Zevanya terbangun karena ada suara berisik dari luar, ia sendiri tidak tahu apakah sekarang malam atau siang hari, ia memegangi kepalanya yang masih agak linglung saat suara pintu terbuka pelan, meringsut ke ujung ranjang ia mulai mengingat kejadian kemarin.
Apakah dia memang benar diculik kemarin? tapi ia jelas merasakan sedang berada di tempat yang nyaman, kasur berkualitas tinggi dan aromatherapy yang hanya dapat di temui di hotel kelas atas, mana mungkin penculik membawa nya ke tempat mewah seperti ini.
"Vanya, apa kau sudah bangun?" suara lembut itu memasuki gendang telinga Zevanya, ia tanpa sadar merasa lega tangannya menggapai sosok yang berjalan ke arahnya dengan canggung.
"Ayah.. dimana ini?" Zevanya tidak sabar untuk memeluk ayahnya, berpisah berbulan-bulan membuatnya merindukan sosok tua yang berkharisma itu.
Ayah Zevanya adalah seorang pengusaha berusia 50 tahun lebih, ia memiliki bisnis konstruksi yang cukup maju di kota ini, dengan tinggi sekitar 165 cm, sebenarnya jika dibanding Zevanya dua orang itu tidak punya kemiripan sama sekali, mungkin karena Zevanya lebih terlihat mirip seperti mendiang ibunya.
"Vanya dengarkan ayah, ayah minta maaf karena telah merahasiakan ini dari mu" Zevanya bisa merasakan kalau sosok yang dipeluknya sedang gemetar,
"Untuk apa minta maaf?" tanya gadis itu.
Tidak ada sahutan dari ayahnya, hanya helaan nafas berat yang terdengar.
"Vanya maukah kau menolong ayah?"
"Apa ayah kesulitan? aku pasti akan membantu ayah sebisa mungkin" ayahnya hampir menangis saat melihat putri cantiknya memandangnya dengan kosong.
"Menikahlah dengan Aezar" ujar pak wijaya pelan, dari nadanya ia jelas tidak rela.
Apakah ayah sedang bercanda? ia bahkan belum pulih dari trauma pasca kecelakaan, namun berita ini hampir membuatnya terkena jantung.
"Apa? tapi.. ayah-"
"Dia berjanji akan memperlakukanmu dengan baik, bisnis kita sedang diambang bangkrut, hanya dia satu-satunya yang bisa menolong kita" pak Wijaya menggenggam tangan putrinya, hanya ini cara yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan keluarganya.
Zevanya masih enggan menjawab, jika Aezar adalah orang mampu membantu keluarganya berarti ia adalah orang hebat, bagaimana bisa pria hebat itu menikahi gadis cacat sepertinya.
"Vanya, percayalah Aezar adalah suami terbaik untukmu"
"Aku.. aku bersedia, tapi ayah apakah orang sepertinya mau menerima gadis cacat seperti ku?" air mata Zevanya nyaris jatuh, meski dokter mengatakan dia akan dapat melihat setelah mendapatkan pendonor, namun tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi dimasa depan.
Wijaya melirik seseorang yang tengah berdiri di depan pintu, pria tampan itu menatapnya tajam seolah ia dapat mencabut nyawanya kapan pun ia mau.
"Dia bersedia, kamu sangat cantik.. bahkan jika kamu cacat kamu masih yang paling cantik" ujarnya sedih.
Keduanya berpelukan dengan erat, membuat hati orang yang melihat ikut merasakan sakit dalam keheningan, namun tidak pada Aezar, pria itu bahkan tersenyum mengejek wijaya.
Aezar berbalik tanpa mengungkapkan keberadaannya pada Zevanya yang masih terisak di pelukan ayahnya, sementara pria berpakaian hitam yang menjemput Zevanya tempo hari, menunduk dengan sopan mengikutinya ke dalam suite di seberang.
"Bagaimana menurutmu, bukankah tua bangka itu layak menjadi aktor terbaik?" gumamnya sambil menyesap kopi yang sudah berhenti mengepul.
Matanya menerawang ke arah jendela prancis besar di samping kanan ruangan, sementara berkali-kali alisnya mengerut menahan jengkel.
"Saya yakin suatu hari nanti, Nona akan mengerti" pria bernama Antoni itu masih setia berdiri tegap di samping tuannya, dia adalah pengawal sekaligus asisten khusus Aezar.
"Kau harus belajar memanggilnya Nyonya" sahut Aezar datar.
"Dimengerti"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sudah pukul 15.30 sore ketika penata rias selesai merias wajah Zevanya, membenarkan letak wedding veil yang menjuntai ke bawah, membuat gadis itu tampak seperti peri.
"Lihatlah pengantin kita tampak sangat cantik" pujinya, ia sangat puas pada karyanya yang terlihat tanpa celah ini, meski mata Zevanya tampak sembab namun itu tidak membuat make up nya berantakan, hanya terlihat sedikit rapuh.
"Apa aku cantik?" Zevanya berusaha tersenyum, sepanjang sore ia sudah memikirkan hal ini, ia percaya apa yang ayahnya katakan, suaminya pasti orang baik. bukankah semua orang tua ingin anaknya mendapat yang terbaik? maka jika ini adalah takdirnya Zevanya ikhlas menikah dengan seseorang tak ia kenal sekalipun.
Penata rias itu mengangguk bangga, "tentu saja, Aezar pasti bangga memilikimu sebagai istri"
"Kau mengenalnya?"
"Yahh.. orang tua kami kenal satu sama lain meski tidak akrab" ujarnya lagi.
"Bisa kau ceritakan tentang dia?" Zevanya merasa lucu karena menanyakan perihal calon suaminya kepada orang lain, tapi ia benar-benar ingin tahu tentang pria itu.
"Maksudmu tampangnya? atau sifatnya?" tanya penata rias itu menggoda.
"Semuanya.. sejujurnya aku tidak yakin kenapa dia bahkan tidak menemuiku sejak kemarin" Zevanya merasa gelisah karena ini, bukankah mereka harus saling bertukar sapa sebelum menikah?
Penata rias itu serba salah, matanya melirik ke arah pintu dengan gugup, ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka, bahkan membayangkan mata itu menatap mereka tajam. Kenapa dia tidak masuk saja sih? rutuknya di dalam hati.
"Mungkin dia sibuk, tapi tenang saja dia cukup tampan, dia hanya jarang tersenyum" ujar gadis itu menenangkan Zevanya.
Zevanya mengangguk, dia tahu orang seperti Aezar pasti terlalu sibuk meski di hari pernikahan, yang tidak ia tahu adalah Aezar telah menemani nya kemarin dalam diam, sepanjang malam tanpa tidur.
"Kau harus bersiap.. ayo, ayo aku akan membantu mu kebawah"
Dua gadis itu turun ke ballroom, satunya secantik ratu dengan gaun indah bergelombang sedangkan disisinya seorang wanita yang sederhana namun elegan, para tamu yang sedang menikmati perjamuan mendadak terpaku saat pemberitahuan mempelai memasuki ruangan.
Zevanya tidak bisa melihat apapun, namun meski mata itu memandang kosong lurus kedepan siapapun akan setuju bahwa pengantin ini nyaris sempurna.
Langkah kakinya canggung, mungkin karena gugup Zevanya tidak bisa memikirkan apapun selain mengikuti gadis di sampingnya,
Sementara dekorasi ruangan itu sangat sederhana, Aezar telah meminta untuk menghilangkan hiasan apapun yang menghalangi jalan Zevanya, sebenarnya ia ingin suatu saat nanti dapat memberikan pesta kedua setelah Zevanya sembuh, pesta hari ini hanya sebuah tanda agar semua orang tahu bahwa gadis ini adalah miliknya
Pak Wijaya mengenggam tangan Zevanya membawanya ke depan para tamu, Aezar masih menyapa beberapa kolega nya, melihat gadis itu berjalan ke arahnya membuat Aezar tersenyum puas.
"Calon istri mu sangat cantik, Pak"
"Tentu saja" Aezar mengundurkan diri dengan sopan, menghampiri mereka berdua.
"Nak Aezar, bapak titip Zevanya jaga dia baik-baik" Wijaya menyerahkan tangan Zevanya pada pria didepannya
Pria tinggi itu tentu saja adalah calon menantu idaman semua orang, dia kaya, sukses, dan sangat tampan, tapi entah mengapa Wijaya terlihat tidak rela melepas putrinya menikahi Aezar, hanya dia dan calon menantunya yang tahu apa alasannya.
"Aku akan menjaganya seribu kali lebih baik daripada ayahnya" ucap Aezar dingin, namun dibalik suara dingin yang Zevanya dengar sebaliknya ia merasakan tangan hangat yang menggenggam erat tangannya.
Seluruh tubuhnya merasa gelisah, sebentar lagi tangan hangat ini mungkin akan sering menggenggam tangannya, entah kenapa Zevanya merasa hatinya memanas.
.
.
Minta vote nya dong.. maaciww
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
abdul rasaq
ol
2021-12-21
0
Sri Widjiastuti
Wijaya bukan ayah kandung _nyakag
h..
2021-12-09
0
Khaidir Rahman
awal cerita yg sangat sangat menarik 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2021-12-03
0