Malam itu, aku tak langsung tidur. Setelah percakapan dingin kami yang terakhir, aku hanya duduk di pojok kamar. Sunyi merayapi setiap sudut ruangan, bahkan detik jam terdengar seperti bunyi palu yang mengetuk pelan jiwaku yang retak.
Satu sisi dari tempat tidur itu masih kosong. Arvan belum juga masuk. Entah di mana ia menghabiskan waktu. Entah bersama siapa.
Aku membuka laci meja kecil di sebelah tempat tidur, mengambil buku catatanku. Dulu aku suka menulis puisi. Sekarang, hanya bisa menuliskan perasaan karena bicara tak lagi mampu menyampaikan luka.
Dengan tangan gemetar, aku menulis surat. Bukan untuk dikirim, tapi untuk mencurahkan isi hati. Surat ini bukan untuk Arvan bukan pula untuk Ailuna. Surat ini untuk diriku sendiri yang terlalu lama diam.
“Untuk diriku yang bertahan,
Maaf... karena terlalu lama kamu memaksakan segalanya.
Maaf... karena terlalu sering kamu berpura-pura bahagia, meski sebenarnya setiap pagi kamu ingin menangis.
Kamu tahu bahwa kamu tak dipilih. Tapi kamu tetap bertahan dengan harapan suatu hari cinta itu tumbuh. Tapi tidak semua tanah bisa menumbuhkan benih, bukan?
Dirimu telah menjadi asing di rumahmu sendiri. Kau terbangun setiap hari dengan napas yang sesak oleh pengharapan kosong. Tapi tidak apa-apa. Kini saatnya kau berhenti menyiksa diri.
Kamu berhak dicintai. Kamu pantas dimiliki sepenuhnya, bukan setengah hati.
Saat kamu membaca surat ini suatu hari nanti, kuharap kamu sudah bebas. Bebas dari penjara batin yang kamu bangun sendiri karena berharap pada seseorang yang hatinya tak pernah tinggal.
Bangkitlah. Kau punya hidup. Dan hidup bukan untuk dijadikan pilihan cadangan.”
Surat itu selesai kutulis saat subuh menjelang. Kugulung perlahan dan kuselipkan ke dalam novel lama di rak. Biarlah tersimpan. Mungkin kelak aku akan membacanya kembali, untuk mengenang titik terendah dalam hidupku.
Pagi harinya, Arvan tidak ada di rumah. Mungkin pergi lebih pagi dari biasanya. Tidak meninggalkan pesan. Tidak meninggalkan bekas apa pun.
Aku sarapan sendiri. Tidak membuatkan kopi untuknya seperti biasa. Tidak menyiapkan baju kerjanya. Entah kenapa rasanya seperti mencabut sisa-sisa ketergantunganku padanya.
Siang itu, aku pergi ke kantor pengacara. Membawa akta nikah, kartu keluarga, dan fotokopi KTP. Ini bukan keputusan yang emosional. Ini keputusan logis dari perempuan yang mulai sadar bahwa dirinya berharga.
Pengacara perempuan itu menatapku dengan pandangan penuh empati.
“Sudah yakin, Bu?”
Aku mengangguk. “Sudah. Saya tidak ingin tinggal lebih lama dalam pernikahan yang hanya saya perjuangkan sendiri.”
“Kalau begitu kita mulai prosesnya.”
Tanganku menandatangani berkas tanpa ragu. Tidak ada getar di jemariku. Mungkin karena tangisku sudah habis semalam.
Saat malam tiba, aku duduk di balkon. Menatap lampu-lampu rumah tetangga. Rumah-rumah lain itu tampak hangat, penuh tawa. Sedangkan di rumah ini, hanya ada dingin yang tidak pernah mencair, bahkan oleh matahari.
Lalu, suara pintu terbuka. Arvan pulang. Wajahnya terkejut melihatku menatapnya tanpa air mata, tanpa marah.
“Kita bisa bicara?” katanya pelan.
Aku mengangguk. Tapi bukan untuk mendengar penjelasan. Aku hanya ingin menyampaikan satu hal:
“Aku sudah ke pengacara.”
Wajahnya langsung menegang. “Nay...”
“Sudah cukup,” potongku lembut, tapi tegas. “Aku lelah jadi perempuan yang pura-pura kuat hanya untuk mempertahankanmu.”
“Kalau aku minta waktu”
“Aku memberimu waktu dua tahun,” kataku sambil tersenyum pahit. “Dan kamu pakai waktu itu untuk mencintai perempuan lain di belakangku.”
Ia diam.
Aku bangkit dari kursi, berjalan melewatinya tanpa menyentuh. Tapi sebelum masuk kamar, aku menoleh sekali lagi.
“Aku mencintaimu, Van. Tapi mencintai bukan berarti memenjarakan diriku dalam ketidakpastian. Dan ini... adalah caraku menyelamatkan diriku sendiri.”
Dan malam itu, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku tidur dengan tenang. Bukan karena semuanya baik-baik saja. Tapi karena aku memilih diriku sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Mamah dini
mampir thor, kasian kmu nay , semoga kedepan nya kmu bisa bahagia sm orang yg benar2 mencintaimu menghargaimu dn melindungimu, semangat terus nay .
2025-07-22
1