Violin Girl And Prince
Hari ini Siena pergi ke perpustakaan, biasalah ... ia di sana ingin mencari buku yang menceritakan tentang sejarah kerajaan, anak musik nyasar ke sejarah hahaha.
"Tasku berat banget bawa laptop." Siena juga sekaligus menenteng tas biola miliknya. Siena memang tidak bisa lepas dari biola kesayangannya itu, kemanapun ia pergi, ia harus membawanya. Seakan Siena tidak bisa hidup tanpa biola kesayangannya itu.
Di sana Siena menemukan buku yang terlihat sangat kusam—lusuh, karena penasaran, ia buka buku tersebut, dan anehnya Siena bisa membaca buku yang tulisannya mustahil bisa dibaca oleh semua orang, ia sendiri bahkan tidak tau, tulisan ini berasal dari mana.
Tapi, saat Siena mencoba membaca buku tersebut, dan ... betapa terkejutnya ia ... cahaya biru berukuran besar muncul tepat di hadapannya, untungnya perpustakaan saat ini sepi pengunjung. Karena penasaran dengan cahaya itu, akhirnya Siena mencoba untuk menyetuh cahaya biru tersebut—masih dalam keadaan menenteng biolanya.
Siena tidak percaya ini, sama sekali tidak percaya dengan apa yang ia lihat, saat ini Siena sedang berada di sebuah rumah, yang kelihatan sangat kuno, tapi ia rasa rumah ini terlihat sangat mewah. Siena pun mencari jalan keluar dari ruangan ini, eh! Tapi tunggu dulu, sepertinya ada seseorang dibalik tirai itu. Ya ampun! Ini kamar mandi?! Siena pun segera berlari mencari jalan keluar, namun ... sayangnya kakinya itu tidak bisa diam—menyenggol sebuah guci.
PRANG!
"Siapa di sana?!" suara seorang pria, di sana Siena bingung harus berbuat apa. "Siapa kamu?" sialnya! Siena ketahuan, double sialnya! Pria itu hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya—hanya menampakkan bentuk badanya yang sexsi.
Di sana Siena hanya diam, dan memasang wajah datar, sebelum pria itu memdekatinya, ia harus segera mencari jalan keluar. Dan akhirnya Siena melihat sebuah pintu yang terbuka lebar, tapi sayangnya ... ia harus melewati pria itu dulu untuk bisa keluar dari tempat tersebut.
"Aku bertanya padamu," ucap pria tersebut dengan nada yang terdengar seperti paksaan, namun dingin.
"Eumm aku, hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa, Tuan ... maaf, saya pamit dulu, sekali lagi maaf sudah memecahkan guci milik Anda, saya janji, saya akan mengganti rugi," janji Siena pada pria tersebut.
"Aku tidak butuh ganti rugi."
"Oh! Ya sudah, syukurlah kalau begitu," acuh Siena, sementara pria tersebut terlihat sangat geram pada Siena.
Aku harus segera keluar dari tempat ini, pikir Siena.
Saat Siena, hendak berlari menuju pintu keluar, tiba-tiba tangan yang kekar, namun terasa sangat halus itu, menahan lengannya. Pada akhirnya Siena berhadapan dengan pria tersebut—sangat dekat sekali, tidak mau menunggu lama lagi, Siena menginjak kaki pria tesebut dengan sepatu yang ia pakai.
"Menarik," ucap pria tersebut, sementara perempuan tersebut sudah pergi dari pandangannya.
"Akhirnya aku bisa bebas dari pria itu," ucap Siena—merasa lega karena terbebas dari pria tersebut. Tapi?! Lagi-lagi Siena dibuat bingung dengan tempat ini—sangat indah, dan luas, ia rasa tempat ini adalah sebuah kerajaan. "Ya ampun?! Kalo gini ceritanya, aku lebih susah lagi buat pergi dari sini." Tanpa sengaja Siena melihat seorang bocah laki-laki yang sedang berjalan menuju ke arahnya, ini kesempatannya.
"Permisi Dek, Adek tau gak pintu keluar dari Istana di mana?" tanya Siena, pada bocah laki-laki itu, sementara, bocah tersebut hanya menatapnya bingung, sembari menarik tangan kanan Siena. Ya ... di sana Siena mengikuti anak itu, siapa tau ia menunjukan jalan keluar.
"Ikuti mereka, secara diam-diam, itulah salah satu cara agar bisa keluar dari sini," ucap anak laki-laki itu pada Siena, ia pun tersenyum pada anak laki-laki tersebut.
"Namaku Siena, siapa namamu?" tanya Siena pada anak laki-laki itu.
"Namaku Linxia."
"Terimakasih Linxia, kapan-kapan aku akan memberikanmu sesuatu, sampai ketemu lagi ...." manusia tidak tau diuntung tuh seperti Siena, main pergi aja, tapi? Ya ... setidaknya, ia sudah mengucapkan terimakasih padanya.
"Akhirnya aku keluar juga dari Istana itu, ternyata gak mudah keluar dari Istana," ucap Siena setelah berhasil keluar dari Istana, yang langsung disuguhi orang-orang yang berjualan—sebuah pasar ternyata.
Kruyuk!
"Aku mendadak lapar, tapi aku sama sekali tidak membawa uang, dompetku saja ketinggalan di mobil—" ucapnya sembari memikirkan sesuatu. "Karna aku tidak punya uang, terpaksa aku harus ngamen dengan biolaku," lanjut Siena.
Beberapa menit kemudian ....
Suara gesekan dari biola terdengar sangat menenangkan, di sana Siena memainkan lagu milik Christina Perri – A Thousand Years, di sana banyak sekali orang yang sudah mengerubunginya.
"Wah bagus banget! Itu alat musik apa ya?"
"Pakaiannya bagus sekali!"
"Siapa dia? Pandai sekali bermain alat musiknya?"
"Pasti mahal bajunya."
"Aku ingin mendengar musik ini terus."
Banyak sekali orang-orang yang memujinya, eh! Gak sombong loh ya? Tenang, Siena masih inget daratan kok. "Terimakasih," ucapnya setelah selesai bermain—Siena langsung berjalan mengambil kaleng yang ia letakkan ditengah untuk orang yang ingin memberikan uang padanya, sedihnya hidupnya yang sekarang ini.
"Ayo mainkan lagi!"
"Iya! Mainkan lagi musiknya!"
Semua orang meminta Siena, untuk bermain lagi, tapi ... jelas ia tidak bisa, posisi perutnya saat ini sedang membutuhkan asupan. Maaf para penonton sekalian, maafkan Siena yang sudah membuat kalian kecewa hahaha.
"Maaf, aku tidak bisa, mungkin besok aku bisa memainkan 2 lagu, sampai jumpa, kalian! Besok ke sini lah lagi," teriaknya yang perlahan menjauh dari mereka.
Setelah perut kenyang, Siena keluar dari rumah makan tersebut, dan segera bergegas untuk mencari tempat tinggal. Namun saat diperjalanan, Siena melihat banyak sekali gadis-gadis yang sedang berkumpul, karena penasaran, ia pun mendekati mereka.
"Ya ampun, Pangeran Fengying tampan sekali, aku rela menjadi selirnya."
"Aarrghh! Rasanya aku ingin pingsan melihat ketampanannya."
"Omong kosong macam apa ini?" gumam Siena, rasanya makanannya ingin keluar mendengar mereka berbicara. Siena melihat siapa pria yang mereka anggap tampan itu, shit! Ternyata pria yang waktu itu mencekal lengannya. Ternyata ia adalah seorang Pangeran.
"Pengawal! Bawa gadis yang membawa kotak hitam itu di hadapanku!" perintah seorang Pangeran.
Apa! Kenapa aku! Sial! Aku ketahuan, batin Siena, di sana ia segera pergi dari kerumunan itu, sampai pada akhirnya, Siena berada di dalam sebuah rumah yang terlihat sangat tidak layak dihuni ini.
"Kak, aku lapar sekali." Siena mendengar suara anak laki-laki yang menginginkan sebuah makanan.
"Sabar ya? Kakak juga bingung, harus bagaimana untuk mendapatkan uang." kini terdengar suara seorang gadis yang tengah menenangkan adiknya itu.
Mau tak mau, Siena mendekati mereka, eh! Tapi saat ia mendekati mereka berdua, mereka justru menatap Siena dengan tatapan ketakutan.
"Maaf, aku masuk rumah kalian tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan maaf tadi aku sempat mendengar obrolan kalian berdua." Siena pun segera mengeluarkan 2 bungkus nasi lauk, dari dalam tas. "Ini ada 2 nasi bungkus, ambilah."
Mereka menatap Siena tidak percaya, sepertinya mereka senang, namun ada sedikit keraguan yang terlihat jelas di mata mereka. "Tenang, makanan ini tidak beracun kok, jika aku berbohong, maka kutuklah aku," ucap Siena menyakinkan mereka.
"Terimakasih, aku tau, kalau kau adalah orang yang baik," ucap gadis cantik yang ada di hadapannya.
Siena tersenyum mendengar ucapan perempuan tersebut. "Sebaik-baiknya manusia, pasti ia juga pernah berbuat kejahatan," ucap Siena dengan bijak.
"Nama Kakak siapa? Namaku Chio, umurku 7 tahun," ucap seorang anak laki-laki yang bernama Chio tersebut.
"Nama Kakak. Siena, umurku 18 tahun, senang berkenalan denganmu Chio, oh iya siapa namamu?" kini pandangannya beralih ke arah perempuan yang tengah tersenyum itu.
"Namaku Valresia, umurku 20 tahun." ternyata gadis ini umurnya lebih 2 tahun darinya.
"Senang berkenalan denganmu, Kak Falresia."
"Panggil saja aku, Falresia."
"Maaf Kak, aku tidak bisa, kau lebih tua dariku." sejak saat itulah, Siena dan mereka sangat dekat, bahkan mereka mengajaknya untuk tinggal bersama dengan mereka. Siena pun dengan senang hati menerima tawaran itu, sekaligus ia juga ingin membuat hidup mereka lebih layak lagi dengan adanya dirinya.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
mecca
hadir thor aq mampir
2024-06-15
0
Nur Hayati
sepertinya alurnya cepat...
2024-04-28
1
ree
terbaik..
2024-02-03
0