Keesokan harinya...
Diandra bersiap untuk kembali ke apartemennya sendiri. Karena tak hentinya Jean menghubunginya. Kanaya juga harus kembali bekerja. Tak mungkin ia berada di apartemen Kanaya sendirian.
"Nay, terima kasih ya sudah mengizinkanku menginap di sini," ujar Diandra sambil membereskan tempat tidur yang semalam ia pakai. Sedangkan Kanaya sedang bersiap untuk ke kantornya.
"Kita sahabat Diandra. Kamu jangan mengucapkan terima kasih lagi. Aku akan selalu membantumu," balas Kanaya. Diandra tersenyum tipis. Mereka berjalan keluar dari apartemen.
"Lalu bagaimana? Apa sudah kamu pikirkan untuk kembali ke rumahmu?" tanya Kanaya saat mereka berjalan menuju lift. Diandra menggeleng pelan. Ia sebenarnya juga lelah hidup seperti itu. Kanaya mengusap bahu Diandra dengan lembut.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Ngomong-ngomong, terima kasih ya untuk tadi malam. Karena kamu berhasil mengusir Kevin," ucap Kanaya.
"Aku tidak mau ucapan terima kasih. Jika ingin berterima kasih, traktir aku makan saja lain kali, hehe," gurau Diandra. Lalu mereka tertawa bersama. Mereka berpisah setelah sampai di lobi. Kanaya pergi untuk bekerja, sedangkan Diandra memilih untuk kembali ke apartemennya sendiri.
"Haduhh.. Lapar.. Huhuhu," gumam Diandra saat ia berjalan untuk mencari taksi. Ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jean. Tetapi, Diandra lupa tidak mengisi baterai ponselnya. Diandra menghela napasnya. Lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam tasnya.
Saat ini Diandra berada di supermarket. Setelah berpikir panjang, akhirnya Diandra memutuskan untuk membeli beberapa kebutuhan hidupnya. Diandra memilih beberapa sayuran dan camilan. Bahkan keranjang yang ia bawa hampir penuh. Selesai berbelanja, Diandra menuju ke kasir. Ia mengeluarkan kartu atm yang ia punya.
"Maaf kak, kartunya tidak bisa dipakai," ucap karyawan tersebut lalu memberikan kartunya pada Diandra.
"Hah? Coba ganti kartu yang ini," ucap Diandra lalu memberikan kartu yang satunya lagi. Ternyata semua kartu yang ia punya tak dapat digunakan untuk bertransaksi.
Ia sudah belanja begitu banyak namun tak sanggup untuk membayarnya. Ponselnya pun mati dan tak bisa meminta bantuan pada Kanaya ataupun Jean.
"Sebentar ya," ujar Diandra. Kasir tersebut tersenyum.
"Pakai kartu saya," ucap seseorang dari belakang. Diandra langsung menoleh dan menatap siapa yang membayar belanjaannya. Kasir tersebut menerimanya dan melakukan pembayaran.
"Kamu..." ucap Diandra dan mengerutkan dahinya. Bagaimana tidak, Kevin yang telah membayar belanjaannya kali ini. Laki-laki yang ia usir tadi malam.
"Ini belanjaannya dan kartunya tuan. Terima kasih," ucap kasir itu. Kevin menerimanya. Sedangkan Diandra masih dalam keterkejutannya.
"Terima ka..."
"Tidak perlu berterima kasih! Aku yang bayar jadi ini punyaku. Mark, bawa belanjaan itu ke mobil," ucap Kevin dengan tegas. Membuat Diandra terkejut untuk kedua kalinya.
"Baik tuan muda," balas Mark dengan patuh. Ia mengambil alih beberapa kantung kresek itu. Kevin melangkah kembali menuju ke mobilnya. Diikuti Mark yang membawa belanjaan tersebut.
"Hei tunggu!" ucap Diandra dan berlari menyusul mereka berdua.
"Kau tidak bisa membawa belanjaanku seenaknya! Itu punyaku!" teriak Diandra. Kevin menghentikan langkahnya dan menatap Diandra.
"Nona, saya yang bayar semua ini. Jadi itu punya saya," ucap Kevin dengan sinis. Diandra semakin dibuat kesal oleh Kevin. Meskipun ia belum bisa membayar belanjaan itu, namun Diandra berniat untuk menghubungi Jean agar membantunya membayar total belanjaannya.
"Tidak bisa! Aku yang memilih ini semua. Ya memang, aku belum membayarnya, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya membawa belanjaanku!" ucap Diandra tak mau kalah. Kevin tertawa kecil. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya.
"Mark, sedekahkan semua belanjaan itu pada nona ini. Aku sudah tidak butuh," ucap Kevin dengan santainya. Lalu ia berjalan kembali meninggalkan Diandra dan Mark.
"Nona, maaf jika perkataan tuan muda menyinggung Anda. Ini belanjaan Anda. Mohon Anda jangan tersinggung," ujar Mark dengan sopan. Ia memberikan belanjaan tersebut kepada Diandra. Lalu Mark segera menyusul Kevin.
"Gila ya tu orang. Tapi lumayan juga, sayangkan kalau dibuang," gumam Diandra. Ia tak ambil pusing dan segera pergi ke apartemennya kembali.
"Tuan muda, Anda mengenal nona tadi?" tanya Mark saat mereka sudah berada dalam mobil. Mark melajukan mobilnya menuju ke kantor.
"Tidak," jawab Kevin.
"Lalu, kenapa Anda membantunya membayar belanjaannya tadi?" tanya Mark penasaran.
"Kenapa sekarang kamu cerewet sekali? Tidak perlu memikirkannya!" ujar Kevin sedikit kesal. Mark langsung terdiam dan tak ingin menanyakan hal lebih jauh lagi.
Kevin pun juga tak mengerti kenapa ia harus membayar belanjaan wanita tadi. Melihat Diandra tak bisa memakai kartunya, membuat Kevin berinisiatif untuk menolongnya. Mungkin karena Diandra adalah sabahat Kanaya, jadi Kevin berbaik hati untuk menolongnya.
***
"Naya, makan siang sama siapa?" tanya Aldo saat menghampiri meja kerja Kanaya.
"Sendirian aja, memangnya kenapa Al?" balas Kanaya.
"Mmm... Kalau boleh, aku mau ajak kamu makan siang," ujar Aldo. Kanaya tersenyum tipis. Ia menyetujui permintaan Aldo begitu saja. Kanaya juga tidak keberatan makan siang dengan Aldo, teman satu kantor dengannya.
Aldo terlihat senang saat Kanaya menyetujuinya. Ia sudah lama menyimpan perasaan pada Kanaya, namun tak berani untuk mengungkapkannya. Baru kali ini Aldo mempunyai keberanian mengajak Kanaya makan bersama.
Mereka berjalan menuju kantin. Meski Aldo sempat menawarkan untuk makan di restoran terdekat, Kanaya menolaknya. Ia lebih suka makan siang di kantin yang ada di kantor tersebut. Selain murah, Kanaya juga suka dengan masakan-masakan yang tersedia di sana.
"Terima kasih ya Al... Tumben kamu ngajak aku makan siang bareng," ujar Kanaya. Saat ini mereka tengah menunggu makanan yang mereka pesan.
"Iya, kamu tidak keberatan kan jika aku mengajak makan siang setiap hari?" ucap Aldo dengan hati-hati. Kanaya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. Ia tahu jika Aldo berusaha dekat dengannya.
"Boleh," jawab Kanaya santai. Ia juga sudah tidak terikat apapun lagi dengan Kevin. Jadi, Kanaya akan mencoba membuka hatinya untuk pria lain. Jika dilihat, Aldo tidak buruk juga, pikir Kanaya.
***
Selesai rapat, Kevin langsung menuju ke ruangannya. Ia beristirahat sejenak di sofa. Mengendurkan dasinya dan melepas jasnya. Ia bersandar pada sofa sambil menghela napasnya. Sedangkan Mark berdiri di samping Kevin untuk menunggu perintah.
"Mark, apa sudah ada yang melamar menjadi sekretaris pribadiku?" tanya Kevin.
"Sudah tuan muda. Ada beberapa yang melamar posisi tersebut. Apa Anda ingin melihat datanya?" ucap Mark. Kevin mengangguk. Mark segera mengambilkan data yang Kevin minta. Kevin melihat satu persatu calon pegawainya itu. Kevin tersenyum tipis saat melihat nama Diandra dan fotonya yang berada pada tumpukan berkas pelamar pekerjaan itu.
"Mark, selidiki latar belakang gadis ini. Aku ingin dia yang jadi sekretarisku," ucap Kevin lalu memberikan lembaran-lembaran itu pada Mark. Mark mengangguk dengan patuh.
"Apa aku tidak salah dengar? Apa mungkin akhirnya tuan muda bisa melupakan nona Kanaya?" batin Mark senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Rangga
Wah kalau ketemu kevin, takut nya kevin balas dendam deh thor
2021-05-07
0
Tipyani Astuti
hhhh diandra sm kevin gpp kl y klo dia jodoh
2021-01-20
0
Franki Lengkey
oh apa yg terjadi
2020-11-03
0