"Wohoooo...kalian sudah boleh pulang, guys. Kalau sudah sertifikasi baru bisa OT ya!" kata Robin kepada keduanya.
"Hati-hati di jalan!" kata Robin.
"Okee...selamat OT," kata Mirna dan Nila.
"Hai..." sapa para senior yang baru datang. Mereka saling berjabat tangan (untuk yang perempuan).
"Assalamu'alaikum teman-teman," Welfran muncul dari balik pintu.
"Wa'alaikumussalam," jawab anak-anak.
"Assalamu'alaikum ya akhi.. ya ukhti," satu per satu memberi salam.
"Wa'alaikumussalam," jawab lagi mereka yang ada di dalam.
"Hati-hati ya dek pulangnya," kata para senior.
"Di luar gerimis disertai mendung gelap. Siapakah yang akan kena kutuk hari ini?" kata Welfran menyolot. Sontak semua orang memandanginya.
"Ahahha..bercanda," sahut Welfran.
"Iyaa...semangat!!" ucap Nila dan Mirna sambil keheranan mendengar ucapan Welfran.
"Lidah tak bertulang😒," bisik Nila.
"Hahahh. Waton jeplak," kata Mirna.
Tiba-tiba terdengar suara hujan deras dari luar.
"Yah, deras banget, Mir.." kata Nila.
"Kita sholat Ashar dulu yuk.." ajak Mirna.
"Iya,yuk!" jawab Nila.
Seusai sholat mereka memutuskan untuk mencari tempat duduk di koperasi sambil jajan.
Sampai koperasi ternyata padat banget, berdesak-desakan. Setiap orang berjibaku meraih makanan yang hendak dibeli.
Mungkin karena arus balik akibat hujan sehingga sampai pada titik temu yang padat. Antara mereka yang break, kelaparan, sama yang tertahan karena tidak bisa pulang. Di saat yang sama, dua orang tengah meraih satu bungkus cilok terakhir. Matanya saling bertatap. Tiba-tiba..
Ngeeeehehek.....!!!
"Buat mba aja..hehee..😂" Rifat rela mengalah.
"Terima kasih..😁" jawab Nila.
"Kalian uwwuuu sekali😍," bisik Mirna.
"I..i..tu..ga sengaja kok. Heheh😅," jawab Nila.
"Coba tadi itu Si Peri Tampan ya," kata Nila.
"Yee, ngarep. Jangan-jangan pria tadi jodohmu. Hahah," kata Nila.
"Sungguh kata-kata yang tidak berdasar," sahut Nila.
"Kalau kalian nanti berjodoh. Berarti ketidaksengajaan tadi bukanlah sesuatu yang tidak berdasar, bukan...?" ucap Mirna.
"Bisa juga begitu. Kalau jodoh, Mir. Ka-la-u..😁" kata Nila.
"Jadi gapapa nih kalau bukan sama Si Peri Tampan?" tanya Mirna menggoda sambil memberikan sebotol susu fermentasi yang sudah dibuka tutupnya kepada Nila.
Saat Nila menerimanya lalu Mirna menariknya kembali.
"Ya gak gitu juga konsepnya. Sini kasih," Nila meminta susu itu.
"Engga,"jawab Mirna.
"Lepasin ga..!" kata Nila mulai ngegas.
"Engga dong. Bleeeh..😋." Sahut Mirna.
Kemudian terjadilah tarik-menarik yang disebabkan gaya gravitasi emosi keduanya.
Tiba-tiba seorang karyawan lewat menyenggol lengan Mirna bersamaan dengan suara petir yang menggelegar. DHARRRRRR!!!!🌩
Suara petir tersebut membuat Mirna kaget sehingga susu itu terbang, terloncat, dan terlepas dari genggaman keduanya, lalu menumpahi tubuh seseorang.
"Gawat😭," bisik Mirna.
Apalagi setelah tahu bahwa susu itu menumpahi Pak Jay. SPV gudang.
"Woah!😭" bisik Nila dalam hati.
"Senior terkutukkkk!" bisiknya lagi dalam hati.
"Maaf, Pak😢," Mirna cepat-cepat meminta maaf.
"Tidak apa-apa," Pak Jay berlalu sepertinya ia merasa kesal.
"Kamu sih, Mir.." kata Nila menyalahkan.
"Iya, kan. Wuaduhhh..aku jadi gak enak nih," kata Mirna.
"Sudahlah, jangan menyalahkan hujan ketika turun. Jangan menyalahkan musibah ketika ia menimpa," kata Nila.
"Mungkin ia lagi badmood. Sudah, jangan dipikirkan. Kan sudah minta maaf," kata Nila.
Mirna masih cemberut. Nila menepuk-nepuk tangan Mirna. Mencoba menenangkan sahabatnya.
"Mirna...." panggil Nila dengan lembut sambil menggenggam tangan Mirna.
"Hujan yang turun atas kehendak langit. Musibah yang menimpa atas kehendak Yang Maha Kuasa. Kita tidak berkuasa untuk menolaknya. Itulah takdir yang harus kita terima dan harus kita hadapi," kata Nila.
"Akan tetapi kehendak langit bisa menuju kepada skenario terbaik jika kita juga menjalaninya dengan sebaik mungkin. Karena semua itu akan mengalir sesuai dengan apa yang kita lakukan," lanjut Nila berucap.
"Iya, kamu benar.." kata Mirna.
"Apa yang kamu pahami, Mirna?" tanya Nila.
"Kebaikan bagaikan pohon yang bercabang , setiap cabangnya akan berbunga, bunganya menjadi buah , begitu dan seterusnya tiada henti. Meskipun, orang di luar sana melemparinya dengan batu. Batu akan tetap menimpanya. Akan tetapi tidak akan pernah bisa menghentikannya untuk berbuah," kata Mirna. Nila mengangguk dan tersenyum kepadanya.
"Tidak setiap kebaikan bisa dibaca, tidak setiap rasa bersalah bisa diterima, tidak setiap kesalah pahaman harus mendapatkan pengakuan." kata Nila.
"Jika kita salah, mintalah maaf. Jika kita dizdolimi, tetaplah memberi maaf. Memberi maaf itu membuat hati kita jadi lapang," ujar Nila.
"Ketika kita tidak memberi maaf, sebenarnya kita sedang mendzolimi diri kita sendiri. Karena telah membiarkan rasa dendam, amarah, benci dan angkuh menjelma di dalam hati," Nila melanjutkan kata-katanya.
"Lalu, hati kita menjadi seperti apel busuk yang menggantung di pohonnya." ucap Nila.
"Ketika kamu sudah meminta maaf tetapi ia masih jengkel kepadamu, abaikan saja. Suatu saat dia akan mendapatkan pelajaran yang sama untuk bisa mengerti keadaan yang tidak bisa ia terima atas kesalahan kamu saat ini," Nila menyemangatinya.
"Ohhh, aku tersentuh sekali. Terima kasih banyak Nila. Telah menyadarkanku," ucap Mirna terharu dengan sikapnya.
"Nila, kalau suatu hari nanti ada kesalah pahaman di antara kita. Maukah kamu bersedia duduk lagi bersamaku untuk mendengarkan penjelasanku?" tanya Mirna.
"Iya, insya Allah aku mau. Tapi, please..aku tidak mau hal itu terjadi di antara kita.." ucap Nila.
"Aku takut kita akan bertengkar sengit karenanya. Meskipun pada akhirnya kita akan berdamai lagi.." lanjut Nila berkata-kata.
"Karena pertengkaran akan menjauhkan kita dari rasa saling percaya satu sama lain," kata Nila.
"Saat aku mempelajari Sejarah Pemikiran Modern. Aku jadi ingat kata-kata Rene Descartes," kata Mirna.
"Siapa itu?" tanya Nila.
"Descartes dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern. Ia adalah pendobrak pemikiran yang menyatakan bahwa kebenaran berdasarkan indera yang manusia rasakan," jawab Mirna.
"Jadi orang itu bilang apa?" Nila terus bertanya sambil menggigit kue.
"Ia mengemukakan bahwa kebenaran itu berdasarkan akal dan rasio," sahut Mirna.
Lalu Mirna bergerak mengambil pensil dan gelas kosong di meja kasir. Ia menuang air menjadi setengah gelas.
"Apa itu?" tanya Nila.
"Bagaimana bentuk pensil ini?" tanya Mirna.
"Tentu saja panjang dan lurus," jawab Nila.
"Okay, cluenya lurus ya. Lalu aku masukin ke dalam gelas. Bagaimana bentuknya?" tanya Mirna.
"Bengkok," kata Nila menjawab.
"Itulah jawabannya!" sahut Mirna.
"Misal kita melihat tongkat lurus yang dimasukkan ke dalam air. Dalam penglihatan manusia terlihat bahwa tongkat itu bengkok padahal lurus," kata Mirna menuturkan.
"Jangan percaya dengan apa yang kamu lihat lalu kamu simpulkan menjadi sebuah kebenaran," kata Mirna melanjutkan.
"Tahukah engkau? Aku kagum dengan kata-katamu," kata Nila memuji Mirna.
"Aaah, itu hanya kesimpulan dari kata-kata seorang filsuf saja, hehe.." sahut Mirna.
Jangan percaya dengan apa yang kamu lihat lalu kamu simpulkan menjadi sebuah kebenaran - (Rene Descartes)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Lusi Handayani
lanjut
2021-03-04
1
Je Moeljani
Annyeong👋👋👋
✓mampir
✓5 like
Sukses selalu buat kakak Author yang keren ini❤️❤️❤️
Jangan lupa dukung karyaku ya..
Gomawo🙏🙏🙏
From 'Hope for Happy Ending'
2021-02-11
1
Daratullaila🍒
Hai author! Aku mampir nih😁 semangat terus nulisnya🤗 ditunggu feedbacknya🤗 5 like dan 5 rate sudah mendaraattt
Numpang promo ya, mampir juga ke novel pertamaku
Salam dari Calon Istri CEO
2020-12-26
1