Pagi tiba. Angkasa membuka matanya lebar dia memijit pangkal hidungnya kepalanya terasa berat dia bangun menyandarkan tubuhnya di badan ranjang merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku, Angkasa menyibak selimut matanya membola dengan sangat sempurna saat menyadari di tubuhnya tidak terdapat sehelai benangpun. Angkasa mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya kenapa bisa telanjang bulat? Dia melihat pakaiannya berserakan di lantai, Angkasa mengitari seisi kamar hotel yang di tempatinya.
"Apa ini? Apa yang terjadi padaku?" tanyanya.
Ceklek!
Di saat lagi di landa kebingungan pintu kamaranya terbuka terlihat Candra masuk kedalam membawa segelas minuman di tangannya, dia menghela nafasnya berat melihat tuan mudanya sudah bangun dengan raut wajah bingungnya. Candra berjalan mendekati Angkasa, sedikit menundukan kepalanya dia sangat yakin setelah ini tuan mudanya pasti akan mendapat masalah dari orang rumah, enggak menutup kemungkinan kalau tuan besar Edgar Bagaskara enggak tau apa yang sudah putranya lakukan.
"Anda sudah bangun tuan muda? Minumlah ini agar tubuh anda lebih rilex dan setelah ini anda bisa membersihkan diri terlebih dulu," ucap Candra.
"Candra, say-a," Angkasa tidak melanjutkan ucapannya melihat asisten pribadinya mendesahkan nafasnya.
"Nanti saya ceritakan tuan muda." sambung Candra kemudian.
Angkasa mengangguk patuh saat Candra menyuruhnya untuk bersih-bersih baru pertama kali asistennya itu menyuruh akan tetapi Angkasa, dia sama sekali tidak membantahnya, dirinya tau kalau Candra selalu ingin yang terbaik untuknya. Jujur Angkasa belum bisa mengingat apa yang terjadi dengan dirinya semalem dan kenapa pas bangun tidur tidak ada kain yang menempel di tubuhnya.
Enggak lama Angkasa keluar dari kamar mandi melihat Candra dengan wajah tegangnya. Angkasa masuk ke ruang ganti dirinya harus cepet-cepet pergi ke kantor sudah banyak kerjaan yang harus di selesaikan, Angkasa keluar dari walk in closet keluar dari kamar menghampiri Candra yang lagi duduk memainkan ponselnya.
Melihat kedatangan tuan mudanya Candra, langsung berdiri dia sedikit menundukan kepalanya, saat melihat tuan mudanya sudah duduk dia juga ikut duduk karena di suruh Angkasa, tuan mudanya menyuruh dirinya untuk menceritakan apa yang suda terjadi padanya.
"Ceritakan. Apa yang terjadi sama saya Candra? kenapa pas bangun tidur enggak ada yang kain menempel di tubuh saya?" tanya Angkasa dengan tatapan tajamnya.
"Apa tuan sama sekali tidak mengingat sesuatu? Coba tuan muda ingat-ingat lagi apa yang sudah tuan lakukan," bukannya menjawab Candra malah balik menyuruh Angkasa untuk mengingatnya.
"Kalau saya mengingat semuanya enggak mungkin saya bertanya sama kamu Candra! Apa gunanya kamu jadi asisten saya kalau saya harus melakukan semuanya sendiri. Otak kamu dimana hah!" hardiknya tidak habis pikir sama asistennya itu.
"Maafkan saya tuan muda, karena sudah lalai menjaga anda." ujar Candra lagi.
"Katakan yang jelas bodoh!" seru Angkasa menarik kemeja yang Candra kenakan membuat tubuh pemuda itu sedikit terguncang.
"Seseorang sudah menjebak anda, tuan muda." sahut Candra kemudian melihat Angkasa.
"Menjebak? Menjebak bagaimana Candra!" sorot mata Angkasa seperti pedang yang siap menebas lawannya.
Candra membuang nafasnya lewat mulut sebelum akhirnya dia mulai menceritakan apa yang sudah terjadi sama tuan mudanya itu, Candra menceritakan semua dari awal yaitu dimana tuan mudanya itu mabuk berat dan menyuruh dirinya untuk meninggalkannya sendiri. Tidak mau terjadi sesuatu sama tuan mudanya dirinya meminta pelayan untuk mengantarkan segelas teh hangat untuknya. Dan dimana Candra melihat pelayan itu keluar dalam penampilan yang terlihat berantakan sambil menangis.
Angkasa mengeraskan rahangnya mendengar semua yang Candra ceritakan. Dirinya tidak percaya kalau di hotel keluarganya ada seseorang yang berani menjebak dirinya! Siapapun itu Angkasa tidak akan pernah melepaskannya dan orang itu harus bertanggung jawab atas apa yang sudah orang itu perbuat. Angkasa berbalik badan langsung memukul rahang Candra, dia marah karena kelalainnya.
Bugh!
"Bagaimana mungkin kamu bisa lalai akan hal ini Candra! Dan siapa yang sudah menjebak saya? Saya enggak mau tau. Kamu harus cari tau siapa orang yang sudah berani menjebak saya dan cari tau dimana keberadaan pelayan itu bawa dia kesini!" amarah Angkasa semakin memuncak setelah mengetahui semuanya.
"Tanpa anda minta, saya pasti akan melakukannya tuan muda. Anda tidak perlu khawatir," sahut Candra.
"Tunggu apa lagi! Cepat lakukan sekarang!" teriak Angkasa begitu menggelegar.
****
Indira mengerjapkan matanya saat merasakan ada sebua tangan lembut mengusap keningnya, kelopak matanya mulai terbuka dengan sempurna dia merasa tempat itu terlalu asing untuk dirinya. Indira melihat ruangan dimana dirinya berada sekarang? Indira melihat sosok yang di sayanginya lagi melihat dirinya dengan sorot mata yang terdapat kesedian di dalamnya.
"Ibu," panggilnya lirih.
"Nak, kamu sudah bangun?" tanyanya dengan suara berat.
"Ibu, aku ada dimana?" tanya Indira lagi.
"Kamu di rumah sakit, sayang," sahut sang, Ibu.
"Rumah sakit?" sahut Indira seperti sedang memikirkan sesuatu.
Bayangan buruk yang terjadi semalam langsung berputar di ingatannya, Indira menggelengkan kepalanya air mata kembali berhamburan, dia memukul-mukul kepalanya sendiri saat menyadari kini dirinya sudah tidak perawan lagi.
"Tidak! Tidak! Ini tidak mungkin terjadi! Ibu, laki-laki itu sudah menghancurkan hidupku, Bu" teriak Indira begitu histeris menangis sejadi-jadinya.
Bu Sukma berhambur memeluk putrinya dengan erat, beliau meneteskan air matanya tidak pernah menyangka putri semata wayangnya akan mengalami kejadian buruk yang akan membuat kehidupannya hancur. Bu Sukma tidak tau apa yang akan terjadi di kehidupan anaknya kedepannya nanti? Apapun itu dirinya akan selalu berada di sampingnya.
"Kamu, yang sabar, Nak," ucap bu Sukma hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.
"Ibu, aku sudah kotor, Bu! Aku sudah kotor! Tidak ada gunanya lagi aku hidup," Indira tergugu di pelukan sang Ibu.
Mendengar isak tangis sang putri membuat bu Sukma ikut terluka sama apa yang sedang putrinya rasakan saat ini, siapa laki-laki yang sudah tega merenggut kesucian putrinya? Kenapa sampai hati membuat hidup putrinya menderita. Bu Sukma berharap bisa ketemu sama pelaku yang sudah melecehkan putrinya.
Semalem saat sedang cemas menunggu kepulangan sang putri tiba-tiba ada nomer yang tidak di kenal menghubunginya. Jantung bu Sukma berdetak hebat mendapat kabar tentang putrinya dari seseorang yang tidak di kenalinya, tidak peduli hujan yang begitu deras di sertai petir bu Sukma mengajak suaminya pergi ke rumah sakit untuk melihat ke adaan putrinya.
"Kamu tidak kotor, Nak, jangan pernah menganggap diri kamu itu kotor. Ini musibah kamu harus bersabar dan jangan pernah merendahkan diri kamu sendiri. Kamu harus kuat menghadapi cobaan ini." ucap bu Sukma mengusap bahu putrinya.
Ceklek!
Pintu ruang rawat inap Indira, terbuka terlihat laki-laki yang semalem menolong Indira datang bersama, pak Hary orang tua Indira. Pak Hary mendongak melihat laki-laki di sampingnya.
"Ibu, aku tidak sanggup menjalani ini semua, Bu," ucap Indira terisak-isak.
"Kamu pasti bisa, Nona Indira. Izinkan saya untuk bertanggung jawab sama apa yang terjadi sama kamu!" ujarnya tiba-tiba membuat Bu Sukma dan Indira, melihat ke arahnya dengan wajah terkejutnya.
"Tidak bisa!" seru seseorang.
****
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments