua baju pria, dengan buru buru menutupnya kembali dengan menyesal karena sudah berani lancang. ia berbalik dan menyandarkan tubuhnya pada lemari tersebut.
Tok..tok...tok, Non!, setelah pintu diketuk ada suara panggilan dari luar.
"Iya!". Mawar segera mendekat pintu, dipegangnya gagang pintu, dengan segera Ia membukanya.
"Non tadi tuan titip ini." Sambil menyerahkan dua bungkus paper bag.
Non kenapa mata non, bengkak sekali, apakah non lagi sakit" tanya Bi Susi lagi, Bi Susi nama ART nya Dirga usianya sekitar 52 tahunan.
"Tidak Bi, aku tidak sedang sakit." Mawar sedikit menyunggingkan bibirnya, sebagai tanda terima kasih, karena bibi telah mengantarkan baju ganti untuknya.
" Siapakah yang membeli ini, Bi?, Apakah jam segini, Orang itu sudah berangkat"
"Sudah nyonya, ini sudah jam delapan," ucap Bi Susi.
"Terima kasih, baju gantinya!"
"Sama-sama nyonya. ucap Bi Susi lagi sambil berlalu pergi.
Dengan segera Mawar menuju kamar mandi, ingin segera mengguyur badannya dengan air, badannya sudah terlalu letih begitu juga pikirannya.
Selesai mandi Mawar membuka baju di dalam paper bag tadi, dengan maksud ingin segera memakainya.
"Astaga! Kenapa baju nya segede ini, dia pikir aku gendut ya? Mawar menggeleng gelengkan kepalanya.
Tapi tak apalah kegedhean, daripada kekecilan, tapi kapan ia beli ya?" sambil tangannya merogoh paperbag yang satunya, ternyata isinya pakaian dalam wanita.
Selesai semuanya, Mawar bercermin sebentar, ia hanya menyisir rambutnya, dan tak ada niatan untuk memakai bedak atau lipstik.
Selesai merapikan diri, Mawar meraih ponselnya, jari jemarinya hendak menyalakan tombol aktif, namun diurungkan, ia berfikir pasti akan ada bertubi tubi pertanyan dari temannya, ia belum siap menjawab. Apa coba yang harus ia katakan?.. Mawar adalah salah satu karyawati di pabrik Garmen, dikota surabaya disana ia bekerja dan Dimas adalah pemilik pabrik tersebut .Cinta mereka tumbuh kuat dan kokoh seiring berjalannya waktu.
Namun sebenarnya Mawar membutuhkan jawaban dari Dimas. Apa alasan sebenarnya, mengingat ia sudah mengenalnya bertahun tahun. Setahunya lelaki itu sangat menyayanginya, walaupun di awal mamanya tidak setuju, namun akhirnya merestui juga.
****
Krucuk... Krucuk...
"Ih, aku lapar sekali" Perutnya mulai berdendang. Mau tidak mau Mawar harus turun kebawah, untuk mengisi perutnya yang sejak dari sore belum terisi.
Sampai di dapur, Mawar menghampiri bi Susi yang sedang mengaduk masakan. Tangannya menggenggam spatulanya di dalam panci penggorengan.
"Masak apa, Bi?Sepertinya sedap sekali?" Mawar membuka pembicaraan terlebih dahulu.
"ini Nyonya tumis kangkung, kesukaan bibi, enak sekali apa Nyonya juga suka?. Biasanya kalo dikampung saya suka metik sendiri di sawah non,rasanya lebih nikmat kalo baru metik". curhat bibi
"Klo non mau makan yang lain sudah ada di meja makan. Soalnya setiap pagi Tuan suka sarapan dirumah. Jadi udah Bibi siapin, Klo di kerja,an suka lupa makan". Bibi menjelaskan panjang lebar tentang kebiasaan Tuannya.
"Iya makasi,Bi".
"Aku makannya pake kangkung aja, sama kaya Bibi".
Mawar tersenyum setidaknya ia punya teman baru dirumah ini.
Mawar bergegas mengambil piring yang berisi nasi, ia menuangkan oseng kangkung diatasnya.
"Mari Bi!, kita makan bersama di meja makan." Ajak Mawar pada Bi Susi.
"Ayok Bi, mari!" Ajak Mawar lagi.
"Baik, Non." Bibi dan Mawar berjalan menuju meja makan. Mereka berdua mengawali sarapan pagi ini.
Sambil mulai menyuapi nasi ke bibir mungilnya, Mawar bertanya lagi.
"Rumah nya sepi kemana Mama dan Papanya Dirga?"
"Tuan disini sendiri non, sebenarnya pindah kesini supaya dekat dengan pekerjaan.
Sebenarnya orang tuanya tinggal di Jogja, Elisa adek Tuan masih sekolah SMA disana."
Tuan orangnya mandiri non, ia mengawali usahanya ini semua dari nol.
" Ooooo." Mawar manggut manggut.
Bibi banyak tau ya? Mawar sambil meraih gelasnya dan meneguk air putih tersebut.
"Apa mas Dirga udah beristri?." Mawar masih bertanya lagi dan lagi.
"Uhuk...! Uhuk....!"
Bibi langsung tersedak dengan minumannya. Heran dengan pertanyaan yang satu ini.
"Bukankah tadi malam baru saja menikah dengan non Mawar." Ucap Bibi
Mawar mengusap dahinya, segera menyadari pertanyaannya tadi.
Ia dapatkan jawaban klo, Dirga suaminya, ternyata belum pernah menikah, selain dengan dirinya. Mawar menyudahi sarapannya hari ini, ia bergegas ke wastafel untuk mencuci tangan. Dan kembali ke kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Diana Susanti
kayaknya seru,, lanjut kak
2022-12-10
0
Lina Lina
iya bi sedang sakit hati..sakiiit banget 😥😥😥
2022-08-31
0
Lina Lina
bener thor..jadi jalani aja dgn ikhlas
2022-08-31
0