Pagi-pagi sekali Lexa sudah siap dengan pakaian kerjanya. Dress selutut ditambah dengan blezer semi formal. Rambutnya diikat. Setela merasa penampilannya sempurna, Lexa turun menuju ruang makan.
"Wah anak bunda cantik sekali."
"Pagi Yah, pagi Bun!"
"Ayo kita sarapan dulu, setelah itu kita ke kantor bersama."
Lexa mengambil selembar roti bakar dan mengoleskan madu di atasnya. Minumannya air jeruk hangat ditambah sedikit madu.
Setelah menghabiskan dua lembar roti dan segelas jeruk hangat, Lexa mengelap mulutnya.
"Ayo kita berangkat!"
Lexa mengecup pipi bundanya dan segera menyusul sang ayah. Pak Dirman mulai menjalankan mobilnya.
"Jam sembilan nanti kita akan rapat dengan Wilson Group."
"Sampai kapan aku akan di Jakarta?"
"Kamu ini, baru kemarin kamu tiba di Jakarta. Sekarang sudah mulai bosan."
Alex tahu kalau putri semata wayangnya itu tidak betah di Jakarta. Sudah sering dia dan istrinya menyuruh Lexa pulang ke Jakarta, namun putrinya itu bersikeras untuk tetap di Jepang.
Inipun Lexa mau pulang karena bundanya menangis dan sering sakit karena merindukan Lexa.
Setelah melalui jalanan yang cukup padat, mereka akhirnya tiba di perusahaan. Pak Dirman menghentikan mobilnya tepat di depan loby kantor, lalu membukakan pintu untuk tuan Alex dan Lexa.
Saat memasuki loby, semua pandangan langsung terarah pada gadis cantik itu. Entah itu sekuriti, cleaning service, resepsionis, karyawan biasa, hingga manager dan direktur yang sedang berdiri di depan lift memandang kagum akan pesona Lexa.
Lagi-lagi Lexa nampak tidak peduli.
"Selamat pagi Pak!"
"Selamat pagi Pak William."
"Selamat pagi Pak!"
Sapaan di berikan oleh karyawan kepada Alex yang di kantornya dipanggil William.
"Selamat pagi semuanya," balas Alex kepada semuanya dengan tersenyum. Lexa masih nampak tak bergeming. Melirik kanan kirinya saja tidak.
"Dony, perintahkan kepada seluruh dewan direksi untuk berkumpul jam delapan nanti!" perintah Alex kepada Dony, asistennya.
"Baik Pak!"
"Oya Siska, apa semuanya sudah siap?"
"Sudah Pak." Siska adalah sekretaris Alex yang juga sudah lama bekerja disana.
Lift berhenti di lantai sepuluh. Lexa dan Alex menuju ruangan yang terlihat elegan dengan suasana silver. Sedangkan Siska dan Dony mulai mengerjakan pekerjaan mereka.
"Anda mau minum apa, Nona?"
"Teh hangat tanpa gula, tapi dikasih madu. Oya, aku juga mau sedikit salad buah."
"Baik."
"Bagaimana ruangan ini, apa kamu suka?" tanya Alex kepada putrinya setelah Siska keluar.
"Iya aku suka."
"Baguslah, ruangan ini akan menjadi ruanganmu. Kamu juga bisa mengubahnya sesuai selera kamu."
"Lalu ayah?"
"Tentu saja ayah akan pensiun. Ayah sudah tua Lexa, ayah ingin menikmati masa tua ayah bersama bundamu."
"Tua dari mana sih, Yah? Ayah bahkan belum lima puluh tahun. Masih gagah dan tampan."
Orang tua Lexa memang menikah muda, mereka juga cepat memiliki anak. Jadi tidak heran kalau mereka masih muda.
"Kamu ini pintar sekali memuji!"
"Memang kenyataannya seperti itu. Ayah dan bunda kan, menikah muda."
Alex mengangguk.
"Benar. Ayah menikah di umur dua puluh, sedangkan bundamu di umur delapan belas tahun. Lalu bagaimana denganmu?"
"Kenapa aku?"
"Saat umur bundamu dua puluh tiga tahun, kami sudah memiliki gadis cilik berusia empat tahun dan saat ini umurmu sudah dua puluh tiga tahun."
Lexa mengernyitkan keningnya, mencoba menelaah arah pembicaraan sang ayah.
"Maksud ayah ... "
Prmbicaraan terhenti karena pintu diketuk oleh Dony.
"Maaf Pak, sudah jam delapan. Seluruh dewan direksi sudah menunggu di ruang meeting."
"Baiklah. Ayo Lexa!"
Mereka menuju ruang meeting nomor satu. Ruang meeting yang paling besar, yang terletak di lantai sembilan."
Dony dan Siska berjalan di belakang Alex dan Lexa. Dony segera membukakan pintu setibanya mereka di depan ruangan.
Semua orang langsung berdiri dan memberi hormat kepada Alex. Setelah Alex dan Lexa duduk, mereka lalu duduk.
"Selamat pagi semuanya!"
"Pagi Pak!" jawab mereka serempak.
"Perkenalkan, ini Alexa Elora William, putri semata wayang saya."
Mereka melihat Lexa dan tersenyum. Tapi tidak ada senyuman pada wajah Lexa.
"Mulai hari ini dia akan membantu saya di perusahaan. Sebelumnya dia mengurus perusahaan yang ada di Jepang dan bergantian dengan di Turkey juga Belanda."
Suasana nampak hening beberapa detik. Yang ada dalam pikiran orang-orang itu hanyalah betapa beruntung yang menjadi suaminya. Cantik, seksi, pintar dan kaya. Apalagi yang kurang?
"Dia akan memiliki wewenang yang sama dengan saya. Jadi kalau saya sedang tidak ada, kalian bisa meminta persetujuannya dalam mengambil keputusan. Rapat, tanda tangan, lakukan lah dengannya."
Suasana masih tetap hening.
"Ada yang ingin kamu sampaikan, Sayang?" tanya Alex. Lexa hanya menggeleng.
"Baiklah, hanya itu yang ingin saya sampaikan."
Mereka berempat lalu meninggalkan ruangan itu.
"Kenapa kamu diam saja?"
"Memangnya apa yang harus aku bicarakan? Memberikan biodataku? Mengajak mereka berkenalan?"
Alex hanya menghela nafas pelan. Gemas dengan sikap putrinya itu.
Saat memasuki ruangan, segelas teh dan semangkuk salad sudah tersaji di atas meja. Lexa langsung menikmati hidangan itu. Alex tersenyum melihat putrinya, dia sendiri duduk di meja kerjanya dan mulai sibuk dengan pekerjaannya.
Tok tok tok
Pintu di ketuk oleh Siska.
"Maaf Pak, Pak Wilson sudah datang."
"Suruh mereka masuk!"
Ronald Wilson dan putranya memasuki ruangan itu. Pandangan mereka terarah pada Lexa yang masih sibuk menikmati salad buahnya dan sama sekali tidak menyadari kehadiran mereka.
Alex yang menyadari arah pandangan itu langsung berdeham.
"Lexa! Pak Ronald dan putranya sudah datang."
Lexa langsung melihat ke arah Ronald dan putranya, lalu menyuap suapan terakhir salad buahnya.
"Selamat pagi Pak Wilson."
"Halo Lexa, kamu sudah besar dan semakin cantik saja ya. Tidak usah formal, dulu kamu kan memanggil saya, Om. Oya, ini Zion. Kamu masih ingat, kan?"
Lexa melihat Zion, nampak berpikir tapi dia diam saja. Sedangkan Zion? Dia merasa dicuekin.
"Ayo kita mulai saja."
Mereka memulai rapat di ruangan itu. Rapat ini membahas tentang kerja sama mereka di bidang perhotelan dan apartemen yang akan dibangun di beberapa kota besar di luar jakarta. Mereka juga ingin membuat mall dan tempat wisata. Tentu saja ini proyek besar.
"Kamu ingat kan saat kita muda dulu."
"Kamu dan Diana ... "
"Saat kita kuliah ... "
Rara mengeryitkan keningnya.
Mau rapat atau nostalgia, sih?
Rara mengambil ponselnya dan mulai berkirim pesan dengan David. Senyum mengembang di bibirnya yang seksi itu, membuat Zion semakin betah memandangnya. Zion sendiri juga sibuk dengan ponselnya.
Sandra
[Sayang, aku kangen.]
Sinta
[Beb, kita makan siang sama-sama ya.]
Ellena
[Miss you.]
Maudy
[Nanti siang temani aku shopping.]
Ayu
[Menurut kamu aku pakai baju warna biru atau kuning?]
Tiara
[Aku kesel deh, tas yang mau aku beli sudah habis.]
Zion mendengus kesal.
Apa urusanku? Mereka membosankan sekali.
Zion melirik Lexa yang sepertinya tidak punya selera untuk menatap Zion penuh dengan kekaguman seperti wanita lain.
Ck, gadis sombong! Apa pesonaku sudah luntur? Tidak mungkin.
.
.
.
.
.
.
.
.
Semoga menghibur. Jangan lupa like dan komen ya. Terima kasih atas dukungan kalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Fhebrie
papa Alex baru berumur 43th on nooo... om om ganteng dong seumurN sama suamiku sdh punya anak perawan berumur 23 th sedangkan suamiku punya anakku yg baru berumur 14th 😅
2024-01-31
1
Sudut SENJA
kurang fokus ne Thor ngetik nya ya
2023-02-23
1
Qaisaa Nazarudin
Kok Rara?? bukan Lexa ya namanya😃😃
2023-02-15
1