Pembicaraan diluar pekerjaan terus berlanjut diantara dua pria yang sudah lanjut usia itu, mereka sesekali melihat putra putri mereka yang nampak acuh satu sama lain.
"Ayo kita makan siang bersama." Alex berdiri disusul oleh Ronald.
"Ayo Zion, kamu juga Lexa!"
Lexa mengambil tasnya dan mulai melangkah mengikuti mereka. Alex dan Ronald masih terus berbincang diselingi tawa hingga mereka tiba di depan loby.
"Lexa, kamu sama Zion saja ya. Ayah akan bersama dengan Om Ronald."
Zion membawa sendiri mobilnya, sedangkan Alex dan Ronald disopiri oleh Pak Dirman.
Mereka tiba di restoran dan segera memasuki ruang VIP.
"Bagaimana pekerjaanmu selama di Jepang, Lexa?"
"Lancar, Om!"
"Kamu memang berbakat ya, sama seperti orang tuamu. Beruntung sekali pria yang menjadi suamimu." Ronald melirik Zion sambil tersenyum tipis.
Sajian mulai di hidangkan di atas meja.
"Kamu ingat tidak, saat masih kecil kamu dan Zion sering main bersama?"
"Enggak!"
Jawab yang telak. Singkat padat dan jelas. Tanpa basa-basi. Ronald terkekeh pelan. Zion sendiri biasa-biasa saja mendengar jawaban Lexa.
"Dulu kamu sering banget loh minta gendong sama Zion."
"Iya Ron, bahkan dulu waktu masih kecil mereka sering mandi dan tidur bersama."
Zion langsung tersedak makanannya.
"Hahaha, iya Lex. Lexa juga sering main dedek bayi dan memanggil Zion papa sambil menggendong dan memberikan dot susu pada boneka perempuannya."
"Hahaha .... "Suara tawa semakin nyaring memekakkan telinga.
Wajah Zion semakin merah dan panas. Begitu juga dengan telinga dan tengkuknya. Sadangkan si lawan jenis seperti tidak mendengar apa-apa. Anteng, cold, cuek ... atau budek? Entahlah!
"Mereka lupa kali, Ron."
"Sudah lama juga sih. Yang penting kita sebagai orang tua ingat betapa lucunya mereka saat masih kecil."
Selesai makan, kedua orang tua yang sibuk menggoda anak mereka itu akhirnya menyelesaikan obrolan mereka yang dianggap tidak bermutu oleh muda-mudi itu.
"Lexa, kamu tidak usah kembali ke kantor. Kamu pulang atau jalan-jalan saja diantar oleh Zion, ya!"
"Iya Zion, kamu antar Lexa. Temani dia kemanapun dia mau, lalu antar dia pulang dengan selamat. Daddy masih ada urusan dengan Om Alex."
Mereka akhirnya berpisah di parkiran.
"Kamu mau kemana?"
"Ke mall. Kamu antar saja sampai sana, setelah itu kamu boleh pergi."
"Aku temani kamu."
Lexa tidak berkata apa-apa lagi.
Sesampainya di mall, mereka hanya melihat-lihat tanpa tujuan yang jelas.
"Kamu mau beli apa?"
"Tidak ada."
"Terus untuk apa ke sini?"
"Hanya jalan-jalan saja. Kemarin aku sudah ke mall dan membeli kebutuhan aku."
Akhirnya mereka menuju cafe. Lexa memesan es krim sedangkan Zion memesan kopi.
"Zion!" panggil seorang wanita berpakaian seksi.
"Kamu katanya sibuk, kenapa sekarang ada di sini?"
Zion berpikir sejenak.
"Aku memang sibuk Sinta!"
"Sinta? Siapa Sinta? Aku Sandra!"
"Owh!"
Lexa tertawa. Zion dan wanita yang bernama Sandra itu menatapnya.
"Kamu menertawakan aku? Kamu siapa? Selingkuhan Zion?" tanya Sandra pada Lexa. Lexa masih nampak acuh.
Merasa di acuhkan, Sandra lalu mendobrak meja. Membuat Lexa terkejut.
"Hei dasar cewek sialan. Kamu jangan coba-coba godain Zion!"
"Aku? Godain dia? Coba lihat dirimu sendiri. Pakaianmu yang kekurangan bahan, mending bermerek. Semua yang kamu pakai hanya barang KW. Riasan seperti ondel-ondel. Cantikan juga aku. Tidak perlu pakaian seksi juga sudah terlihat seksi dan berkelas. Kamu hanya sebutir debu yang dengan tidak tahu malu ingin disejajarkan dengan berlian."
"Apa kamu bilang?"
"Kamu debu, aku berlian!"
"Apa kamu bilang?"
"Cih, sok cantik tapi budek!"
Lexa langsung mengambil tasnya.
"Minggir, kamu menghalangi jalanku."
Lexa langsung meninggalkan mall itu dan pulang dengan menggunakan taksi.
Sedangkan Zion sedari tadi tidak berusaha melerai percecokan itu. Prinsipnya jangan ikut campur pertengkaran dua wanita atau lebih. Toh dua orang itu juga bukan siapa-siapanya. Bukan mommy, pacar ataupun istrinya. Dia tidak sadar kalau kejadian tersebut terjadi karena dirinya.
☆☆☆
"Jangan lupa nanti malam kita akan malam bersama." Bunda mengingatkan Lexa yang sedang menikmati lemon teanya sore ini.
"Iya, Bun."
"Gimana hari pertama kamu bekerja?"
"Biasa saja. Belum terlalu sibuk."
Tidak lama kemudian Alex pulang. Sang istri menyambut kepulangannya.
Jam setengah tujuh Lexa bersiap-siap. Dia menggunakan gaun hitam yang sudah disiapkan oleh bunda.
Setelah semuanya siap, mereka menuju restoran yang ada di sebuah hotel.
Mereka lagi? Bosan, aku.
Lexa melihat Ronald, Zion dan seorang wanita yang sepertinya istri dari Ronald.
Mereka bertiga menyambut kedatangan Alex dan keluarga.
"Maaf kami terlambat."
"Ah tidak Lex. Kami juga baru saja tiba. Ayo silahkan duduk."
Bunda dan Mommy Zion langsung cipika cipiki.
"Wah, Lexa. Astaga kamu cantik sekali, sayang. Mommy sampai pangling. Bagaimana kabar kamu?"
"Baik tante."
"Panggil mommy dan daddy saja, ya!"
Lexa mengangguk dengan senyuman yang dipaksakan.
Mereka mulai menikmati makan malam itu. Zion melirik Lexa, mengingat kejadian tadi siang saat di mall.
"Oya Lexa, Zion. Maksud diadakannya makan malam ini adalah kami sebagai orang tua kalian ingin mempererat hubungan persahabatan diantara dua keluarga ini. Saling kerja sama antara perusahaan sudah, tapi sepertinya masih kurang."
Terdengar serakah!
"Jika hubungan kedua perusahaan ini kuat, maka kita akan menjadi raja bisnis yang disegani oleh pengusaha-pengusaha lain."
Zion dan Lexa terdiam.
"Kami mau kalian menikah!"
"APA?" Zion dan Lexa sama-sama terkejut.
"Aku tidak mau!" Lexa menolak mentah-mentah perjodohan itu.
"Aku sudah punya pacar dan kami saling mencintai."
"Lexa, dengar ... "
"Pokoknya aku tidak mau!"
"Kalian akan menikah secepatnya!"
Tidak ada yang mau mengalah antara ayah dan anak perempuan itu.
"Serakah sekali kalian, hanya untuk mengembangkan bisnis mengorbankan kebahagiaanku!"
"Lexa!"
"Memang benar. Kalian sudah tua, seharusnya memikirkan kebahagiaan anak, bukan memperbanyak harta!"
"Lexa cukup!"
"Kalau mau mempererat hubungan, kalian kawin silang saja!"
Lexa langsung meninggalkan kelima orang itu yang sedang mencerna kata *kawin silang!
Bertukar pasangan?
Gagasan gila*!
"Maaflan Lexa, mungkin dia hanya terkejut."
"Saya juga permisi dulu!" Zion berdiri dan meninggalkan keempat orang tua itu.
"Jadi bagaimana?" tanya mommy Zion.
"Tentu saja mereka akan tetap menikah," jawab bunda Lexa.
"Tapi apa Lexa akan setuju?"
"Biar kami yang mengurusnya."
Mereka melanjutkan obrol tentang acara pertunangan dan pernikahan anak mereka. Tidak peduli apakah anak-anak mereka setuju atau tidak. Rencana tetap harus dijalankan. Bahkan tanggal pertunangan dan pernikahan juga sudah ditetapkan dari jauh-jauh hari.
Lexa menghentakkan kakinya dengan kesal.
Sembarangan saja mau menikahkan aku dengan cowok brengseng dan playboy seperti itu. Dia pikir aku sama seperti para wanitanya yang akan klepek-klepek dengan pesonanya! Mimpi saja kau.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gimana ceritanya, seru enggak? Tinggalkan jejak ya. Terima kasih sudah membaca dan dukungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Fhebrie
seru sih Thor si olay boy sama si angkuh
2024-01-31
1
gibran Gara
👍👍👍
2023-06-17
1
Qaisaa Nazarudin
Idiihh maksa banget,Yg ada anak2 kalian gak akan bahagia..
2023-02-15
1