Esok adalah hari di mana aku akan bertemu calon suamiku yang dijodohkan denganku. Bukannya merasa takut aku justru merasa enjoy karena yah, sejujurnya aku memang siap untuk menikah.
Tapi, di sela sikapku yang santai aku juga memikirkan perasaan pasanganku nanti. Apakah dia terpaksa? Atau merasa beruntung seperti yang tengah aku rasakan.
"Hemm, kira-kira calon pasanganku nanti. Apakah dia menerimaku dengan baik ya?" kutanya pada diriku sendiri sembari aku mencoreti kertas kosong di hadapanku.
Melihat tingkah ku yang aneh, adikku masuk ke dalam kamarku.
"Kak, lagi ngapain? Bisa bantuin aku ngerjain bahasa inggris enggak?" tanya adikku.
Aku berpikir, ketimbang melamun tak jelas lebih baik aku mengajari adikku. Adikku bernama Putri Amalia Saraswati ia sekarang duduk di kelas 2 SMA. Dia termasuk murid yang pandai, namun soal bahasa inggris dia selalu bertanya padaku.
Aku mempunyai dua adik, yang pertama yaitu, Putri dan yang kedua ialah, Alfarezza Hanjaya ia masih kelas 1 smp. Ya, aku ini anak pertama dari tiga bersaudara. Aku mengakui diantara kedua adikku visual yang ku punya terbilang kurang. Mereka sungguh beruntung memiliki wajah yang imut dan manis. Sementara, aku? Ya, aku mengucap cantik pada diriku hanya karena berusaha lebih mensyukuri hidup yang aku jalani. Oke intinya aku jelek.
Eits, tapi jangan bilang karena aku jelek makanya aku senang dijodohin oleh orangtuaku. No, aku senang karena mungkin inilah saatnya aku bertemu dengan jodohku. Aku telah sangat lama mencarinya diantara ribuan manusia di bumi ini.
*****
Aku sudah siap untuk pergi ke restoran memakai dress warna merah berpaduan dengan heels warna hitam.
"Wih, semangat kak! Semoga jadi beneran perjodohannya!" ledek Alfarezza.
"Berisik! Iya deh ... Aamiin." Aku bergegas mengikuti orangtuaku keluar rumah menuju mobil.
'TAK ... TAK ... TAK ...' suara heels-ku berdecak kencang, aku terburu-buru lari memasuki restoran.
Sesampainya di dalam ... Aku melihat seseorang lelaki yang sangat tak asing dipandangan mataku. Aku hanya terbengong dan tidak langsung duduk bersama keluargaku yang telah duduk bersama keluarga lelaki yang tak asing itu.
"Sayang, kenapa berhenti di situ! Sini nak!" sontak Ibu meleburkan lamunanku.
"Eh, iya ..." Aku segera duduk tepat di kursi yang berhadapan dengan lelaki calon jodohku itu. Dadaku sesak karena debaran jantungku yang amat kencang, aku berada di posisi yang sangat menegangkan. Di depan calon suamiku.
"Ini, anak saya ... Apa kamu sudah kenal dengannya nak Letta?" tanya pria tua yang pastinya adalah Ayah dari lelaki di hadapanku.
"Eh, i ... iya. Dia ..." ungkapanku terpotong karena jemari yang hangat menempel di punggung telapak tanganku. Aku melotot kebingungan dengan lelaki di hadapanku, Kenapa dia memegang tanganku? Batinku.
"Dia pegawai di kantor Eric, Pah," ungkapnya enteng.
"Kalian sudah kenal dekat?" tanyanya lagi.
"Eung..." "Iya kita kenal dekat." Eric dengan mudahnya tersenyum dan menjawab pertanyaan Ayahnya dengan kebohongan.
"Alhamdulillah, bagus dong. Tinggal kita atur acara pernikahannya, " timpal Ibuku.
Jujur saja aku hanya terdiam membisu, aku tidak berani bicara apapun. Karena aku merasa kenyataan ini terlalu ajaib untukku. Eric Sultan, CEO tampan dan kaya raya ini, yang aku panjang fotonya di bilik kerjaku. Ia sekarang menjadi calon suamiku. Dan sedari tadi ia masih menggenggam tanganku dengan lembut.
Malam berjalan dengan cepatnya, mereka berbicara banyak tentang acara pernikahanku dengan Eric. Aku tetap saja hanya diam dan semua pertanyaan yang diberikan padaku, aku jawab seadanya. Aku juga terfokus pada Eric yang selalu tersenyum, tertawa hangat pada orangtuanya dan orangtuaku. Dia seakan tak memiliki beban seperti yang aku rasakan.
Apa dia benar-benar, menerimaku? Kok santai banget sih. Apa dia suka juga sama aku? Ahhh Eric! Jangan buat aku baper dong!, tanyaku dalam hati.
"Kamu, kenapa ngelamun trus?" bisik Eric padaku dan tentu saja itu membuatku kaget.
"Eng, maaf Pak Eric, saya enggak ngelamun kok," ujarku sembari menunduk.
"Enggak usah malu, malam ini kamu cantik kok," ia berucap sembari tersenyum manis padaku.
Kini kita tengah bertatap muka, dan ia terus tersenyum padaku. Wajahku memanas dan memerah tak tertahankan. Aku balik tersenyum malu pada Eric.
Seusai berunding, kita pun beranjak menuju tempat parkir mobil untuk segera pulang.
Keluarga kami berpisah di depan restoran, namun ketika aku berjalan menuju mobil.
"Aletta!"
Aku menoleh mendengar seseorang memanggil namaku, "Pak Eric?" aku berhenti melangkah.
"Eng ..." Ia hanya berdiri di hadapanku seperti orang kebingungan.
"Ada apa Pak Eric?" tanyaku heran melihat tingkahnya.
"Besok, kamu kerja?"
Ha? Cuma nanya besok aku kerja? Maunya apa ni orang sih, keluhku di hati.
"Iya, Pak."
"Eung, boleh aku beri kamu sesuatu?"
"Boleh saja, aku menerima apa saja pemberian bapak," ungkapku santai.
"Kamu, cantik hari ini ... Cupp"
'DEG' jantungku seolah terhenti, orang ini terlalu jalang! Ia dengan seenaknya mengecup bibirku secara tiba-tiba.
"Aku balik ya, hati-hati di jalan. Besok kita ketemu di kantor! Bye calon istriku."
Setelah memberi kecupannya, ia dengan santai meninggalkan aku dengan senyum dan lambaian tangan. Kakiku gemetaran menerima situasi ini. Aku benar-benar kaget dengan kelakuan Eric. Aku terus memegang bibir dan menghapus bekas kecupannya walaupun tidak akan hilang.
Sesampainya di rumah, Aku terus kepikiran dengan ciuman dari Eric, sampai aku tidak bisa tidur dengan pulas malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Fitria Kie
ko bisa segampang itu ce hahaha
2020-10-14
0
L.O.V.E ❤💛💚💙
"KISAH CINTA TAK SEINDAH NOVEL ROMANTIS" kata DIA ...... tapi emang indah kok kisah cintanya semangat..... 😆😆😅😅
2020-08-08
1
Istama Nurlaila
kayaknya seru nih
2020-07-22
2