Kembali dari awal kisah dimulai : Sesungguhnya, kisah ini bercerita tentang Zhuang An, bocah belia dan tampan. Dia calon Pendekar Dewa Langit, dan masih keturunan ketujuh dari Sang Legenda Pendekar Dewa Langit sebelumnya.
Bocah kecil itu, tinggal di sebuah desa yang sejuk dan damai. Terletak di bawah kaki gunung ChangBai. Wilayah yang masih kekuasaan Kaisar Tang.
Kekaisaran Tang terletak di sebuah Benua Asia yang bertetangga dengan 7 negara : Chenla, Pyu, Negeri Suku Mongol, Negeri Tibet, Negeri Jie Xia( Gurun Srigala), Khitan (Negeri Pagar Tebing), dan Uyghur Xinjiang (Negeri Panda Putih).
Suatu ketika, desanya diserang dua Sekte Aliran Hitam, yaitu Sekte Naga Hitam dan Sekte Taring Naga.
Dan berahirlah nasibnya di tangan Sekte Taring Naga. Jika tidak dijual, pasti dibunuh.
Siang itu, di pasar budak, anggota Sekte Taring Naga, menjual beberapa tawanan. Semua habis dibeli saudagar langganan.
Tetapi, ada satu yang tidak bisa dijual, ya itu bocah umur 6 tahun, kurus, dikotori bekas darah kering yang menggumpal.
Namun, tiba-tiba ada empat pendekar bersama seorang gadis kecil pemberani umur 5 tahun. Selain itu ia juga cantik wajahnya cerah seperti cahaya rembulan malam. Mereka berjalan ke arah kelompok anggota sekte aliran hitam.
"Paman! Tolong bocah itu! Ayo paman..! Kasihan dia begitu.! " Kata Si gadis kecil.
Si gadis kecil imut itu, menarik tangan Pendekar yang mengawalnya, sambil menunjuk dia memaksa dan merajuk.
"Siaocia ( Nona muda )! Tenang...! Aku akan menolongnya". Kata Pendekar yang mengawalnya.
Pendekar itu akhirnya bergerak, menuruti kemauan gadis tersebut, dia mendekati tawanan yang dimaksut.
"Apakah kalian ingin menjual bocah itu !?" Kata Pendekar Pelindung.
Pendekar aliran hitam menoleh, dan berkata: " Tentu saja! Dua puluh keping emas! Bagaimana ?"
"Tidak boleh kurang ?!." Pendekar Pelindung bertanya.
"Tidak bisa! Tidak boleh kurang dari itu! ". Jawab Pendekar aliran hitam, tanpa ragu.
"Baiklah !".Tanpa banyak kata pendekar itupun membayarnya.
*****
Setelah selesai, Pendekar tersebut mengajak rombongannya makan di sebuah kedai.
" Kamu..! Siapa namanya !?" Tiba-tiba Si gadis kecil bertanya.
" Zhuang An! " kata sibocah laki-laki singkat.
Mendengar jawaban tersebut, Si imut menjadi bersemangat.
" Aku Fang Xiang, dan ini Paman Wu Ming dan itu....". gadis tersebut mengenalkan semua yang mengawalnya.
Fang Xiang terus berceloteh dengan riang. Dia senang mendapatkan teman sebaya, dan mulai berbicara tentang berbagai hal yang diminatinya.
Tampak dari caranya bercerita, gadis itu menunjukkan kecerdasan yang tinggi, dan kapasitas kedewasaan yang melebihi umurnya.
Zhuang An, yang awalnya diliputi kesedihan, perlahan terbawa suasana hati Fang Xiang yang dipenuhi keceriaan.
Perlahan, dia mulai merasa ada kehangatan yang menyelimuti hati, serta membangkitkan semangat hidupnya yang hampir mati.
Gadis kecil itu, betul-betul mengingatkan bagaimana rasa bahagia bersama ibunya yang telah meninggal setahun yang lalu karena sakit asma.
Semasa hidup ibunya yang cantik itu, selalu memberi semangat dengan bercerita berbagai hal yang menarik.
" Jin er! Belikan pakaian bocah ini, dan bersihkan dia!." Wu Ming tiba-tiba berbicara pada Qiao Jin.
" Baik! Ming gege!" Qiao Jin menjawab cepat perintah kakak seperguruannya.
Setelah selesai, dan semua urusan sudah tuntas. Mereka segera bergegas mengendarai kereta kuda Sekte Istana Bunga.
Dan saat hari mulai malam, mereka tiba di sebuah Penginapan. Rombongan berkumpul, duduk bersama di ruang tamu yang di tengahnya terdapat meja makan dari kayu.
Pada saat itulah, muncul seorang Pendekar Satria. Dari wajahnya Pendekar itu masih sangat muda.
Wu Ming, mengenalinya sebagai Pendekar Yang Chen dari Sekte Pedang Langit, karena Pendekar itu, pernah membantu dirinya saat dalam posisi sulit.
Wu Ming segera berdiri dan menghampiri pendekar tersebut.
Dengan hormat, Wu Ming menyapa dan mengajak Pendekar Satria satu ini untuk bergabung di meja kayu.
Melihat keramahan yang Wu Ming tunjukkan, Yang Chen tidak ingin mengecewakan, ia ikut duduk bersama mereka.
Saat makan, Yang Chen justru memperhatikan dua bocah kecil di depannya. Dia tidak menutupi rasa ketertarikannya, menurutnya Dua Bocah ini sangat unik.
Malam itu, setelah menikmati hidangan yang lezat, dua bocah kecil itupun segera terlelap dengan cepat.
Namun, ketika tepat tengah malam, malah terjadi keributan.
Zhuang An mencoba mengintip dari jendela, dia melihat Pendekar Yang Chen baru saja akan membereskan lawan, tetapi dari belakang ada pendekar yang menyusup bermaksud menusuknya.
Melihat hal itu, Zhuang An melepas kancing jendela dan kemudian mendorong jendela sekuat-kuatnya, Zhuang An yang terlahir dengan kwalitas tulang naga muda memiliki energi yang hebat.
" DUEER.."
Jendela itu terbuka dengan keras, dan sudut jendela tepat mengenai pelipis Pendekar tersebut hingga berdarah.
" Aaach...!".
Pendekar itu kaget dan berteriak karena sakit, kepalanya puyeng seperti linglung.
Yang Chen segera mengahiri lawannya dan menghadapi Pendekar yang terkena sudut jendela tersebut.
Dalam sekali serangan dengan mengunakan jurus andalannya, Yang Chen dengan segera dapat membereskan pendekar tingkat. ahli itu.
Kemudian, Wu Ming dan temannya muncul, dengan baju bersimbah darah yang membasahi, tetapi bukan darahnya sendiri.
" Pendekar Yang...! Terima kasih! Sekali lagi anda telah membantu kami." Wu Ming memberikan hormat dan mengucapkan terimakasih dengan tulus .
" Sepertinya, mereka mengincar anak laki-laki yang kalian bawa !?." Yang Chen membuka pembicaraan.
" Ya..! ya..! Kelihatannya memang begitu." jawab Wu Ming sambil berpikir dan mengingat sesuatu.
Lantas, Yang Chen dan Wu Ming bergegas ke kamar Zhuang An.
Yang Chen : " Zhuang an..! yang tadi itu kamu hebat..! Sekarang, kamu bisa tenang, keadaan sudah aman, terkendali."
Wu Ming : " Zhuang An ! Bisa kamu ceritakan, mengapa kamu jadi incaran mereka !?".
" Me..mereka mencari Kitab!." Zhuang An menjawab cepat sedikit agak gugup.
"Kitab?!." Yang Chen dan Wu Ming kompak.
" Kitab Pusaka Dewa! Mereka berpikir kami menyimpannya." Zhuang An menceritakan desanya diserang orang-orang dari Sekte Taring Naga Hitam.
Dalam serangan itu, banyak warga desa yang tewas terbunuh. Bahkan, ayahnya yang kepala desa juga dibunuh, setelah di introgasi tentang keberadaan Kitab Dewa yang dimaksut.
Zhuang An yang tinggal di kaki gunung ChangBai, desa "Rumput Badak" dan juga beberapa warga desa lainnya tertawan lalu berahir dijual di pasar budak.
Mendengar cerita Zhuang An, Yang Chen berkesimpulan bahwa yang mengincarnya malam ini, adalah kelompok lain yang masih penasaran tentang Kitab Sakti.
Jadi, masih ada kemungkinan munculnya kelompok berbeda, yang juga terobsesi pada Kitab yang sama, karenanya mereka harus waspada.
" Pendekar Yang...! Situasi di Sekte Istana Bunga, tidak memungkinkan untuk membawa Zhuang An kesana, karena Sekte kami masih menutup diri dengan sebab tertentu. Untuk itu, bagaimana kalau junior ini menyerahkan Zhuang An kepada Senior.?" Wu Ming sangat berharap kesediaannya Yang Chen.
Yang Chen memperhatikan Zhuang An dengan lebih teliti, menurutnya anak itu memiliki bakat, dan potensi yang tinggi.
Sikap sopan dan perkataannya mudah dipahami, hal itu menunjukkan kecerdasan serta baik hati. Tulang-tulang yang berenergi juga berarti bakat yang mumpuni.
Selain itu, bocah tersebut baru mengalami musibah besar, tetapi dia masih tampak tegar.
Yang Chen baru memiliki satu murid pertama. Jadi, dia bermaksud menjadikan Zhuang An sebagai murid kedua di Wismanya.
"Zhuang An! Maukah engkau ikut denganku ?!" Yang Chen bertanya.
Zhuang An mengangkat wajahnya, kemudian melihat ke arah sebelah. Wu Ming tersenyum dan mengangguk cerah.
Melihat reaksi Wu Ming, Zhuang An menjawab dengan ramah : " Baiklah! Junior yang sederhana ini, bersedia menjadi murid dan berjanji akan taat mengikuti petunjuk Guru ".Zhuang An melakukan Kongkwo tiga kali.
Yang Chen merasa puas dengan jawaban Zhuang An, dia mengelus kepala sibocah enam tahunan tersebut.
" Bagus! Sekarang istirahatlah!, malam masih panjang." Yang Chen menasehati sedikit.
Pagi hari, setelah sarapan Yang Chen dan Wu Ming bermaksud melanjutkan perjalanan bersama, karena searah mereka ahirnya mengendarai salah satu kereta kuda Sekte Istana Bunga, sementara tiga rekan Wu Ming berada di kereta belakangnya.
Selama perjalanan itu, Fang Xiang tampak ceria, karena Zhuang An selalu mengajak bermain dan bercerita.
Dia senang sekali, sebab bocah laki-laki itu memiliki kisah yang unik dan menarik, serta piawai dalam memperagakan karakter besar maupun kecil yang dikisahkannya, sehingga membuat Si Kecil Fang Xiang tertawa terpingkal-pingkal.
" Ahaahaa....!" Suara tawa selalu bergema.
" An gege...! Kamu lucu banget." Begitulah suara Fang Xiang terdengar.
Bahkan, Zhuang An juga mahir menirukan monyet atau kucing yang dia ceritakan. Suaranya juga mirip dengan beberapa hewan besar seperti beruang sehingga membuat Fang Xiang tertawa riang.
" Xiang er,! Coba tirukan gaya ceritaku..! Zhung An meminta bergantian untuk beraksi.
Sebaliknya, Fang Xiang juga pandai menirukan gaya Zhuang An, saat memperagakan berbagai binatang yang dikisahkan.
" Dua bocah yang cerdas!" Pendekar Yang Chen memuji dengan pantas.
Suasana di kereta menjadi lebih hidup, lebih caria , karena Yang Chen dan Wu Ming juga ikut tertawa melihat tingkah dua bocah belia tersebut.
Perjalanan yang mereka tempuh tak terasa sudah melewati tujuh hari-tujuh malam. Mereka melewati " Hutan Zungxie " yang dihuni ribuan Burung Puyuh.
Bahkan mereka sudah sampai " Kota XiaFu."
Tak jarang mereka singgah di tempat yang indah dan menyejukkan, seperti " Hutan Persik, " yang dipenuhi berbagai macam bunga menawan, serta menyenangkan, karena bertepatan saat ini adalah musim semi.
Atau juga melewati lembah yang terdapat berbagai warna kupu-kupu dan bunga yang wangi bermekaran. Seperti yang sedang mereka lewati sekarang.
Semua itu, membuat kedekatan Zhuang An dan Fang Xiang semakin terasa seperti dua burung yang sedang terbang bersama.
Namun, situasi segera berkembang. Mereka menyadari dalam dua jam ini telah diintai musuh yang mengincar Zhuang An dan Fang Xiang.
Saat istirahat, Fang Xiang sedang bermain mengejar kupu-kupu di dekat kereta kuda, tiba-tiba Yang Chen terburu-buru membawanya ke dalam kereta, gadis kecil itu terkejut dibuatnya.
" Lindungi anak-anak! Aku akan menghadapi mereka.!" Yang Chen melompat keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Andri Taufi Juanda
jangan lupa klik vote dan favorit
2022-10-11
1
Bagus Genthong
semoga aja cerita ini terputus.....
2022-09-30
1
Wak Jon
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2022-08-22
1