Part 5

"Nona, semalam Anda ke mana saja? Saya khawatir dengan nona," ucap Jean sambil memasakkan makan siang untuk Diandra. Sedangkan Diandra duduk di ruang makan sambil membaca buku. Ia menghentikan kegiatan membacanya dan menatap Jean.

"Aku hanya ke rumah Naya. Kau tidak perlu sekhawatir itu Jean," balas Diandra. Ia melanjutkan kembali membaca bukunya.

"Jean, apa kau sudah memasukkan surat lamaran kerjaku ke Andrea's Group?" tanya Diandra.

"Sudah nona, sesuai dengan apa yang Anda perintahkan," jawab Jean. Diandra mengangguk paham.

Beberapa saat kemudian, Jean selesai memasak makanan untuk Diandra. Sesuai dengan apa yang Diandra inginkan. Yah, begitulah... Diandra jarang berkutat langsung di dapur bahkan hampir tidak pernah. Setiap makanan yang ia makan waktu di rumahnya adalah hasil masakan Jiana, ibunya.

Sejak kecil, Jiana dan Raka sangat memanjakan Maura dan Diandra. Namun yang berbeda di sini adalah Maura lebih mandiri daripada Diandra. Walaupun Maura adalah anak angkat mereka, tetapi tidak pernah ada perbedaan kasih sayang. Bahkan keduanya tak merasa kekurangan kasih sayang dari Raka dan Jiana.

"Jean, aku kangen sama bunda. Bagaimana keadaannya saat ini?" tanya Diandra disela makannya.

"Jika nona merindukan nyonya, nona bisa menjenguk beliau," balas Jean. Diandra menghembuskan napasnya sedikit kasar.

"Aku takut jika aku pulang aku tidak bisa keluar lagi. Dan kamu tahu kan papa itu seperti apa? Aku saja tidak berani menghubungi kak Maura sampai saat ini," sahut Diandra.

Jean juga tidak bisa memberikan saran pada Diandra selain menyuruhnya untuk kembali ke rumahnya. Meskipun Jean sering berhubungan dengan orang tua Diandra dan memberikan kabar kepada mereka, tetap saja Jean masih berharap Diandra pulang ke rumahnya.

"Sudahlah, nanti saja aku menghubungi mereka," ujar Diandra dan segera menghabiskan makannya. Setelah selesai, Diandra menuju ke kamarnya dan mengunci dirinya. Ia ingin sendirian saja untuk saat ini. Bahkan Jean pun tak ia izinkan untuk menemaninya di dalam kamarnya.

*

*

*

Di kediaman Sanjaya, tepatnya rumah orang tua Diandra. Jiana selalu kesepian setiap harinya. Sudah beberapa bulan ini ia tak berjumpa dengan putrinya. Meski terkadang Maura beserta suami dan anaknya berkunjung ke rumahnya, tetap saja Jiana merasa sepi dalam hatinya.

Putrinya sudah lama tak pulang dan ia hanya tahu kabar tersebut memalui Jean. Raka juga sama keras kepalanya. Ia tak mencari putrinya itu meski Jiana tahu suaminya bisa melakukannya.

Perjodohan yang sengaja Raka atur untuk putrinya itu tak bisa diganggu gugat. Yah, perjodohan memang tak bisa menjamin jika kelak akan hidup bahagia dengan pasangan yang telah dipilihkan. Meski Jiana pernah memaluinya, namun ia ragu akankah putrinya mampu melewatinya.

Perdebatan pun sering terjadi antara Raka dan Jiana. Jiana menginginkan putrinya bebas memilih jalan yang ingin ia lalui. Tetapi disisi lain, justru suaminya telah mengatur perjodohan itu. Meski Diandra dan Rizal sudah saling mengenal sebelumnya, tetap saja hati siapa yang bisa memaksa.

"Sayang, kenapa melamun lagi?" tanya Raka yang menyadari bahwa istrinya lagi-lagi tengah melamun. Jiana kembali melipat baju-bajunya dan baju suaminya. Raka menghampiri Jiana. Ia duduk di samping Jiana dan memeluknya.

"Ada apa?" tanya Raka dengan lembut.

"Mas, apa bisa kamu batalkan perjodohan itu? Apa kamu tidak kasihan pada putri kita? Kamu juga memblokir semua kartunya, bagaimana bisa putri kita menderita seperti itu mas?" ujar Jiana. Raka mengusap punggung Jiana dengan lembut. Lalu mengecup puncak kepala Jiana sekilas.

"Sayang, mas melakukan ini bukan tanpa alasan. Mas juga terpaksa, agar Diandra cepat pulang ke rumah kita. Begini saja, jika Diandra belum juga pulang dalam dua bulan ke depan, mas sendiri yang akan menjemputnya dan membatalkan perjodohan ini. Jangan sedih ya," tutur Raka dengan lembut.

"Kamu janji?" tanya Jiana. Raka menganggukkan kepalanya. Ia kembali memeluk istrinya.

Sebenarnya, Raka hanya ingin mengetahui seberapa mandirinya putrinya itu. Mengenai perjodohan itu, Raka juga tak ingin memaksa jika Diandra tak mau menerimanya. Untuk saat ini, ia akan membiarkan putrinya melakukan hal yang ingin ia lakukan. Selagi ia masih bisa memantau dan mengetahui apa yang dilakukan putrinya itu, Raka hanya akan diam.

"Jangan sedih, kalau kamu merindukan Diandra, besok aku akan menghubungi Jean agar menjemputmu untuk bertemu Diandra sayang," tutur Raka. Jiana tersenyum tipis. Setidaknya, suaminya mengizinkannya untuk mengunjungi putrinya di luar sana.

"Bujuklah dia untuk pulang ke rumah. Bagaimanapun juga, aku papanya juga merindukannya," ucap Raka. Ia menyelipkan anak rambut Jiana ke belakang telinga.

"Istirahatlah, biar mas yang menyelesaikan ini semua," ucap Raka. Ia mengambil alih pekerjaan Jiana untuk ia selesaikan. Karena waktu sudah larut dan pasti istrinya juga lelah.

Jiana menurut pada suaminya. Ia segera menuju ke tempat tidur dan berbaring di sana. Lalu memejamkan matanya untuk beristirahat. Sedangkan Raka melanjutkan melipat baju-bajunya dan menatanya di dalam almari.

*

*

*

Sang mentari mulai menampakkan diri. Seharusnya, hari yang cerah ini mampu membuat hidup lebih berwarna. Lain halnya dengan Diandra yang hanya bermalas-malasan di dalam kamarnya. Tak ada aktivitas yang menuntutnya harus bangun pagi. Tak ada kegiatan yang menuntutnya harus mandi pagi.

Diandra beringsut untuk bangun ketika mendengar dering ponselnya. Dengan malas, Diandra menekan tombol berwarna hijau dan menempelkan ponselnya di dekat telinganya.

"Halo," jawab Diandra dengan malas.

"Selamat pagi, apa betul dengan bu Diandra? Kami dari Andrea's Group ingin menyampaikan bahwa bu Diandra diterima bekerja di Andrea's Group," ujar seseorang dan langsung membuat Diandra terkejut.

"Hah? I-ini serius? Saya di terima kerja?" tanya Diandra terkejut.

"Iya benar bu, silakan datang ke kantor kami pukul 08.00 untuk melakukan proses selanjutnya," ujar seseorang itu.

"Pasti saya akan datang. Terima kasih banyak," ucap Diandra dengan senang. Setelah menutup teleponnya, Diandra segera berlari keluar kamar dan memberitahukan kabar baik ini pada Jean.

"Jean, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan..." ucap Diandra dengan senang bahkan sampai memeluk Jean sangat erat. Beberapa saat kemudian, ia melepas pelukan itu.

"Selamat nona, saya juga ikut senang mendengarnya," balas Jean. Diandra tersenyum lebar.

"Jean, bantu aku menyiapkan pakaian kerjaku. Aku akan mandi dan bersiap," ujar Diandra. Ia segera menuju ke kamar mandi. Ia tak ingin meninggalkan kesan buruk di hari pertama kerjanya dengan terlambat.

"Tuhkan... Aku juga bisa bekerja dan menghidupi keperluanku sendiri tanpa bantuan papa," gumam Diandra.

"Kali ini aku pasti akan bekerja sebaik-baiknya dan membuktikan pada papa bahwa Diandra bisa hidup tanpa fasilitas dari mereka," gumam Diandra lalu segera mandi. Setelah sekian lama ia melamar pekerjaan, akhirnya hari ini ada kepastian juga. Diandra akan bekerja semaksimal mungkin.

Terpopuler

Comments

Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸

Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸

btw jean ini cewek apa ciwok thor?sy mikirnya cowok lho..

2021-02-12

0

Tipyani Astuti

Tipyani Astuti

bgs dian semangat dian smg ktm jdh y

2021-01-20

0

Yunni Kris Budi Yanthi

Yunni Kris Budi Yanthi

nyimak thor

2020-11-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!