Sepanjang malam Lexa tidak dapat tidur. Dia terus memikirkan rencana pembatalan perjodohan itu. Dia memasuki ruang rawat ayahnya dengan langkah gontai. Lagi-lagi disana sudah ada Zion dan keluarganya.
"Sayang, menikahlah dengan Zion demi kesembuhan ayahmu." Sang bunda masih terus membujuk anak perempuannya itu.
"Aku baru sampai Bun, belum duduk tapi sudah ditodong dengan perintah itu."
"Memang yakin, kalau aku nikah dengan pria itu terus ayah sembuh?"
"Setidaknya ayah jadi semangat untuk sembuh."
"Kalian yang panjang umur, aku yang mati muda!"
"Astaga Lexa, bisa-bisanya kamu bicara seperti itu."
"Katanya kebahagian anak itu kebahagian orang tua. Ternyata tidak selalu. Penderitaanku kebahagiaan kalian." Lexa semakin ketus.
Ponsel Lexa berdering, dia langsung tersenyum melihat siapa yang meneleponnya.
"Sayang, aku kangen sama kamu." Lexa berkata dengan lembut dan manja. Sedangkan diseberang telepon sana terkekeh pelan.
"Aku juga sangat merindukanmu."
"I love you so much. Kapan kamu akan menikahiku? Nanti keburu diserobot orang loh, akunya."
"Are you sure?"
"Tentu saja. Aku juga ingin segera punya baby yang lucu dan menggemaskan."
"Honey, apa kamu punya masalah?"
"Nothing. Aku hanya terlalu merindukanmu. Segeralah ke sini."
"Oke, setelah pekerjaanku selesai aku akan menemui kamu. Tunggu aku, baik-baiklah disana."
"Oke, bye. Mmmuuaachhh ... " Lexa mematikan ponselnya dengan senyum dan cekikikan. Sedangkan orang yang menghubunginya merasa heran.
"Ada apa dengan gadis itu? Pasti terjadi sesuatu."
Hannie nampak bingung dengan sikap sahabat perempuannya itu. Dia segera menghubungi David.
"Apa Lexa menghubungimu?"
"Belum, sepertinya akhir-akhir ini dia sibuk. Kalau aku sudah tidak terlalu sibuk aku akan ke Jakarta."
"Ya sudah."
Sedangkan di Jakarta, Zion dan yang lain tidak dapat menyangkal kalau Lexa terlihat bahagia setelah mendapat telepon itu. Dia senyum-senyum sendiri. Sekali lagi ponselnya berbunyi, kali ini benar-benar dari David. Semakin lebarlah senyuman itu.
"Sayang, apa kamu benar-benar merindukanku. Baru saja kamu meneleponku."
"Apa maksudmu?"
"I miss you too and i love you so much. Jangan ragukan aku."
"Iya aku tahu dan percaya. Aku akan segera ke Jakarta."
"Benarkah, kapan?"
"Aku usahakan secepatnya."
"Kamu memang yang terbaik, aku tidak pernah salah memilihmu."
"Ya sudah, aku mau lanjut kerja lagi ya, biar kita bisa segera bertemu. Jangan lupa makan. Bye Sayang!"
Lexa tidak peduli dengan orang-orang yang mendengarkan pembicaraannya.
Apa kalian masih berniat menikahkanku dengan pria ini? David tidak akan membiarkannya!
☆☆☆
Kondisi Alex berangsur membaik. Lexa dan Zion sesekali bertemu hanya untuk membicarakan masalah pekerjaan. Perang dingin terjadi di antara mereka, namun mereka tetap bersikap profesional. Sebenarnya mereka nampak serasi.
Lexa tidak pernah segan menerima telepon dari David di hadapan Zion. Sedangkan banyak perempuan yang tiba-tiba muncul saat dia bersama Zion sedang makan di restoran.
"Aku ini ibarat gula, tentu saja banyak semut yang menghampiriku."
"Kamu memang gula yang diletakkan di tempat yang asal-asalan."
Zion mengepalkan tangannya dan rahangnya mengeras.
Kesal!
Gadis ini benar-benar membuatku kesal. Lihat saja nanti!
"Zion Sayang. Akhirnya kita bertemu. Kamu kemana saja selama ini. Aku kangen!"
Entah siapa namanya, Zion tidak mau tahu. Tidak berusaha juga untuk mengingat. Tanpa tahu malu dia duduk di samping Zion dan menatap sinis pada Lexa.
"Kamu siapa?" tanya wanita itu pada Lexa.
"Maunya?"
Oke, pelajaran yang Zion dapat selama mengenal Lexa adalah, gadis ini pandai memancing emosi. Jangan bertanya atau berbicara padanya kalau tidak penting-penting sekali.
"Kamu siapanya Zion?" Masih tetap penasaran ternyata.
"Siapa saja yang aku mau."
"Maksudnya?"
"Jadi rekan bisnisnya, aku bisa. Jadi pacarnya, aku bisa. Jadi istrinya, aku juga bisa."
Wanita itu kesal mendengarnya, sedangkan Zion merasa heran.
Cih, dijodohkan denganku saja dia marah-marah. Apa sekarang dia berubah pikiran? Lihat saja, kalau kamu setuju menikah denganku, aku akan menolaknya mentah-mentah.
"Tapi masalahnya aku yang tidak mau. Jadi boleh buatmu saja!"
Zion melebarkan matanya, siap menerkam dan menelan gadis sombong yang duduk dihadapannya.
Baru kali ini dia dilecehkan, diremehkan, direndahkan oleh seorang perempuan yang sayangnya memang cantik, pintar, kaya lagi.
Sabar Zion, tunggu waktu yang tepat untuk membalas wanita ini.
☆☆☆
Keempat orang tua sedang duduk di ruangan VVIP untuk membicarakan perjodohan itu. Meskipun sudah ditolak secara terang-terangan, namun mereka tetap saja tidak menyerah. Entah siapa yang paling berambisi. Orang tia Zion atau orang tua Lexa?
Sebagai orang tua Zion yang anaknya sudah ditolak, seharusnya mereka merasa malu dan mundur. Tapi mereka sepertinya menerapkan prinsip bisnis dalam segala aspek. MAJU TERUS PANTANG MUNDUR!
Perbaiki proposal, presentasikan dengan baik, optimis dan percaya diri, sampaikan keuntungan yang diperoleh, maka proposal akan di acc dan kesepakatan akan segera ditanda tangani.
Mereka lupa, kalau anak mereka juga berotak bisnis dan jiwa muda yang memberontak.
Jika tidak suka ya tunjukan kekurangan lawan bisnis, keuntungan yang kurang memadai, dan segala kerugian yang di dapat. Tolak, lalu menaikan level persyaratan agar mereka mundur dan menyerah.
Licik harus dibalas licik! Itulah prinsip Lexa. Jangan lemah atau lawan akan mengalahkanmu. Punya strategi dan serang di waktu yang tepat.
Bagi Zion sendiri, yang penting dia bisa membungkam mulut Lexa yang seperti cabe kering itu, menurutnya cabe kering lebih pedas daripada cabe segar.
Dia merasa tertantang. Mungkin dia harus berlibur untuk menyegarkan pikiran dan mencari ilham.
☆☆☆
Lexa dan David sibuk mengobrol melalui telepon. Tidak dipedulikannya Zion yang duduk di hadapannya juga seorang wanita yang sekarang berbeda lagi seperti yang pernah Lexa lihat.
Lihat kan? Bagaimana mungkin Lexa setuju untuk menikah dengan playboy seperti Zion. Bisa-bisa dia diselingkuhi dengan wanita yang berbeda-beda setiap harinya.
Orang tuanya benar-benar tega! Apa hati dan pikiran mereka sudah tertutup?
Zion sesekali melirik Lexa. Dia tidak peduli dengan wanita yang ada di sebelahnya. Dia selalu amnesia dengan wanita-wanita itu. Dari mana mereka kenal dan dimana atau dikenalkan siapa. Baginya, mereka yang datang ya biarkan saja. Yang penting jangan merepotkan. Tapi akhir-akhir ini dia mulai jengah. Dia sudah kesal dengan mulut Lexa sekarang harus ditemploki oleh wanita-wanita genit. Dia jadi ingin olah raga tinju. Dia teringat akan Aron, sepertinya Aron orang yang tepat untuk melampiaskan kekesalannya.
"Ya sudah Sayang, kamu lanjut kerja lagi ya. Jangan kelelahan, aku menyayangimu dan menunggumu disini. Bye honey!"
Lexe memutuskan panggilan itu. Hatinya terasa senang setelah berbicara dengan David. Disaat-saat sulit David lah yang selalu menemani dan menghiburnya, juga Hannie.
Lexa benar-benar merindukan mereka.
.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Sudut SENJA
cerita nya udah bisa d tebak, tapi aku takut salah
2023-02-24
1
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwk baru aja Zion berangan2 sombong,hancur deh🤣🤣🤣🤣
2023-02-15
1
zhafieera
meloto... melotooot daaah
2023-01-02
1