Pernikahan itu berjalan dengan Khidmat, Zevanya baru menyadari bahwa kedua orang tua Aezar tidak dapat hadir karena sedang diluar negeri, namun Aezar berkata untuk tidak mengkhawatirkan apapun.
Sepanjang acara ia terus membayangkan bagaimana sosok suaminya ini, meski suaranya terdengar dingin dan jauh namun pria itu tidak pernah melepaskan genggaman tangannya membuatnya merasa aman.
"Jangan pergi kemanapun, tetap disini.. aku akan menelfon sebentar" bisik pria itu lembut, Zevanya menggigit bibirnya kemudian mengganguk pelan.
Tangan pria itu melepas Zevanya dengan enggan, pergi ke sudut ruangan yang sepi sebelum mengangkat telfonnya yang bergetar tiada henti.
"Bu," jawabnya serak, alisnya mengerut saat teriakan dari ujung sana terdengar.
"Kamu membohongi orang tua mu sendiri?" suara wanita paruh baya bernada tinggi itu terdengar.
"Aku akan menjelaskan setelah kalian pulang" Aezar tetap mempertahankan sikapnya yang tenang dan anggun.
"Aezar Wiguna!! apa kau ingin ibumu kena serangan jantung disini, kau menikah diam-diam tanpa memberitahu kami, kau bahkan sengaja mengirim kami liburan ke luar negeri" wanita itu menjerit histeris, dibelakangnya ada suara pria yang mencoba menenangkannya.
"Kau bersekongkol dengan putramu, kan?" kali ini omelan itu tidak ditujukan untuk Aezar tapi pada suaminya disana.
"Bu, aku tau kau pasti tidak akan mengizinkanku menikahi gadis selain Dara, tapi percayalah Zevanya adalah istri yang terbaik untukku" Aezar sedikit menahan suaranya, dia tahu ibunya bukan orang jahat, hanya saja ia terobsesi menjodohkannya dengan Dara.
"Terbaik apa yang kamu maksud? dia hanya gadis buta dari keluarga yang berantakan"
Aezar menggenggam ponselnya dengan erat, mendengar hinaan ibunya membuatnya merasa marah.
"Aku akan menelfon lagi, selamat menikmati liburanmu bu" dia mematikan ponselnya, lalu berbalik melihat gadis yang masih duduk dengan tenang di kursi, semua orang tampak ingin mendekatinya namun tidak ada yang berani melangkah.
Aezar berjalan menghampiri gadis itu lagi, ia meraih tangan Zevanya sebelum berbicara dengan serius.
"Aku akan pergi beberapa hari karena bisnis, aku harap kamu patuh menunggu ku di rumah baru kita" ucapnya ragu, tidak ia tidak ingin meninggalkan gadis ini tapi ada kekacauan besar yang harus ia selesaikan.
Zevanya mendengarkan dengan tenang, sebelum akhirnya mengangguk dengan patuh.
"Kalau begitu, ayo istirahat. aku tau kamu lelah seharian ini" Aezar mengirimkan kode pada Antoni yang kemudian menginstruksikan para tamu untuk meninggalkan acara, berjalan mengawal tuannya menuju lift ke suite atas.
Zevanya lagi-lagi merasa gelisah, tangan yang digenggam Aezar dari tadi pun sudah banyak mengeluarkan keringat karena gugup, bagaimanapun juga ia hanyalah gadis polos yang belum memikirkan tentang pernikahan
"Tidak usah takut, aku tidak makan manusia" pria itu berbisik pelan membuat wajah Zevanya semakin panas.
"Aku punya penyakit, tanganku selalu berkeringat banyak" gadis itu tersenyum canggung, ia tidak tahu bahwa suaminya ternyum lebar setelah menggodanya.
Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka dan Aezar menuntunnya keluar, berjalan beberapa langkah hingga tiba di suite yang Zevanya gunakan berberapa hari ini.
Mengeluarkan kartu akses ia membuka pintu untuk istrinya,
"Terimakasih"
"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu, tolong jangan bergerak sampai aku kembali" Aezar hendak ke kamar mandi saat gadis itu memegang lengannya dengan erat.
"Kenapa?" Zevanya bertanya dengan linglung, "Kau takut aku cukup bodoh dan jatuh karena aku buta?"
"Apa maksudmu?"
"Kau bersikap seolah aku bisa menghancurkan apa saja jika aku bergerak" protes Zevanya, Aezar menatapnya heran yang ia takutkan adalah sebaliknya, Zevanya akan terluka jika menabrak sesuatu, ada apa dengan cara berfikir istrinya ini?
"Ya, kau mungkin menghancurkan sesuatu yang berharga" ujar Aezar,
"Ka**ki cantikmu, misalnya" tambahnya dalam hati.
"Maaf jika merepotkanmu, aku akan diam kalau begitu" Zevanya menggaruk tengkuknya, apa aku benar-benar tidak berguna? desahnya.
"Hmm.. kau harus diam dan jangan bergerak jika tidak ada orang disampingmu, mengerti?" Aezar mengetuk kening istrinya, sebelum berbalik dengan senyum tipis.
Aezar menyiapkan piyama Zevanya sebelum pergi keluar sementara Zevanya langsung tidur nyenyak setelah mandi, ia bahkan lupa bahwa malam itu adalah malam pertama pernikahannya, Aezar tidak terlihat diruangan, entah kemana lelaki misterius itu pergi kali ini, karena ia baru kembali pukul 3 pagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Zevanya diantar ke sebuah villa mewah di pinggiran kota, sementara Aezar akan pergi sore hari setelah membereskan beberapa dokumen.
Sepanjang perjalanan mereka hanya sibuk dengan fikiran masing-masing, Aezar bergulat dengan ipadnya sedangkan Zevanya memilih mendengarkan lagu di radio dengan earphonenya, semenjak kecelakaan itu ia punya hobi mendengarkan radio.
Kehilangan penglihatan membuatnya lebih banyak menggunakan telinganya untuk memahami sesuatu, Aezar melirik gadis yang duduk dengan tenang di sebelahnya, matanya yang kosong, bibirnya yang tipis dan poni rambutnya yang sedikit berantakan menjadi sebuah pemandangan indah.
Bagaimana ia bisa seberuntung ini memiliki Zevanya disisinya.
"Baiklah kau harus menyimpan ini, karena kita sudah sampai" Aezar mencopot earphone Zevanya kemudian meletakannya di tas.
Antoni membuka pintu mobil dengan segera, sementara Aezar membantu Zevanya turun.
"Atas perintah Pak Aezar kami telah merenovasi kamar bawah" suara wanita sopan terdengar, Aezar mengangguk dan membawa Zevanya ke sebuah kamar di sebelah kanan ruang tv.
"Kamar utama ada di atas, tapi karena terlalu bahaya kita akan pakai kamar tamu sementara, kau tidak keberatan kan?" tanya Aezar.
Zevanya meraba dinding dingin dan tiba di sebuah ranjang besar "Aku bisa menjaga diriku sendiri, kau tidak perlu khawatir" katanya kemudian.
"Nyonya terlihat sangat cantik, dimasa depan aku akan melayani nyonya dengan baik" suara wanita itu terdengar lagi, Zevanya hanya tersenyum ramah.
"Aku harap tidak merepotkanmu"
"Tentu tidak, aku akan kedapur menyiapkan makan siang" ujarnya sebelum akhirnya berbalik meninggalkan mereka berdua.
Aezar duduk di sofa sambil memperhatikan Zevanya yang asyik demgan ranjang barunya "kau boleh berlarian disini" katanya, melihat Zevanya mulai terbiasa di sampingnya membuat suasana hati Aezar membaik.
Zevanya terkekeh, pria itu pasti sedang berusaha meledeknya "Aku bukan anak kecil"
"Disini tidak ada barang mahal, ada pegangan di setiap sisi dinding.. kamu bisa berjalan-jalan, tapi jangan naik tangga" tambah pria itu, ia memang susah mempersiapkan segala yang dibutuhkan Zevanya disini.
"Kenapa kau baik sekali?" tanya Zevanya penasaran, sejujurnya ia tidak mengharapkan suaminya begitu baik, bagaimanapun pernikahan ini hanyalah kesepakatan bisnis.
"Karena kau istriku" jawab pria itu santai.
Zevanya tidak tahu alasan mengapa ia merasa pipinya memanas, apakah karena pria itu memanggilnya istri dengan begitu akrab, apakah mereka sebenarnya saling kenal? tapi ia sama sekali tidak ingat punya teman bernama aezar.
"Apa kau mengenalku sebelumnya?" tanyanya lagi.
"Hmm.. kau cukup terkenal" Aezar menyeringai, kalau saja wanita itu bisa melihatnya sekarang, apakah dia masih mengingat atau melupakannya.
.
.
.
Minta vote nya dong.. maaciww
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Yusni Ali
Mungkin kah Aezar teman lamanya.
2023-03-01
0
Wahyunii
dasar penguntit😚😚
2022-02-27
0
Yenita
lanjut thor
2022-01-28
0