Aezar makan dengan aura suram, meski Zevanya tidak dapat melihat raut wajah suaminya tapi ia bisa merasakan hawa dingin disekitarnya, Aezar sedang dalam suasana hati yang buruk.
Berdeham
Gadis itu mencoba mencairkan suasana, namun Aezar yang biasanya akan memperhatikannya hanya melirik sekilas sebelum melanjutkan makan dalam diam.
Sejak tiba di villa Aezar selalu menaruh lauk dipiringnya dulu ketika makan, tapi sekarang pria itu tampak acuh tak acuh, Zevanya yang bingung hanya bisa meminta tolong pada bibi.
Bibi segera membantu Zevanya, hatinya sudah gugup dari tadi, apakah tuannya mendengar percakapan mereka? tapi ia sudah memastikan tidak ada orang lain diruangan itu, sekarang ia hanya bisa berdoa agar nyonya bisa meredakan ketegangan diantara mereka.
"Aku akan berangkat kerja besok" pemberitahuan itu terdengar tiba-tiba, Zevanya yang kaget hanya bisa melongo.
"Oh itu bagus, kau memang tidak boleh bolos terlalu lama" Zevanya menjawab dengan kikuk, tidak tahu harus bereaksi bagaimana.
"Maksudmu kau bosan aku temani?" Aezar memandang gadis di depannya, hatinya masih berkecamuk dalam kecemburuan, saat ini ia hanya ingin bertarung dengan wanita itu.
Zevanya mencoba menelan makanannya dengan cepat saat mendengar nada ketus Aezar, "bukan begitu.. "
"Kau pasti merasa terganggu karena aku selalu mengawasimu" gumam Aezar, matanya menatap tajam ke arah istrinya itu.
"Siapa bilang? kau menjagaku bukannya mengawasi" Zevanya menjawab dengan gusar, sebenarnya ada apa sih dengan pria ini, bukankah tadi sore ia masih tertawa? kenapa tiba-tiba merajuk seperti anak kecil.
Aezar menyeringai, hatinya melembut hanya karena satu kata itu.
"Kau tidak ingin bertemu dengan temanmu? kau bisa bertemu mereka besok, minta supir menemanimu jika kau ingin keluar" nada Aezar sedikit lebih santai.
"Benarkah?" Zevanya tersenyum antusias, benar juga, dia sudah tidak bertemu dengan teman-temannya semenjak kecelakaan.
"Aku akan mengubungi Devi nanti, terimakasih" gadis itu makan dengan semangat, senyumnya yang lebar membuat lesung pipit kecil di pipi bawahnya muncul, cantik sekali, Aezar mencoba mengatur nafasnya yang mulai sesak.
Ia mendesah saat menyadari makanan di piring Zevanya hampir kosong, dengan cekatan ia mengambil ikan goreng, memisahkan tulangnya sebelum menaruhnya di piring gadis itu, sementara Zevanya masih tenggelam dalam suka cita bertemu temannya besok, tidak menyadari bahwa piringnya kembali penuh dengan segala macam makanan.
Malam itu suasana hati Aezar membaik hanya karena senyum Zevanya. Ya, semudah itu membuat tuan muda ini bahagia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya setelah Aezar berangkat ke kantor, Zevanya berubah dalam balutan blazer warna beige yang halus dan sederhana, membentuk rambut panjangnya ke dalam sanggul kecil membuatnya tampak seperti nyonya sosialita yang elegan.
Ia sudah memesan tempat di salah satu kafe favoritnya pukul 10 pagi untuk menemui Devi, temannya itu bahkan berteriak histeris saat tahu Zevanya telah kembali dari luar negeri, gadis itu tidak bisa membayangkan ekspresi Devi saat tahu dirinya sudah menikah, dia pasti kena serangan jantung, Zevanya terkekeh sendiri.
Pagi ini Aezar sudah kembali seperti biasa, bahkan pria itu sempat memperingatkan Zevanya untuk hati-hati saat keluar nanti, sebelum akhirnya mengelus kepala Zevanya lembut, mirip anjing lucu dan imut Zevanya hanya bisa mengangguk patuh sambil tersenyum bodoh.
Sungguh di mimpi pun dia tidak pernah membayangkan hari seperti ini akan tiba, dimana ia hidup rukun dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal sebelumnya, bahkan memanggilnya suami.
Supir sudah siap sejak tadi pagi, Pak Aezar sendiri yang langsung memberi perintah untuk menjaga nyonya, ketika Zevanya keluar dari villa ia menyambutnya dengan cekatan.
Jalanan masih licin, ada beberapa genangan air di sepanjang jalan, meski tak bisa melihat Zevanya jelas tahu bahwa telah hujan deras sejak pagi tadi, aroma petrichor masih terasa menyengat di hidungnya.
"Tolong antar aku ke kafe Rongyao di selatan kota ya pak," perintah Zevanya sopan, awalnya supir sedikit kaget namun instingnya menebak Zevanya mungkin memang sengaja memilih kafe di seberang kantor Pak Aezar.
"Baik nyonya" menginjak gas, Maybach hitam itu menyusuri jalanan basah dengan apik.
Sepanjang perjalanan Zevanya samar-samar mengantuk hingga tiga puluh menit kemudian ia tiba di halaman kafe yang cukup sepi, biasanya itu mulai penuh saat jam makan siang kantor karena lokasinya berada di area perkantoran, tapi Zevanya sendiri tidak tahu bahwa kantor Aezar tepat di seberangnya.
"Hai Nyonya, boleh aku membantu. Apakah Nyonya sudah punya reservasi?" pelayan kafe menghampirinya dengan ramah, tentu saja karena sejak tadi supir sudah menatapnya tajam, memberinya isyarat untuk menyambut gadis muda keluar dari mobil mewah itu.
"Atas nama Zevanya, aku menunggu temanku" ujar Zevanya, setelah mendengar nama itu pelayan kafe kemudian teringat bahwa tujuh menit yang lalu temannya sudah memasuki kafe lebih dulu.
"Silahkan lewat sini nyonya, izinkan aku membantu" katanya sopan dan ramah.
Devi adalah gadis cantik berambut sebahu, menggunakan kamisol putih ia duduk tenang di pojok ruangan, vanilla latte di tangannya tinggal setengah.
"Devi" Zevanya menyapa dengan ragu, saat pelayan mengisyaratkan bahwa mereka sudah sampai.
Gadis bernama Devi itu terpana sejenak, sebelum akhirnya menubruk tubuh Zevanya dengan erat.
"Vanya!!" teriaknya nyaring, membuat beberapa pelanggan lain menengok ke arah mereka.
Zevanya mencubit pinggang gadis itu sambil terkekeh "bisakah kau tidak berlebihan"
"Bagaimana bisa, kau menghilang berbulan-bulan sejak kecelakaan itu, kau bahkan tidak memberi kabar sama sekali" Devi masih enggan melepaskan temannya itu, ia berusaha keras untuk tidak menangis saat ini.
"Aku tidak bisa pakai ponsel saat berobat di luar negeri, dokter bilang radiasi nya mungkin memperburuk saraf mataku" Zevanya menjelaskan dengan sabar, menepuk bahu sahabatnya sementara bibirnya tersenyum tipis tanpa jejak kesedihan.
"Betapa hina!! jika aku bisa menemukan mobil aneh yang sengaja menabrak mobil mu malam itu aku pasti akan mencabik-cabik jantungnya" omel Devi, ia memang membenci pengemudi itu setengah mati, jika bukan karena orang itu sahabatnya pasti sudah memiliki masa depan indah yang tak terbatas.
Kecelakaan Zevanya menjadi topik berita panas beberapa bulan lalu, bukan saja karena yang di tabrak adalah seorang putri pengusaha terkenal yang sedang dipuja, orang yang menabrak mobil Zevanya bahkan tidak pernah ditemukan sampai saat ini, masih ada misteri tentang kecelakaan itu.
Zevanya hanya bisa tersenyum sekali lagi, ia sejujurnya tidak merasa ini adalah sebuah penderitaan, ada beberapa hal baik yang datang saat ini, memiliki Aezar adalah salah satunya.
"Kenapa kau malah tersenyum bodoh?" rutuk Devi seraya menghapus air matanya sendiri.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" Zevanya menelan ludah, "sebenarnya aku-"
"Vanya!!"
Teriakan itu menghempaskan Zevanya, kata-kata yang sudah di ujung lidahnya seolah ditelan lagi ke tenggorokan.
"Darren?" ucapnya ragu, ia sama sekali tidak mengundang lelaki itu.
"Vanya.. aku mengundangnya, dia sangat menyedihkan saat kau hilang berbulan-bulan" cicit Devi pelan, seolah ia ketahuan bolos saat pelajaran terakhir.
"Tidak apa kita semua teman, memang harus berkumpul" Zevanya tersenyum ramah, meski hatinya sedikit merasa gugup.
Kenapa ia merasa seolah tertangkap basah sedang berselingkuh saat ini?
.
.
.
Minta vote nya dong.. maaciww
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Yusni Ali
teka teki lagi... siapakah sebenarnya orang yang menabrak Vanya
2023-03-01
0
Wahyunii
sensitive ya kaya cwe PMS
2022-02-27
0
Rahma Yana
semoga bukan aezar dlu yg menabrak mobilnya
2021-12-24
0