Part 3

Sudah satu minggu terlewatkan. Namun Diandra tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Beberapa berkas yang ia masukkan untuk mengisi lowongan itu tak kunjung menghubunginya.

Fasilitas dari orang tuanya pun dicabut satu demi satu. Berharap jika Diandra akan pulang dan mengelola perusahaan orang tuanya itu. Dan itu berarti Diandra harus menyetujui perjodohan yang telah ditetapkan orang tuanya.

Di sinilah tempat Diandra menghabiskan waktunya. Kafe yang tidak terlalu besar dan ramai. Hampir setiap hari ia berada di kafe itu. Karena itu tak jauh dari lokasi Kanaya bekerja.

Diandra akan menunggu Kanaya hingga pulang kerja. Menunggu di kafe itu sambil melamunkan bagaimana ia bisa mendapatkan pekerjaan. Apapun itu, asal mampu untuk menghidupinya selama kabur dari orang tuanya. Ia tak bisa terus menyusahkan Kanaya. Selama ini sudah banyak Kanaya membantunya.

24 tahun usia Diandra memang tak muda lagi bagi seorang wanita. Ia juga memiliki mimpi hidup bahagia dengan pasangannya kelak. Namun, harapan itu akan pupus jika ia harus menikahi Rizal Abraham. Laki-laki yang akan dijodohkan dengannya.

Diandra tak ingin menyiakan waktu bersama dengan orang yang tidak pernah ia cintai. Maka dari itu, ia terpaksa kabur dari rumahnya. Dan sialnya, Jean selalu bisa menemukan dirinya di manapun Diandra berada.

Bukan tanpa alasan ia harus dijodohkan seperti itu. Kedua orang tuanya khawatir putrinya tak bisa menemukan pasangan yang baik untuknya. Yang menyayangi Diandra dan mencintainya dengan tulus. Terlebih lagi, Rizal adalah kandidat paling cocok untuk Diandra.

Mungkin cocok menurut orang tuanya tetapi tidak untuk dirinya. Meski Diandra mengenal Rizal sedari kecil, namun ia tak menaruh harapan untuk mengarungi rumah tangga bersama dengan laki-laki itu.

"Di, sudah lama ya?" tanya Kanaya yang baru saja sampai di sana. Ia duduk berhadapan dengan Diandra.

"Lumayan sih, hehe... Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Diandra.

"Tidak ada kendala. Oh ya, sudah mendapat pekerjaan?" tanya Kanaya. Diandra menggeleng pelan. Tak ada satupun dari mereka yang menghubunginya.

Diandra menghela napasnya dengan pelan. Ia menatap ke arah jendela lalu tersenyum tipis. Ia juga bingung, tak ada perusahaan yang menerimanya.

"Apa aku pulang ke rumah aja ya? Dan menerima perjodohan itu?" ucap Diandra. Kanaya menyentuh punggung tangan Diandra. Ia mengusapnya dengan lembut.

"Diandra, maaf aku tidak bisa banyak membantumu. Perusahaanku juga belum membuka lowongan pekerjaan. Maaf," ucap Kanaya.

"Nay, kamu sudah cukup banyak membantuku. Aku yang seharusnya minta maaf karena sudah merepotkanmu," ucap Diandra merasa bersalah. Mereka berdua saling tersenyum.

*

*

*

Malam ini Diandra memutuskan untuk menginap di apartemen Kanaya. Jika hatinya sedang buruk, Diandra selalu menenangkan diri di sana.

Kanaya sedang memasak makan malam. Meskipun hanya menu sederhana, namun Diandra begitu menyukainya. Ia sangat kagum pada Kanaya. Mandiri dan serba bisa. Tidak seperti dirinya yang seperti anak manja saja. Karena sedari kecil segala fasilitas akan mudah ia dapatkan namun berbeda dengan Kanaya.

"Di, kenapa menatapku seperti itu?" ujar Kanaya lalu tertawa kecil.

"Aku baru tahu kalau ternyata sahabatku ini begitu sempurna," ucap Diandra lalu terkikik.

"Nay, aku iri sama kamu. Kamu bisa menjalani hidupmu sesuai apa yang kamu inginkan. Berbeda dengan diriku," ucap Diandra mengeluh. Kanaya hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Tapi kamu beruntung Di, kamu punya keluarga yang begitu menyayangimu. Tidak dengan diriku. Aku harus bekerja keras untuk hidupku sendiri. Justru aku yang iri padamu," batin Kanaya.

Tak lama kemudian, makanan tersebut sudah siap di meja makan. Diandra tak sabar untuk segera menyantapnya. Masakan Kanaya adalah makanan terbaik yang ia makan setelah masakan ibunya.

Tok tok tok

Saat sedang asik makan malam, mereka dikejutkan dengan suara ketukan pintu dari luar. Mereka berdua menatap ke arah pintu. Kanaya tak merasa mengundang seseorang lagi. Begitu pula dengan Diandra.

"Aku buka pintu dulu. Kamu lanjut makan saja," ujar Kanaya. Diandra mengangguk pelan. Kanaya berdiri dan melangkah menuju pintu. Lalu membuka pintu tersebut.

"Kamu!!" pekik Kanaya yang terkejut melihat kedatangan Kevin. Kevin tersenyum tampan sambil menatap Kanaya, wanita yang tak ingin ia lepaskan itu.

"Untuk apa lagi kamu ke sini?" tanya Kanaya dingin.

"Apa aku tidak dipersilakan untuk masuk ke dalam?" Kevin bertanya balik. Kanaya menatap Kevin dengan geram. Bagaimana tidak, pria yang ada di depannya saat ini sangat tidak tahu malu.

"Kamu sebaiknya pulang saja. Lagipula ini sudah malam. Aku tidak mau seseorang salah paham," ujar Kanaya. Lalu ia menutup pintunya. Tetapi, Kevin menahan pintu tersebut dan ia berhasil masuk ke dalam. Kevin duduk di sofa dengan begitu santainya.

Sedangkan Diandra masih menikmati makan malamnya. Ia tidak ingin mengganggu sahabatnya itu. Ia memilih untuk diam dan menunggu tamu Kanaya pergi dari sana.

Beberapa saat kemudian, Diandra memutuskan untuk melihat siapa yang datang mencari Kanaya. Karena terdengar mereka sedang bertengkar di ruang tamu.

"Ini bukan rumahmu jadi kau tidak bisa seenaknya seperti ini! Keluar sekarang juga atau aku akan panggil polisi!" bentak Kanaya.

"Begitu bencinya kamu sama aku? Sampai kamu tega Nay?" ujar Kevin tak mau kalah.

"Cukup! Maaf, bukannya aku mau ikut campur masalah kalian. Tuan, Naya tidak ingin bertemu dengan Anda, kenapa Anda masih tidak tahu malu?" Tiba-tiba Diandra datang dan membela Kanaya. Kanaya terlihat sedih karena terganggu dengan kedatangan Kevin.

"Di," ucap Naya lalu berlindung di belakang Diandra.

"Siapa kau? Beraninya mencampuri urusanku!" ujar Kevin sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah Diandra. Diandra menepis tangan Kevin. Ia menatap garang ke arah Kevin.

"Kau ini pria kasar sekali ya? Naya tidak ingin bertemu denganmu tapi kau terus memaksanya. Aku sebagai sahabatnya tidak akan membiarkan hal ini terjadi!" ucap Diandra.

Diandra menarik tangan Kevin dan membawanya keluar dari apartemen Kanaya. Lalu menuju lift dan tidak melepaskan genggamannya itu.

"Kau berani sekali!"

"Apa? Dasar pria kasar!" sahut Diandra. Mereka saling menatap untuk beberapa saat. Hingga tersadar jika liftnya sudah sampai di lantai bawah. Bahkan Diandra baru sadar bahwa ia juga ikut masuk ke dalam lift.

"Lepaskan!" ucap Kevin.

"Apa?"

"Nona, kau menggenggamku terus, apa kau ingin menggodaku?" ujar Kevin lalu menyeringai. Kevin berjalan pelan mendekati Diandra. Membuat Diandra sedikit salah tingkah.

"Ka-kau... Jangan sembarangan!" ujar Diandra lalu mendorong Kevin hingga keluar dari lift. Lalu ia menekan kembali tombol liftnya.

"Dasar pria gila," batin Diandra.

Sedangkan Kevin hanya tersenyum tipis. Ia menghubungi Mark untuk menjemputnya. Meski hari ini gagal untuk meyakinkan Kanaya, Kevin tidak akan mudah menyerah. Ia akan terus berjuang mendapatkan cinta dan kepercayaan Kanaya.

Terpopuler

Comments

Tipyani Astuti

Tipyani Astuti

ayo thor semangat

2021-01-20

0

Franki Lengkey

Franki Lengkey

semangat thor💪💪💪💪💪

2020-11-03

0

🧭 Wong Deso

🧭 Wong Deso

Jika berkenan Mampir dan baca juga yah karya recehku..

2020-10-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!