"Huammmhhh ... Udah pagi aja. Apa!! Jam delapan!" sontakku kaget melihat jam yang tertera di layar handphone-ku. Aku segera bergegas menuju kamar mandi, karena aku sadar aku akan terlambat masuk kantor.
Sesampainya di kantor, aku melihat bilikku tengah ramai akan orang-orang yang menggerombol.
" Ekhem, permisi. Ini kan bilik saya, kenapa pada nggerombol di sini?" ungkapku berusaha menyingkirkan banyaknya manusia yang tengah bergerombol itu.
Tanpa basa-basi, seorang perempuan dengan rambut warna blonde mendorong tubuhku kencang sampai aku hampir menatap komputer di dalam bilikku.
"Heh! Maksud kamu apaan majang-majang foto Tuan Eric di situ! Kamu penguntit ya!" labrak perempuan berambut blonde itu.
Dengan sigap aku berdiri dan merapikan pakaianku. Aku pun membalas ucapan perempuan tadi, "Dengar, aku di sini hanya ingin bekerja bukan untuk mencari musuh. Dan untuk masalah foto Pak Eric, kenapa kalian sangat heboh sih... Dianya aja enggak masalah kok! Lagian suka-suka aku mau panjang foto siapa aja di bilik kerjaku. Kalau kalian enggak suka! Ya jangan dilihat! Sudah pergi kalian!"
Ungkapanku membuat perempuan blonde itu naik pitam, ia hampir saja menjambakku jika seseorang tidak mencegah tangannya. Aku hanya bisa begidik ngeri melihat tingkah perempuan itu.
Semua pegawai kantor akhirnya menatapku dengan wajah yang sama, seolah akulah yang bersalah akan semua kejadian ini. Aku pun segera merobek semua foto Pak Eric yang sengaja aku pasang. Tak kusangka, ternyata foto Pak Eric membawa musibah bagiku.
Aku pun keluar untuk membuang jauh foto Pak Eric. Ketika aku tengah bangkit dari kursi, seseorang menahanku dari belakang.
"Apa yang kau bawa itu?" tanya seseorang itu.
"Ini..." aku menoleh dan amat terkejut melihat penampakan seseorang yang bertanya itu.
Ya, dia adalah bos besar Eric Sultan. Saat itu hanya rasa takut akan dipecat yang menghantui benakku.
"I ... ini hanya foto penyemangat kerja saya saja Pak, " jawabku terbata-bata.
"Kenapa disobek kalau itu menyemangatimu?" pancing Eric.
"Em, karena saya hampir saja mati hanya karena saya memanjang foto ini. Permisi, Pak." Aku izin untuk membuang foto itu.
Eric Sultan membuatku semakin tak karuan, dan pandangan karyawan lain terlihat semakin bengis padaku. Saat aku tengah berjongkok di depan tempat sampah, tanpa aku sadari ternyata Eric mengikutiku.
" Eum, apa itu fotoku?" tanyanya.
Aku pun berusaha jujur dan bilang, "iya, Pak. Ini foto Anda. Saya minta maaf karena sudah memasang foto Anda di bilik saya. Saya tidak ada maksud apa-apa, itu saya lakukan pure karena saya sering sekali mengantuk ketika bekerja. Jadi, jika ada Bapak di situ membuat saya lebih rajin lagi. Sekali lagi, saya mohon maaf."
Mendengar ucapanku, bukannya merasa risih Eric justru tersenyum lembut padaku.
" Oh, jadi gitu. Jadi, kau selalu menganggap aku mengawasi pekerjaanmu ya, " celoteh Eric dengan gayanya yang sangat cool.
" Kalau Bapak sudah tidak ada kepentingan, bisa tinggalkan saya."
"Lhoh, kamu kira saya ngikutin kamu ya?"
Dengan tensi aku menyadari perkataanku yang over pede. Aku kemudian menutup wajahku rapat dengan kedua telapak tanganku.
"Iya, aku akan pergi. Salam kenal ya Aletta," tutur Eric lalu meninggalkan aku.
Dikata terakhir Eric membuat degupan jantungku menjadi lebih kencang seolah dunia ku terhenti. Yah, aku rasa Eric menyapaku karena perbuatan bodohku yang memajang foto dia secara blak-blakan.
----
Setelah pulang dari kantor, aku masuk ke rumah dan langsung ambruk di sofa depan TV.
"Hari yang melelahkan," keluhku sambil memijat kening yang terasa sedikit nyeri.
'DRAPP ... DRAPP ... DRAPP ...' suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar dari arah dapur. Ya, itu Ibu yang tengah menghampiri aku.
"Nak, Ibu punya kabar baik untukmu."
"Kabar baik apa bu?" feeling-ku merasa aneh.
"Kau, akan dijodohkan dengan rekan kerja Ayahmu nak." Ibu terlihat begitu antusias.
"Hah? Jodoh? Baru juga kerja udah mau dinikahin aja," keluhku.
"Setelah kalian menikah, kan kamu masih bisa bekerja. Karena, sepertinya kalian akan bertemu setiap hari di tempat kerja," ucapan Ibu kali ini membuatku penasaran.
"Dia, kerja di kantor Aletta juga?"
"Iya."
"Ohh, yaudah kalau itu keputusan Ibu dan Ayah. Aku oke aja," jawabku singkat. Aku memang tak perlu ambil pusing dengan perjodohan ini. Sebenarnya, memang sudah lama aku ini ingin menikah. Tapi semua tak semanis itu, sudah berkali-kali aku mencoba untuk mencari cinta tapi aku tetap gagal dalam hubungan percintaan.
"Syukurlah, besok kita akan bertemu di restoran dengan calonmu. Kamu dandan yang cantik ya Aletta!"
"Iya iya, udah ah mau mandi." Aku langsung berdiri meninggalkan Ibuku.
Di kamar mandi,
"Kira-kira, siapa ya yang dijodohin sama aku? Cowok-cowok kantor biasa-biasa aja pula, cuma Eric Sultan yang luar biasa. Tapi, mana mungkin lah seonggok butiran debu ini berjodoh dengan emas dan bintang seperti Eric. Hahahaha mimpi," celotehku sembari sibuk menggosok kulitku dengan sabun mandi.
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Yuliantin Ant
dijodohin sm Eric mungkin yaa thor
2021-02-04
1
Nil Anil
visual thor
2020-07-30
1
Dea Safira
pasti eric sultan jodohnya
2020-07-15
3