"Kenapa Alis menyukai Kak Neina?" Tanya Rayyan pada putrinya di sela sarapan.
Alisya menatap Daddynya. "Karena Kak Neina itu tidak sering marah-marah, Kak Neina tau kalau aku yang salah tapi kak Neina malah memelukku dan meminta maaf" jelas Alisya .
"Tidak seperti calon istri Daddy"cebik Alisya.
"Kau ini" mengacak Rambut Alisya.
" Ayo kita berangkat ".
Hari ini Rayyan menepati janjinya untuk mengajak Alisya bermain lagi di Rumah Neina. Sampai di Rumah Neina ,Alisya langsung berlari ke dalam Rumah Neina tanpa mengucap salam terlebih dahulu.
Ayah Ardi yang saat itu sedang membaca koran di dalam Rumah tekejut.
"Maaf Pak Anak saya masuk tanpa permisi"ucap Reyhan yang merasa tidak enak dengan tingkah putrinya.
"Tidak apa-apa , kalian mau pesan kue?"
Rayyan menggeleng.
"Dimana kak Neina ?"sela Alisya
"Hai...kalian sudah datang ya" Neina menuruni tangga, lalu mempersilahkan Rayyan dan Alisya duduk . Ia kemudian menceritakan awal pertemuannya dengan Alisya, kepada Ayah Ardi.
"Kak Neina, besok Alis akan kembali ke Kota" tiba-tiba Alisya memotong cerita Neina dengan wajah di tekuk seolah-olah enggan berpisah dengan Neina. Semua menatap ke arah Alisya
"Bolehkah kita pergi jalan-jalan seharian" Alisya menatap Neina dengan wajah sedih.
"Emmm " Neina melirik Ayahnya
"Ayah bolehkah aku _" tanya Neina menatap sang Ayah.
"Huh, kalian mau kemana?" Tanya Ayah Ardi ketus, karena tidak rela anak gadisnya di bawa pergi apalagi dengan seorang laki-laki.
Rayyan merasa tidak enak dengan situasinya. Ingin sekali ia membungkam mulut putrinya yang cerewet itu.
Bisa-bisanya Alisya mengatakan hal yang membuat Ayah Ardi melotot menatapnya
"Alis, Kak Neina mungkin sibuk lebih baik kita pulang saja ya" Rayyan mencoba membujuk putrinya.
"Jangan mengecewakan Anak kecil , bawalah Neina tapi jangan sampai malam. Segera kembali. Ingat putriku hanya akan menemani gadis kecil ini" Papa Ardi mengusap kepala Alisya.
"Dan kau Ayahnya hanya bertugas menjaga mereka berdua. Antarkan putriku sampai di Rumah dengan selamat jangan sampai lecet" Ardi melanjutkan ucapannya.
Rayyan menelan salivanya.
"Baik Om, terimakasih sudah mengijinkan ___" Belum selesai Rayyan berbicara Ardi sudah berlalu meninggalkan mereka.
"Ingat pesanku jangan mendekati Neina" Ayah Ardi berbalik melotot ke arah Rayyan.
"Ayah sudahlah,kau menakuti Alis" Neina sangat kesal pada Ayahnya.
"Nanti Ayah beritahu Ibu mu lekas kembali jangan dekat-dekat duda."
Ayah Ardi masuk ke dalam toko , saat ini ia yang menjaga toko karena istrinya pergi membeli bahan kue di temani Adam,adik Neina.
"Ayahku memang begitu,suka marah-marah" ucap Neina merasa tidak enak pada Rayyan yang sedari tadi memasang wajah masamnya.
"Akuu tidak mengerti mengapa ayah segarang itu memiliki seorang putri yang lembut dan selalu tersenyum, sedari tadi aku tidak melihat Ayahnya tersenyum dasar berwajah datar ! kalau bukan karena Alis aku tidak mau berurusan dengannya" gerutu Rayyan dalam hatinya.
"Hei" Neina melambaikan tangannya di depan wajah Rayyan.
"Ah iya ayokita berangkat" jawab Rayyan gugup.
"yeayyy, Alisya berlari masuk ke dalam mobil.
"Kita mau kemana?"tanya Neina.
"Aku tidak tahu"Rayyan menggedikkan bahunya. "Aku tidak tahu inikan desamu apa kau tidak tahu tempat yang tepat untuk Alis brmermain?. "
Rayyan balik bertanya menatap Neina. Dua manik hazel itu bertemu. Deg…
Seketika wajah Neina memerah. "Ak saya anu di sini tidak ada wahana permainan" jawab Neina gugup.
"Oh astaga kenapa wajahnya memerah. pantas saja Ayahnya memberi nama Khumaira. Wajahnya sangat menggetarkan jiwa" Rayyan berguman dalam hati sambil menenangkan detak jantungnya.
Sunyi,keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kita mau kemana Daddy" Alisya memecah keheningan di dalam mobil
" Ehemm , bagaimana kalau kita ke Pantai". Neina mencoba mencairkan suasana.
"Ide bagus" Rayyan kemudian menatap Alisya
"Aku mau Daddy"jawab Alisya yang mengerti tatapan Daddynya.
Rayyan kemudian memutar mobilnya menuju pantai.Sesampainya di pantai , Neina menggendong Alisya keluar dari mobil. Kemudian mereka berjalan menuju bibir pantai.
Neina dan Alisya sibuk membuat istana pasir. Sedangkan Rayyan, hanya memandang keduanya dari jauh. Sesekali terdengar suara tawa keduanya yang membuat Rayyan tersenyum dan tenggelam dalam lamunannnya.
"Neina mirip Alea mereka sama-sama ceria pantas saja Alisya menyukainya. Mereka akrab sejak pertama kali bertemu,dengan freya saja tiap hari bertemu tapi tetap saja Alisya tidak menyukainya. Apa Neina di takdirkan menjadi ibu untuk Alisya, tidak mungkin Neina masih bocah ingusan,mana mungkin bisa jadi ibu" batin Rayyan berperang.
Di tengah lamunannya tiba-tiba tangannya di tarik,
"Daddy ayo kita mandi pantai" Alisya berusaha menyeret Daddy nya ke bibir pantai.
Di sana terlihat Neina sudah basah. Rayyan terpaksa mengikuti putrinya bermain air. Mereka bertiga berlarian tampak seperti keluarga kecil, orang-orang memandang seperti itu.
Setelah lelah bermain, Rayyan menggantikan baju Alisya.
"Kau tidak bawa baju ganti?"Rayyan menatap Neina. Neina menggelengkan kepalanya.
"Kau ini kenapa mandi kalau tidak bawa baju ganti? ini pakailah dulu, baru kita mencari toko pakaian " Rayyan menyodorkan jaket nya pada Neina.
Bukan tanpa alasan Rayyan memberikan jaketnya pada Neina. Lekuk tubuh Neina terlihat jelas saat baju yang di pakainya basah dan Neina terlihat kedinginan.
"Ayo" Rayyan menarik tangan Neina.
Deg.
"Rasanya seperti tersengat aliran listrik tegangan tinggi" batin Neina.
"Ah iya Tuan"
"Jangan memanggilku Tuan aku bukan majikanmu" ucap Rayyan . Ia menatap Neina dan tangannya menyelipkan rambut Neina yang berantakan.
"Lalu harus ku panggil apa?" Neina memberanikan dirinya menatap Rayyan.
"Panggil Mas saja " jawab Rayyan tersenyum membuat rona merah di wajah Neina .
""Cieee cieeeee" Alisya menyembulkan kepalanya dari balik kaca mobil sambil tertawa melihat tingkah dua insan di depannya. Dengan sigap Neina mendorong Rayyan menjauh kemudian masuk ke dalam mobil di ikuti Rayyan.
Rayyan kemudian mengemudukan mobilnya mencari toko pakaian. Ia lalu membeli pakaian untuk Neina dan dirinya.
Setelah berganti pakaian mereka bertiga menuju Restoran untuk mengisi perut yang sejak tadi menjerit minta di isi.
***
Hari sudah mulai gelap, Rayyan telah sampai di halaman rumah Neina . Mereka di sambut Ayah Ardi yang sudah melotot ke arah Rayyan. Melihat baju yang di pakai Neina berbeda membuatnya menaikkan satu alisnya penuh selidik.
"Kemana bajumu?"tanya Ayah Ardi menatap putrinya.
" Tadi aku mandi di pantai Ayah jangan marah" Neina merangkul lengan Ayahnya.
"Ayo masuk dulu Nak Rayyan "sambut ibu Mia yang keluar dari arah toko.
"Tidak usah Bu ,saya dan Alisya besok akan kembali ke kota J****** Bu, " tolak Rayyan lembut.
"Kenapa cepat sekali? " Tanya Ibu Mia.
"Saya harus bekerja Bu, dan Alisya sekolah, liburan nanti kami kembali ke sini" Rayyan tersenyum menatap ibu Mia.
"Apa kakek tidak menyukaiku"Alisya memegang tangan Ayah Ardi .
"Tidak sayang kakek sangat menyukaimu " jawab Ayah Ardi gugup .Kemudian ia mensejajarkan tinggi badannya dengan Alisya sambil memeluknya. "
Kalau begitu Alis mau bermain sampai malam di sini" Alisya menatap Daddy nya sambil mengerjapkan matanya. Penuh harap.
"Ayolah tidak boleh menolak gadis kecil ini" Ayah Ardi membawa Alisya masuk. Rayyan hanya bisa menghembuskan nafas kasarnya"Aneh" batin Rayyan.
Selesai makan malam Alisya sibuk bermain dengan Adam dan Neina . Keberadaan Rayyan sungguh hanya seperti pajangan di ruang tamu.
"Ayo bermain catur" Tiba-tiba tepukan di pundaknya membuat jantungnya hampir melompat keluar.
"Kau mau ikut main boneka bersama mereka?" tanya Ayah Ardi.
Rayyan menoleh menatap Ayah Ardi dengan malas. Rayyan bangkit mengikuti Ayah Ardi dengan langkah gontai.
"Kau bisa main catur?"
"Tentu saja " jawab Rayyan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments