Rahasia di Balik Meja Direktur”
📍Ruang kerja Pak Julian, 08.02 pagi
Kabut tipis dari sisa hujan dini hari masih membekas di kaca jendela lantai 12. Lampu ruangan temaram
Hanya cahaya dari layar laptop di meja yang menyala sendirian…
Dan tubuh Pak Julian terbujur dingin di sampingnya.
O'Brian (Detektif)
Saya baru tiba.
O'Brian (Detektif)
Tubuhnya dingin, tak ada tanda perlawanan.
O'Brian (Detektif)
Tapi ini… menarik.
Bayu (Petugas Polisi)
Kopi itu, Pak… tumpah di dekat tangannya.
Bayu (Petugas Polisi)
Tapi nggak ada luka, gak ada darah.
Bayu (Petugas Polisi)
Seperti... ya, mati begitu saja.
Bayu (Petugas Polisi)
Mati.
Bayu (Petugas Polisi)
Listrik padam semalam jam 10.
Bayu (Petugas Polisi)
Hujan lebat, sambaran petir juga sempat bikin genset ngadat.
📍O'Brian berdiri sejenak, menatap layar laptop yang masih menyala. Ada satu dokumen terbuka—hanya satu kalimat tertulis di sana, seolah menjadi catatan terakhir.
O'Brian (Detektif)
Laptopnya masih menyala.
O'Brian (Detektif)
Lihat ini...
“Dia tidak pernah minum kopi tanpa gula. Tapi tadi malam… dia meminumnya.”
Bayu (Petugas Polisi)
Hah?
Bayu (Petugas Polisi)
Maksudnya gimana, Pak?
O'Brian (Detektif)
Terdengar seperti pesan.
O'Brian (Detektif)
Kalimat ini... terlalu pribadi.
O'Brian (Detektif)
Dia tahu ada yang tidak beres dengan kopinya.
Bayu (Petugas Polisi)
Pak Julian punya alergi ya?
O'Brian (Detektif)
Ada kemungkinan Alergi parah terhadap pemanis buatan, bukan gula.
O'Brian (Detektif)
Kalau seseorang menaruh pemanis itu… bahkan satu sendok bisa membunuhnya.
Bayu (Petugas Polisi)
Jadi ini… pembunuhan?
O'Brian (Detektif)
Belum bisa disimpulkan
O'Brian (Detektif)
Tapi motifnya… mungkin tersembunyi di balik rasa manis yang salah.
Bayu (Petugas Polisi)
Ini daftar terakhir yang berinteraksi dengan korban
Bayu (Petugas Polisi)
Pertama Mira, asisten pribadi. Biasanya yang buatkan kopi. Tapi kemarin sore pulang cepat karena sakit kepala.
Bayu (Petugas Polisi)
Kedua Dimas, Kepala IT. Beberapa hari lalu sempat ribut dengan Julian soal proyek yang dipotong anggaran.
Bayu (Petugas Polisi)
Yang ke tiga Clara, Kepala HRD. Dikenal dekat dengan korban, tapi minggu ini sempat adu argumen soal rencana PHK besar-besaran
O'Brian (Detektif)
Mulai dari Mira
O'Brian (Detektif)
Siapkan ruang wawancara.
O'Brian (Detektif)
Saya akan lihat apakah kepalanya benar-benar sakit… atau ada yang lebih dari itu.
📍Langkah O’Brian menggema di lorong marmer gedung, menuju ruang kecil di lantai bawah tempat saksi akan diperiksa. Di balik sorotan matanya yang tenang, misteri mulai merangkai benang-benang tersembunyi.
📍Ruang wawancara internal, pukul 09.12 pagi.
Cahaya dari lampu LED di langit-langit menyinari meja besi di tengah ruangan. Suasananya hening, hanya terdengar dengung AC. Mira duduk di seberang O’Brian, jemarinya saling menggenggam, gelisah.
O'Brian (Detektif)
Terima kasih sudah datang, Mira.
O'Brian (Detektif)
Kamu pulang lebih awal kemarin?
Mira (Asisten Pribadi)
Iya, Pak. Kepala saya pusing sejak siang.
Mira (Asisten Pribadi)
Saya pamit jam 4 sore, ada laporan juga di HRD.
Mira (Asisten Pribadi)
Bisa dicek.
O'Brian (Detektif)
Kopi terakhir untuk Pak Julian…
O'Brian (Detektif)
siapa yang menyiapkannya?
Mira (Asisten Pribadi)
Biasanya saya.
Mira (Asisten Pribadi)
Tapi kemarin saya gak buat apa-apa.
Mira (Asisten Pribadi)
Kalau malam, biasanya Pak Julian bikin sendiri.
Mira (Asisten Pribadi)
Atau… Clara kadang datang malam-malam bawa teh.
📍O’Brian mencatat cepat. Dada Mira naik-turun, seperti menahan sesuatu.
O'Brian (Detektif)
Ada alasan kenapa kamu terlihat terburu-buru kemarin sore?
Mira (Asisten Pribadi)
Saya… jujur aja, Pak Julian akhir-akhir ini agak berbeda.
Mira (Asisten Pribadi)
Suka marah tanpa sebab.
Mira (Asisten Pribadi)
Katanya mau ganti asisten.
Mira (Asisten Pribadi)
Tapi saya gak pernah berniat jahat…
📍O’Brian menatap matanya sejenak. Lalu beranjak. Sebuah puzzle kecil mulai tersusun, tapi belum lengkap.
📍Beberapa menit kemudian, ruang server IT, lantai 8. Bau logam dan hawa dingin dari pendingin ruangan menyambut O’Brian. Dimas sedang duduk di depan terminal, matanya sembab tapi tajam.
O'Brian (Detektif)
Proyekmu dipotong Julian?
Dimas (Kepala IT)
Ya. Proyek AI yang saya rancang setahun dipotong setengah jalan.
Dimas (Kepala IT)
Dia bilang... nggak ada dana. Padahal minggu lalu dia baru beli mobil baru.
Dimas (Kepala IT)
Tapi saya nggak sepicik itu, Pak.
O'Brian (Detektif)
Kamu orang terakhir yang pulang?
Dimas (Kepala IT)
Iya. Jam 9 malam saya masih di sini.
Dimas (Kepala IT)
Hujan makin deras.
Dimas (Kepala IT)
Saya ingat
Dimas (Kepala IT)
Sebelum turun, saya lihat Clara naik lift ke atas. Sendiri.
O'Brian (Detektif)
Kenapa tidak bilang dari tadi?
Dimas (Kepala IT)
Saya pikir dia ke ruang HRD...
Dimas (Kepala IT)
Tapi sekarang saya ragu.
📍Lift tua berderit pelan, membawa O’Brian ke lantai manajemen. Pintu ruang HRD terbuka sedikit. Clara sedang menatap jendela, secangkir teh masih hangat di tangannya.
O'Brian (Detektif)
Pagi yang tenang untuk seseorang yang baru kehilangan kolega dekatnya.
Clara (Kepala HRD)
Saya... masih terkejut.
Clara (Kepala HRD)
Kami memang sering berbeda pendapat, tapi Julian itu teman saya.
Clara (Kepala HRD)
Saya bahkan mampir tadi malam untuk membicarakan rencana PHK.
Clara (Kepala HRD)
Dia minta kopi.
Clara (Kepala HRD)
Tapi tidak ada gula.
Clara (Kepala HRD)
Saya tahu dia alergi pemanis, jadi saya gak tambahkan apapun.
📍O’Brian diam. Jantungnya berdetak lebih cepat, bukan karena curiga, tapi karena pernyataan itu…
O'Brian (Detektif)
Tidak ada gula… dan kamu tidak menambahkan apapun?
Clara (Kepala HRD)
Tidak, saya... saya pikir dia tahu itu.
📍Langit mulai cerah di luar, tapi kabut mulai menyelimuti pikiran O’Brian. Clara tahu alerginya… tapi tetap memberikannya kopi tanpa gula. Tanpa menjelaskan. Atau… dengan sengaja menyamarkannya.
O'Brian (Detektif)
(dalam hati)
“Dia tidak pernah minum kopi tanpa gula. Tapi tadi malam… dia meminumnya.”
📍Kini kalimat itu bukan hanya pesan. Tapi sebuah tanda peringatan terakhir.
”
📍Ruang kerja Direktur — pukul 10.15 pagi.
Langit di luar mulai cerah, tapi ruangan masih suram, dipenuhi bayangan tragedi. O’Brian berdiri di hadapan meja tempat Julian terakhir kali duduk. Laptopnya masih menyala, menampilkan kalimat yang menggantung di layar.
💻 “Dia tidak pernah minum kopi tanpa gula. Tapi tadi malam… dia meminumnya.”
📍O’Brian memandang gelas kopi yang kini kering di sisi meja. Di dekatnya, dua sachet kosong terlipat rapi. Ia mengambilnya dengan sarung tangan.
O'Brian (Detektif)
Tidak ada gula. Tapi ada rasa manis.
Dan seseorang tahu betul perbedaan antara gula dan pemanis buatan.
📍Ia melangkah ke laboratorium forensik internal. Bau bahan kimia dan suara detak peralatan menyambutnya. Di sana, teknisi laboratorium menyerahkan hasil uji racun dengan wajah muram.
Teknisi Laboratorium
Tidak ditemukan jejak sianida atau racun konvensional.
Teknisi Laboratorium
Tapi… ada jejak aspartam dalam kopi. Dalam jumlah tinggi.
O'Brian (Detektif)
Dan Julian… alergi berat terhadap pemanis buatan.
Teknisi Laboratorium
Alergi anafilaksis akut.
Teknisi Laboratorium
Detik setelah tertelan, reaksinya bisa mematikan.
O'Brian (Detektif)
Julian sangat teliti dengan minumannya.
O'Brian (Detektif)
Kalau dia sadar kopinya berbeda, kenapa tetap diminum?
📍O'Brian duduk. Matanya menatap sachet kosong yang ditemukan di tempat kejadian. Bukan bungkus gula biasa, melainkan bungkus pemanis buatan. Perlahan, ia menyusun hipotesis.
O'Brian (Detektif)
Hipotesis pertama: Mira kembali diam-diam untuk meracuni. Tapi tidak ada jejak masuknya.
O'Brian (Detektif)
Hipotesis kedua: Dimas sabotase sistem dan racuni kopi. Tapi tak ada jejak digital.
O'Brian (Detektif)
Hipotesis ketiga… Clara.
📍O' Brian membuka file HRD. Tercatat: Clara hadir penuh hingga pukul 21.00 malam itu. Listrik padam pukul 22.00. Dia punya waktu terakhir bersama Julian.
O’Brian melihat catatan medis pribadi Julian—dari laporan tahunan asuransi karyawan.
📄 “Alergi parah terhadap pemanis buatan (aspartam). Reaksi: anafilaksis.”
O'Brian (Detektif)
Dan Clara adalah kepala HRD.
O'Brian (Detektif)
Dia tahu kondisi medis Julian…
📍O'Brian bergegas menuju ruang HRD. Clara sedang menutup laptop, hendak pergi.
O'Brian (Detektif)
Clara, semalam kamu yang terakhir bersama Julian, kan?
Clara (Kepala HRD)
Iya, kami bahas daftar karyawan yang akan di-PHK...
O'Brian (Detektif)
Dan kamu tahu dia alergi terhadap aspartam.
O'Brian (Detektif)
Kami menemukan dua bungkus pemanis buatan di tempat kejadian.
Clara (Kepala HRD)
Aku... aku hanya ingin membuatnya sadar...
Clara (Kepala HRD)
Dia sudah tidak manusiawi lagi. PHK 40 orang begitu saja.
Clara (Kepala HRD)
Aku hanya ingin memberinya pelajaran. Sedikit rasa tak nyaman…
O'Brian (Detektif)
Dan ternyata pelajaran itu… menjadi hukuman mati.
📍Clara meneteskan air mata, tubuhnya lunglai. Tak ada lagi pembelaan.
Langit di luar kini terang sepenuhnya, tapi ruangan itu tetap terasa dingin.
“Kadang... racun paling mematikan tidak datang dari racun itu sendiri,
melainkan dari pengetahuan paling sederhana yang digunakan dengan niat paling gelap.”
Comments