Semangat Yang Chen membara luar biasa, dia berlari tanpa henti. Mereka sampai di sekte saat matahari terbenam.
Perjalanan yang mestinya ditempuh tiga hari, menjadi satu hari. Karena faktor kemampuan tenaga dalam dan ilmu ringan tubuh yang tinggi.
Zhuang An, akhirnya mengerti mengapa Gurunya ini begitu hebat, bila dibandingkan dengan pendekar lain yang seumuran. Ya benar! Itu karena semangatnya yang membara luar biasa.
Oleh karena itu, Zhuang An berjanji pada dirinya sendiri, akan berusaha dengan sungguh-sungguh agar bisa seperti Gurunya.
Sekte Pedang Langit, adalah Sekte Besar aliran putih, anggotanya mencapai empat puluh ribu pendekar. Dengan lokasi terletak di kaki Gunung Walet. Pemilihan lokasi ini, dikarenakan Gunung Walet kaya sumberdaya yang cocok untuk pendekar, misalnya Mutiara Walet Putih, tumbuhan herbal yang langka, serta beberapa batu mulia yang sangat berguna untuk perkembangan pendekar.
Sekte ini, mirip sebuah kota besar. Wilayahnya luas, bangunannya megah dan bagus- bagus sesuai dengan fungsinya untuk mencetak pendekar berkwalitas tinggi.
Walaupun, Zhuang An sampai di gerbang sekte sudah agak malam, tetapi suasana masih ramai dengan anggota dan murid-murid sekte.
Zhuang An langsung diajak masuk ke wisma murid. Setelah merapikan kamarnya bocah itu segera mengingat benda khusus pemberian kakeknya.
Dia membuka bajunya, ada kain kecil yang dijahit pada baju tersebut mirip tambalan. Kain putih tersebut terlihat polos kosong tidak ada apa-apanya.
Zhuang An mengambil buah jeruk nipis di sakunya, kemudian meneteskan air jeruk di kain itu. Dan tampaklah tulisan-tulisan yang mirip dengan mantra.
Zhuang An membacanya berulang-ulang, setelah beberapa kali membaca dia berkesimpulan, bahwa kemungkinan tulisan tersebut adalah doa atau mantra yang berguna untuk sesuatu yang penting.
Pagi hari, setelah dia berpenampilan rapi, Gurunya mengajak untuk mengurus keresmiannya menjadi murid Sekte.
Bocah kecil ini benar-benar terkejut, pasalnya ia melihat pria yang melayani, adalah orang yang ada di dalam mimpinya tadi malam. Dia berpikir kok bisa begini..?
Belum hilang keterkejutannya, tiba-tiba datang Seorang Tetua Pendekar Wanita sangat cantik, tetapi sudah berumur sekitar 36 tahunan. Dia tambah kaget lagi, karena dia juga mengenali pendekar ini di dalam mimpinya sebagai Pendekar Zhang Mei.
Zhuang An merenung : "Mungkinkah itu efek dari mantra yang aku baca tadi malam?! Hemh...! Bisa jadi demikian, hanya saja itu masih harus dibuktikan lebih lanjut."
Zhuang An kemudian menerima beberapa baju dan jubah berlambang Sekte Pedang langit, yang cocok untuk bocah enam tahunan. Dengan berbagai warna, tetapi semuanya berlambang pedang dan langit biru cerah.
" Tetua Yang..! Ini murid barumu ?." Tetua Zhang Mei menyapa Guru Yang Chen.
" Benar ! Apa ada yang menarik Senior Zhang..?." Yang Chen menjawab ramah.
" Wajah muridmu, tidak seperti anak-anak " Kekaisaran Tang !" Bola matanya cerah, bibirnya tipis dan hidungnya tajam seperti Paruh Burung Bangau."
Yang Chen tertawa: " Ahahaa...! Senior ! Muridku hidungnya memang bagus, tetapi Paruh Burung Bangau sepertinya berlebihan."
" Hahaa...! iya sih !" Tetua Zhang Mei tertawa juga menimpali tawa Yang Chen.
*****
Wisma Dua Puluh Pedang Angin, terdiri dari beberapa bangunan. Ada bangunan khusus guru, dan ada bangunan khusus murid. Salah satunya yang di tempati murid pertama Yang Chen, yaitu: Huang Liang, dia berumur dua belas tahun.
Anak itu berbakat, baik hati, dan semangat seperti Gurunyan, sehingga kemampuannya juga sudah cukup tinggi.
Keberadaan Huang Liang begitu membantu Zhuang An, karena dia sangat perhatian terhadap adik seperguruannya itu. Mungkin karena sama-sama sudah tidak mempunyai keluarga, sehingga dia menganggap Zhuang An seperti adik kandungnya sendiri.
" An er! Jangan sungkan ! Kita ini saudara. Kau adikku, jadi apapun akan aku bantu"
" An er! Berlatihlah denganku! Aku akan membimbingmu."
Demikian, perhatian Huang Liang. Membuat Zhuag An merasa memiliki keluarga utuh. Dan itu, menjadikan dirinya tambah bersemangat.
Tidak jarang dia mengajak Zhuang An berlatih di wismanya, karena perangkat latihannya lebih lengkap, dibanding Wisma milik Zhuang An. Misalnya beberapa sistem boneka kayu seukuran pria dewasa, yang dilengkapi dengan pedang sungguhan.
Maklum, asrama Zhuang An baru ditempati, jadi perangkatnya belum lengkap.
Yang Chen memberikan beberapa prioritas latihan awal Zhuang An. Agar bisa memaksimalkan potensinya untuk menjadi Pendekar Tangguh. Pertama; Tentu membangun pondasi kekuatan tubuh dan tulangnya agar bisa menyimpan energi dan tenaga dalam berjumlah besar.
Untuk ini, membutuhkan sumberdaya yang tidak murah. Dan Yang Chen memiliki beberapa simpanan berupa jahe merah, gingzeng merah, gingzeng air, mutiara walet putih dan bahkan, beberapa Permata Perdu Dahlia.
" An er! Mari ...! Kita coba berlatih tehnik tenaga dalam kitab pedang angin!" Huang Liang sangat bersemangat berlatih dengan adik seperguruannya, karena sebelum ini, jika tidak ditemani Gurunya dia selalu berlatih sendirian.
" Baiklah! Ajari aku mengekstrak sumberdaya ! " Zhuang An mengkonsumsi satu jahe merah secara langsung.
Sementara, Huang Liang menyalurkan energinya, agar sumberdaya itu terserap dengan baik.
Huang Liang dengan antusias, terus membantu Zhuang An memproses sumberdaya tersebut. Dengan kemampuan tenaga dalamnya yang sudah mencapai Seratus Dua Puluh ME (Mega Energi) tentu, hal tersebut sangat efektif.
Itu merupakan tenaga dalam yang sungguh hebat, untuk ukuran anak dua belas tahun. Dikarenakan Huang Liang memiliki bakat bagus, maka hal ini menjadikan pihak sekte tidak ragu memberikan sumbedaya mahal.
Dan juga faktor Kitab Pedang Angin, yang memiliki Tehnik Pondasi Tenaga dalam tingkat tinggi, membuat Huang Liang mendapatkan pencapaian tersebut.
Tenaga dalam Huang Liang, begitu bermanfaat untuk mengekstrak Sumberdaya yang dibutuhkan. Hanya saja Yang Chen memperingatkan agar jangan sampai Over Dosis.
Karena, untuk saat ini Huang Liang belum menguasai Tekhnik Alkemia dengan baik.
Untuk proses itu, Zhuang An hanya berani mengkonsumsi satu sumberdaya perhari.
Padahal, Yang Chen menyiapkan berbagai sumberdaya yang beraneka ragam.
Baik yang sudah diproses melalui tekhnik Alkimia ataupun yang masih berbentuk sumberdaya alami.
Namun demikian, dia sudah bisa merasakan tenaga, otot, dan tulangnya bertambah kuat tiap harinya.
Dan setelah tiga bulan kemudian:
" Liang gege! Aku sekarang bisa mengangkat batu cukup besar, atau berlari ke kaki gunung." Dengan semangat Zhuang An mendatangi wisma kakak seperguruannya.
" Apa perlu dicoba,?!" Huang Liang bertanya.
" Iya iya...! Ayo kita coba !" Bocah kecil itu bertambah imut saat bersemangat.
Huang Liang minta ijin Gurunya, mengajak Zhuang An, untuk berlatih fisik di kaki gunung yang berlokasi di sebelah kiri benteng sekte.
Tempat itu, biasanya juga ramai dengan murid-murid sekte yang berlatih, dan mencoba kekuatan fisiknya. Karena pada dasarnya, lokasi Sekte Pedang Langit, memang berada di kaki Gunung Walet. Dan di bagian belakang benteng Sekte, tiga kilo meter lebih sedikit sudah laut.
" Liang gege! Tempat ini begitu menyenangkan, sejuk dan banyak temannya." Zhuang An penuh antusias.
" Och tentu!, Ini tempat yang cocok untuk berlatih fisik. Ayo kita mulai! " Zhuang Liang memandu.
Zhuang An berlari ke arah yang lebih tinggi bagian gunung. Sementara Huang Liang, menghitung kecepatannya. Hasil dari lima puluh kali berlari secara intens, kecepatannya adalah: dua puluh meter perdetik.
Huang Liang puas, dengan hasil yang diraih adik seperguruannya. Jika, Zhuang An sudah memiliki tenaga dalam dan ilmu ringan tubuh, tentu ini akan lebih baik.
Zhuang An duduk istirahat, ditemani Huang Liang. Dia melihat beberapa anak muda lain berlatih jurus pedang angin dengan mahir, hingga menimbulkan suara angin berderu.
Namun, ada juga beberapa murid, yang berumur sekitar delapan belas tahun, berlatih jurus pedang api. Pedangnya mengeluarkan api sampai dua puluh meter jauhnya.
" Liang gege! Apakah mereka juga murid Wisma Pedang Angin?." Bocah itu bertanya.
" Benar ! Mereka yang berlatih di sebelah selatan, adalah murid Tetua Pedang Angin Wisma Satu. Sedang untuk murid yang berlatih di sebelah utara, itu adalah murid Tetua Pedang Api " Jawab Huang Liang.
" Kalau kita, murid Tetua Pedang Angin Wisma berapa?." Zhuang An penasaran.
" Jadi, Tetua Pedang Angin itu, ada dua puluh. Dari Wisma Satu sampai Wisma Dua Puluh tentunya. Nah! Kita ini murid Tetua Pedang Angin Wisma Dua Puluh. Tulisan di depan Wisma Guru, yang ditempati Guru Yang Chen, kamu tidak pernah membacanya ?." Huang Liang bertanya pada adiknya.
" Emm... Aa..! Aku kurang perhatian ." Zhuang An menjadi sedikit malu dan kurang nyaman.
" Tetua Pedang Angin Wisma Satu, memiliki anggota lima ratus murid. Cuma Tetua Pedang Angin Wisma Dua Puluh, yang paling sedikit muridnya. Ya cuma kita berdua ini! ." Huang Liang menjelaskan.
*****
Sehari berikutnya, di Wisma Pedang Angin, Yang Chen mengelus kepala Zhuang An, kemudian duduk dan menjelaskan tentang Sekte Pedang Langit.
" Kamu terlalu fokus pada latihan saja, sampai tidak memahami lingkunganmu. Jadi begini: Sekte Pedang Langit adalah...."
Yang Chen menjelaskan! Bahwa, Sekte Pedang Langit ini, didirikan langsung oleh Sang Legenda Pendekar Dewa Langit, sebelum kepergiannya, sekitar dua ratus tahun yang lalu.
Dengan Lima Kitab Pengguncang Dunia, sebagai Rujukan Utama, ya itu :
Kitab Pedang Elemen Api.
Kitab Pedang Elemen Angin.
Kitab Pedang Elemen Air/Es.
Kitab Pedang Elemen Petir dan
Kitab Pedang Langit.
Hanya saja, Kitab Pedang Langit tidak boleh dipelajari, selain Keluarga Ketua Sekte, atau Tetua yang dipandang pantas oleh "Dewan Tinggi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Raimon
Trus Cerita ini dizaman apa yaa...kok ada istilah ME...Mega Energi....
2022-12-09
0
Raimon
kok lali lali sama laki laki panggilnya Gege....Geger deh....hahahaa....LGBT x yaa
2022-12-09
0
Andri Taufi Juanda
jangan lupa klik vote dan favorit
2022-10-11
0