Semua para tamu undangan saling berbisik-bisik mendengar ucapan, Angkasa yang secara langsung menolak perjodohan ayahnya dengan putrinya pak Himawan. Tamu undangan yang tadinya terlihat tenang mendengar pengumuman yang di sampaikan tuan Edgar, kini jadi saling mengeluarkan ucapan-ucapan membuat tuan Edgar merasa malu akibat ulah putranya karena terang-terangan menolak perjodohan darinya.
Nyonya Aura bisa melihat kobaran api di mata sang suami, rahangnya mengeras pun tangannya yang terkepal kuat beliau tau kalau sang suami pasti lagi menahan amarah. Nyonya Aura mengusap lengan suaminya berharap suaminya tidak terpancing emosi di depan para tamu, beliau sangat menyayangkan sikap putranya yang berani menolak perjodohan ayahnya di depan semua orang. Nyonya Aura juga tidak membenarkan keputusan sepihak suaminya, tidak seharusnya sang suami ngomongin masalah perjodohan tanpa sepengetahuan putranya karena bagaimanapun Angkasa berhak tau soal ini pikir nyonya Aura.
Angkasa. Dia melihat ayah dan juga ibunya, dia juga melihat tuan Himawan beserta istrinya dan juga putrinya Maudi, perempuan yang mau di jodohkan dengannya. Angkasa melihat wajah-wajah kedua belah pihak dan melihat respon berdeda dari meraka setelah mendengar penolakan darinya, ya inilah keputusan yang harus di ambil karena dirinya memang tidak mempunyai perasaan apapun sama perempuan itu. Jadi terpaksa dirinya harus menolak rencana ayahnya dan juga tuan Himawan.
Maudi meremas kedua tangannya yang berkeringat, dia menundukan pandangannya ke bawa tidak menyangka Angkasa, bakalan menolak dirinya secara terang-terangan di depan umum. Sunggu perempuan itu sangat malu dan tidak terima penolakan dari Angkasa.
"Angkasa! Stop. Apa yang kamu katakan? Jangan bikin papah malu di depan kolega bisnis papah dan di depan para tamu undangan papah!" ujar tuan Edgar menekankan suaranya.
"Maafkan Angkasa pah. Tapi Angkasa harus melakukan ini, Angkasa tidak mau di jodohkan sama Maudi." ujar Angkasa melihat ayahnya.
"Angkasa, Papah bilang stop!" seru tuan Edgar saat melihat putranya maju kedepan.
Angkasa tidak menghiraukan ucapan ayahnya dia tetep melangkah maju kedepan dan mengambil mikrofon dari tangan mc. Dia meminta perhatian para tamu undangan membut semua orang langsung berpusat ke arahnya. Angkasa melihat semua para tamu undangan dan mengembuskan nafanya pelan sebelum akhirnya dia memberi tau ke semua orang kalau dia menolak perjodohannya bersama Maudi, putri dari pasangan tuan Himawan.
"Sebelumnya saya minta maaf, saya minta waktunya sebentar karena ada sesuatu yang mau saya sampaikan sama kalian semua biar kalian tau yang sebenarnya. Saya.. Angkasa Zen Bagaskara! Menolak perjodohan saya bersama Maudi putri dari tuan Himawan!" ujar Angkasa memberi tau kesemua tamu undangan.
Plak!!!
"Papah!" seru Nyonya Aura.
"Papah!" panggil Frey putri bungsunya.
Pak Himawan, nyonya Ratu dan juga Maudi, tersentak kaget saat tiba-tiba tuan Edgar melayangkan tamparan keras di pipi putranya. Pak Himawan terlihat puas atas apa yang tuan Edgar lakukan ke putranya. Karena laki-laki itu suda berani menolak putrinya di depan umum dirinya merasa terhina karena perlakuan Angkasa terhadap keluarganya.
Tuan Edgar menatap putranya tajam! Beliau marah besar karena sang putra berani membantah ucapannya dan membuatnya malu di depan semua orang. Nyonya Aura sudah terisak melihat perselisihan antara putra dan juga suaminya dan inilah yang nyonya Aura takutkan soal rencana sepihak suaminya.
Angkasa melihat sang ayah dengan pandangan tidak percaya, bukan karena sakit karena tamparan yang di berikannya melainkan kaget baru pertama kali ayahnya menampar dirinya di depan umum. Tapi Angkasa terima itu karena dirinya memang salah sudah membuat orang tuanya malu di depan para kolega bisnisnya, tapi inilah keputusan yang tepat untuk dirinya pikir Angkasa seperti itu.
"Apa kamu sadar atas apa yang kamu lakukan barusan? Kamu sudah membuat papah malu di depan tamu undangan papah! Sadar tidak kamu hah!" teriak tuan Edgar memaki putranya.
"Maafkan aku pah. Tapi aku harus melakukan ini!" sahut Angkasa.
Plak!
Bugh!
"Pah stop. Apa yang papah lakukan? Papah menyakiti anak kita pah." ujar nyonya Ratu mendekati suaminya.
Pak Himawan mendekati keluarga tuan Edgar dan berdiri di hadapan mereka. Di sebelahnya ada sang putri yang sudah banjir air mata karena merasa malu gara-gara Angkasa.
"Tuan Edgar. Saya tidak terima keluarga anda sudah mempermalukan keluarga saya di depan semua orang dan saya enggak akan tinggal diam." Pak Himawan menunjuk-nunjuk tuan Edgar dan langsung pergi dari hadapan mereka.
******
Argh!!!
Argh!!!
Crang!
Crang!
Di dalam kamar hotel yang di tempatinya, Angkasa membanting semua minuman alkohol miliknya sampai berserakan di lantai. Dia menjambak rambutnya kasar! Angkasa marah besar dan kesal terhadap ayahnya karena tidak memberi taunya lebih dulu soal rencananya.
Seorang laki-laki gagah tinggi dengan rahang kokoh hanya bisa memperhatikan tuan mudahnya marah-marah dia adalah Candra asisten pribadi Angkasa. Candra melihat semua yang terjadi antara tuan mudanya dan juga tuan besarnya tapi dia tidak bisa melakukan apapun karena itu masalah keluarga merek. Dirinya tidak berhak ikut campur yang akan membuat tuan Edgar semakin marah besar.
"Tuan muda, anda terlalu banyak minum," ucap Candra.
"Candra. Tinggalkan aku sendiri! Aku mau menenangkan diri," Angkasa melihat asisten pribadinya.
"Baiklah tuan muda, kalau ada apa-apa hubungi saya saja. Saya ada di bawa," sahut Candra keluar dari kamar meninggalkan Angkasa sendirian.
"Anda bukan menenangkan diri tuan muda, tapi anda malah seperti orang gila," batin Candra menggelengkan kepalanya.
Candra turun ke bawa dia melihat pelayan perempuan lagi beres-beres. Candra menjentikan jarinya menyuruh pelayan itu mendekat.
Pelayan itu mengangguk dan berlari kecil mendekati laki-laki yang memanggilnya, saat sudah di depannya pelayan itu menunduk dan menanyakan sesuatu padanya.
"Iya tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
"Iya. Saya minta kamu antarkan teh tawar anget ke kamar 303, berikan sama orang yang ada di dalam kamar itu dan bilang saya yang menyuruh kamu," ucap Candra memberi tau.
"Baik tuan, kalau gitu saya pemisi," pelayan itu pergi meninggalkan Candra mau membuat teh tawar sesuai permintaannya.
*****
"Sial ada apa denganku? Kenapa tubuhku panas sekali! Aku enggak kuat, aku sudah enggak bisa menahannya!" ujar Angkasa mengibaskan jasnya.
Angkasa. Laki-laki itu tiba-tiba merasakan panas di sekujur tubuhnya. Angkasa mondar-mandir di depan pintu kamarnya. Dia berniat menghubungi asisten pribadinya tapi lupa ponselnya ada dimana? Angkasa mengacak rambutnya frustasi dia enggak mungkin keluar kamar pasti banyak orang berkeliaran. Dirinya tidak mau kalau sampai membuat kesalahan besar. Angkasa menggigit bibir bawahnya kuat untuk menahan sesuatu yang bergejolak.
"Sial! Siapa yang sudah berani melakukan ini padaku!" seru Angkasa membuka jas dan juga kemejanya membuangnya ke sembarang arah hanya tersisa celana box*rnya saja.
Tok! Tok! Tok!
Ceklek!
Pintu terbuka Angkasa melihat perempuan berkerudung merah masuk kedalam kamarnya dia menelan ludahnya kasar melihat perempuan itu. Pelayan yang berpapasan dengan Candra adalah Indira, karena sudah tidak bisa menahan gejolaknya, Angkasa langsung menarik Indira dan memeluknya erat tidak membiarkan perempuan itu lepas dari dekapannya. Angkasa langsung mengunci pintunya membuang kuncinya ke sembarang arah.
"Astaghfirullah. Tuan apa yang anda lakukan? Lepaskan saya! Lepaskan saya!" teriak Indira berusaha melepaskan diri dari pelukan Angkasa.
Sret!
Sret!
Akh!
Indira berteriak histeris saat laki-laki yang tidak di kenalinya merobek bajunya hingga robek, Indira menggelengkan kepalanya dia menggigit tangan Angkasa, tapi tidak membuatnya lepas dari dekapannya. Tubuh Indira sudah bergetar hebat air matanya tumpah ruah mendapat perlakukan yang tidak menyenangkan.
"Jangan. Tolong jangan lakukan itu!" Indira menggeleng tidak percaya air matanya berhamburan membasahi wajahnya.
Bug!
"Tidak! Tidak! Lepaskan saya jangan lakukan ini! Jangan lakukan ini!" Indira semakin tergugu.
Angkasa tidak menghiraukan teriakan Indira, dia menghemaskan Indira ke ranjang dan langsung menindih tubuhnya. Angkasa menarik kerudung Indira dan melepaskan pakai*nnya sekali tarikan semua langsung lepas dari tubu Indira. Melihat tubuh pol*s Indira semakin membuat hasrat Angkasa tidak bisa di kendalikan lagi.
Akh!!!!!!
Indira menjerit kesakitan saat laki-laki yang tidak di kenal memasukan sesuatu kedalam miliknya. Indria merasakan hidupnya seketika hancur kesucian yang selama ini di jaga dengan baik kini di renggut sama laki-laki itu. Indra tergugu melihat laki-laki yang sudah menodainya sudah terlentang di sebelahnya, dia menatap benci laki-laki di sebelahnya. Indira turun dari ranjang melihat bercak darah di seprei. Indira masuk kedalam kamar mandi dan menumpahkan tangisnya.
"Kenapa ini semua terjadi padaku! Kenapaaaa!!!" Indira menangis di bawah air yang mengalir dari shower.
"Aku sangat membencinya! Aku sangat membencinya!" Indira mencakar seluruh anggota tubuhnya sampai meninggalkan bekas kemerahan dan memukul-mukul dadanya.
"Aku perempuan kotor! Aku perempuan hina! Allah. Kenapa engkau tidak ambil nyawaku saja!" jerit Indira menangis meraung-raung.
****
Indira meninggalkan hotel dia berjalan dengan langkah gontai bahkan dia tidak menyadari kalau dirinya berjalan di tengah-tengah jalan yang banyak kendaraan melintas. Indira sama sekali tidak peduli sekalipun harus tertabrak mobil, dia seperti sudak tidak memperdulikan dengan nyawanya sendiri, air matanya terus membasahi kedua pipinya merasakan hidupnya sudah hancur karena perbuatan laki-laki biadab yang sudah memperko*a dirinya.
Tin! Tin! Tin.
Dari arah yang berlawanan terlihat mobil melintas dengan kecepatan begitu kencang, sopir beberapa kali membunyikan klakson tapi Indira tidak memperdulikannya.
"Woy! Minggir!" teriak orang-orang yang melihat Indira malah berhenti di tengah jalan dan merentangkan kedua tangannya.
Akh!
Brakkk!
"Astaghfirullah! Ya Allah," teriak semua orang melihat kejadian di depan matanya.
*****
Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments