NovelToon NovelToon

Violin Girl And Prince

1

Hari ini Siena pergi ke perpustakaan, biasalah ... ia di sana ingin mencari buku yang menceritakan tentang sejarah kerajaan, anak musik nyasar ke sejarah hahaha.

"Tasku berat banget bawa laptop." Siena juga sekaligus menenteng tas biola miliknya. Siena memang tidak bisa lepas dari biola kesayangannya itu, kemanapun ia pergi, ia harus membawanya. Seakan Siena tidak bisa hidup tanpa biola kesayangannya itu.

Di sana Siena menemukan buku yang terlihat sangat kusam—lusuh, karena penasaran, ia buka buku tersebut, dan anehnya Siena bisa membaca buku yang tulisannya mustahil bisa dibaca oleh semua orang, ia sendiri bahkan tidak tau, tulisan ini berasal dari mana.

Tapi, saat Siena mencoba membaca buku tersebut, dan ... betapa terkejutnya ia ... cahaya biru berukuran besar muncul tepat di hadapannya, untungnya perpustakaan saat ini sepi pengunjung. Karena penasaran dengan cahaya itu, akhirnya Siena mencoba untuk menyetuh cahaya biru tersebut—masih dalam keadaan menenteng biolanya.

Siena tidak percaya ini, sama sekali tidak percaya dengan apa yang ia lihat, saat ini Siena sedang berada di sebuah rumah, yang kelihatan sangat kuno, tapi ia rasa rumah ini terlihat sangat mewah. Siena pun mencari jalan keluar dari ruangan ini, eh! Tapi tunggu dulu, sepertinya ada seseorang dibalik tirai itu. Ya ampun! Ini kamar mandi?! Siena pun segera berlari mencari jalan keluar, namun ... sayangnya kakinya itu tidak bisa diam—menyenggol sebuah guci.

PRANG!

"Siapa di sana?!" suara seorang pria, di sana Siena bingung harus berbuat apa.  "Siapa kamu?" sialnya! Siena ketahuan, double sialnya! Pria itu hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya—hanya menampakkan bentuk badanya yang sexsi.

Di sana Siena hanya diam, dan memasang wajah datar, sebelum pria itu memdekatinya, ia harus segera mencari jalan keluar. Dan akhirnya Siena melihat sebuah pintu yang terbuka lebar, tapi sayangnya ... ia harus melewati pria itu dulu untuk bisa keluar dari tempat tersebut.

"Aku bertanya padamu," ucap pria tersebut dengan nada yang terdengar seperti paksaan, namun dingin.

"Eumm aku, hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa,  Tuan ... maaf, saya pamit dulu, sekali lagi maaf sudah memecahkan guci milik Anda, saya janji, saya akan mengganti rugi," janji Siena pada pria tersebut.

"Aku tidak butuh ganti rugi."

"Oh! Ya sudah, syukurlah kalau begitu," acuh Siena, sementara pria tersebut terlihat sangat geram pada Siena.

Aku harus segera keluar dari tempat ini, pikir Siena.

Saat Siena, hendak berlari menuju pintu keluar, tiba-tiba tangan yang kekar, namun terasa sangat halus itu, menahan lengannya. Pada akhirnya Siena berhadapan dengan pria tersebut—sangat dekat sekali, tidak mau menunggu lama lagi, Siena menginjak kaki pria tesebut dengan sepatu yang ia pakai.

"Menarik," ucap pria tersebut, sementara perempuan tersebut sudah pergi dari pandangannya.

"Akhirnya aku bisa bebas dari pria itu," ucap Siena—merasa lega karena terbebas dari pria tersebut. Tapi?! Lagi-lagi Siena dibuat bingung dengan tempat ini—sangat indah, dan luas, ia rasa tempat ini adalah sebuah kerajaan. "Ya ampun?! Kalo gini ceritanya, aku lebih susah lagi buat pergi dari sini." Tanpa sengaja Siena melihat seorang bocah laki-laki yang sedang berjalan menuju ke arahnya, ini kesempatannya.

"Permisi Dek, Adek tau gak pintu keluar dari Istana di mana?" tanya Siena, pada bocah laki-laki itu, sementara, bocah tersebut hanya menatapnya bingung, sembari menarik tangan kanan Siena. Ya ... di sana Siena mengikuti anak itu, siapa tau ia menunjukan jalan keluar.

"Ikuti mereka, secara diam-diam, itulah salah satu cara agar bisa keluar dari sini," ucap anak laki-laki itu pada Siena, ia pun tersenyum pada anak laki-laki tersebut.

"Namaku Siena, siapa namamu?" tanya Siena pada anak laki-laki itu.

"Namaku Linxia."

"Terimakasih Linxia, kapan-kapan aku akan memberikanmu sesuatu, sampai ketemu lagi ...." manusia tidak tau diuntung tuh seperti Siena, main pergi aja, tapi? Ya ... setidaknya, ia sudah mengucapkan terimakasih padanya.

"Akhirnya aku keluar juga dari Istana itu, ternyata gak mudah keluar dari Istana," ucap Siena setelah berhasil keluar dari Istana, yang langsung disuguhi orang-orang yang berjualan—sebuah pasar ternyata.

Kruyuk!

"Aku mendadak lapar, tapi aku sama sekali tidak membawa uang, dompetku saja ketinggalan di mobil—" ucapnya sembari memikirkan sesuatu. "Karna aku tidak punya uang, terpaksa aku harus ngamen dengan biolaku," lanjut Siena.

Beberapa menit kemudian ....

Suara gesekan dari biola terdengar sangat menenangkan, di sana Siena memainkan lagu milik Christina Perri – A Thousand Years, di sana banyak sekali orang yang sudah mengerubunginya.

"Wah bagus banget! Itu alat musik apa ya?"

"Pakaiannya bagus sekali!"

"Siapa dia? Pandai sekali bermain alat musiknya?"

"Pasti mahal bajunya."

"Aku ingin mendengar musik ini terus."

Banyak sekali orang-orang yang memujinya, eh! Gak sombong loh ya? Tenang, Siena masih inget daratan kok. "Terimakasih," ucapnya setelah selesai bermain—Siena langsung berjalan mengambil kaleng yang ia letakkan ditengah untuk orang yang ingin memberikan uang padanya, sedihnya hidupnya yang sekarang ini.

"Ayo mainkan lagi!"

"Iya! Mainkan lagi musiknya!"

Semua orang meminta Siena, untuk bermain lagi, tapi ... jelas ia tidak bisa, posisi perutnya saat ini sedang membutuhkan asupan. Maaf para penonton sekalian, maafkan Siena yang sudah membuat kalian kecewa hahaha.

"Maaf, aku tidak bisa, mungkin besok aku bisa memainkan 2 lagu, sampai jumpa, kalian! Besok ke sini lah lagi," teriaknya yang perlahan menjauh dari mereka.

Setelah perut kenyang, Siena keluar dari rumah makan tersebut, dan segera bergegas untuk mencari tempat tinggal. Namun saat diperjalanan, Siena melihat banyak sekali gadis-gadis yang sedang berkumpul, karena penasaran, ia pun mendekati mereka.

"Ya ampun, Pangeran Fengying tampan sekali, aku rela menjadi selirnya."

"Aarrghh! Rasanya aku ingin pingsan melihat ketampanannya."

"Omong kosong macam apa ini?" gumam Siena, rasanya makanannya ingin keluar mendengar mereka berbicara. Siena melihat siapa pria yang mereka anggap tampan itu, shit! Ternyata pria yang waktu itu mencekal lengannya. Ternyata ia adalah seorang Pangeran.

"Pengawal! Bawa gadis yang membawa kotak hitam itu di hadapanku!" perintah seorang Pangeran.

Apa! Kenapa aku! Sial! Aku ketahuan, batin Siena, di sana ia segera pergi dari kerumunan itu, sampai pada akhirnya, Siena berada di dalam sebuah rumah yang terlihat sangat tidak layak dihuni ini.

"Kak, aku lapar sekali." Siena mendengar suara anak laki-laki yang menginginkan sebuah makanan.

"Sabar ya? Kakak juga bingung, harus bagaimana untuk mendapatkan uang." kini terdengar suara seorang gadis yang tengah menenangkan adiknya itu.

Mau tak mau, Siena mendekati mereka, eh! Tapi saat ia mendekati mereka berdua, mereka justru menatap Siena dengan tatapan ketakutan.

"Maaf, aku masuk rumah kalian tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, dan maaf tadi aku sempat mendengar obrolan kalian berdua." Siena pun segera mengeluarkan 2 bungkus nasi lauk, dari dalam tas. "Ini ada 2 nasi bungkus, ambilah."

Mereka menatap Siena tidak percaya, sepertinya mereka senang, namun ada sedikit keraguan yang terlihat jelas di mata mereka. "Tenang, makanan ini tidak beracun kok, jika aku berbohong, maka kutuklah aku," ucap Siena menyakinkan mereka.

"Terimakasih, aku tau, kalau kau adalah orang yang baik," ucap gadis cantik yang ada di hadapannya.

Siena tersenyum mendengar ucapan perempuan tersebut. "Sebaik-baiknya manusia, pasti ia juga pernah berbuat kejahatan," ucap Siena dengan bijak.

"Nama Kakak siapa? Namaku Chio, umurku 7 tahun," ucap seorang anak laki-laki yang bernama Chio tersebut.

"Nama Kakak. Siena, umurku 18 tahun, senang berkenalan denganmu Chio, oh iya siapa namamu?" kini pandangannya beralih ke arah perempuan yang tengah tersenyum itu.

"Namaku Valresia, umurku 20 tahun." ternyata gadis ini umurnya lebih 2 tahun darinya.

"Senang berkenalan denganmu, Kak Falresia."

"Panggil saja aku, Falresia."

"Maaf Kak, aku tidak bisa, kau lebih tua dariku." sejak saat itulah, Siena dan mereka sangat dekat, bahkan mereka mengajaknya untuk tinggal bersama dengan mereka. Siena pun dengan senang hati menerima tawaran itu, sekaligus ia juga ingin membuat hidup mereka lebih layak lagi dengan adanya dirinya.

Tbc

2

Pagi harinya, Siena meminta Chio untuk membeli sarapan dengan uang sisa kemarin, ya ... setidaknya cukuplah, untuk hari ini.

"Oh iya Kak, Kak Falresia suka alat musik apa ya? Kalo Siena boleh tau," tanyanya pada Valresia.

"Aku menyukai kecapi, dulu sewaktu Ibu masih hidup, Ibu selalu mengajariku bermain kecapi." Siena malah membuat Falresia ingat sama masa lalunya, merasa bersalah dirinya itu.

"Maaf, Kakak malah jadi ingat dengan masa lalu Kakak." di sana Falresia hanya menggelengkan kepalanya dan diikuti dengan senyum getirnya.

"Kak, bagaimana jika Kakak menemaniku, melelang parfum yang aku punya ini, dengan harga mulai dari 100 keping emas." Siena tahu, di jaman seperti ini, pasti belum ada parfum yang sewangi miliknya, jadi ia manfaatkan saja parfum miliknya, lagian parfum yang ia miliki ini masih banyak sekali isinya, kalau tidak salah, 2 hari yang lalu ia membelinya di Paris.

"100 keping emas? Apa itu tidak terlalu mahal?"

"Aku punya 3 botol parfum, dan wanginya berbeda-beda, coba Kakak hirup aromanya, aku jamin Kakak juga pasti suka dengan aromanya." Falresia pun menghirup aroma parfum yang berwarna biru muda, parfum yang ini memiliki aroma Vanilla yang tidak terlalu menyengat.

"Wah! Aroma apa ini? Enak sekali! Wajar saja kamu menjualnya dengan harga yang tinggi." Siena hanya bisa manggut-manggut.

Setelah Falresia, menghirup semua aroma parfum itu, Siena dan Falresia langsung pergi ke sebuah tempat di mana banyak barang yang dilelang. Oh! Tak lupa Siena juga meminjam pakaian milik Falresia, takutnya dirinya ketahuan lagi, tapi mau bagaimana lagi, tetap saja Siena masih menggunakan masker.

Wow sesampainya di tempat pelelangan, ternyata banyak juga gadis-gadis cantik dengan pakaian mahal datang ke tempat ini.  Memang sih? Banyak banget barang bagus di sana, Siena tetap menjalankan misinya untuk melelang parfum ini.

Maafkan aku parfum, sejujurnya aku tak rela menjual kalian, batin Siena.

Mari kita mulai melelang. "Kakak-kakak, Nona-nona, Adik-adik, dan para hadirin sekalian. Kemarilah, kami melelang 3 parfum yang memiliki aroma yang sangat memabukkan, pelelangan mulai dari 100 keping emas untuk 1 parfumnya." Siena pun mulai mempromosikannya, pindah profesi jadi Sales Marketing  ... demi untuk bertahan hidup hahaha.

"Paling juga parfum biasa."

"Eh coba aja, siapa tau apa yang dia ucapin benar."

Akhirnya banyak para gadis-gadis cantik berkumpul di hadapannya. Di sana Siena langsung memberikan mereka kesempatan untuk menghirup ke-3 parfum tersebut, Siena jamin mereka pasti langsung membelinya dengan harga yang sangat mahal.

"Aku beli 3 parfum ini dengan harga 600 emas."

"Tidak! Aku akan membelinya dengan harga 700 emas."

"800 emas!"

"850 emas!" Wah! Kaya sudah dirinya itu hahaha.

"Baiklah-baiklah, bagaimana jika kalian berdua bersaing dengan menggunakan sebuah alat musik, siapa yang bisa bermain alat musik dengan suara yang indah akan mendapatkan 3 parfum ini dengan harga 2 juta keping emas! Bagaimana? Apa kalian berdua setuju?" Siena ini memang bijak. "Tapi bukan aku yang menentukan indah–tidaknya alat musik yang kalian mainkan, melainkan semua orang di sini akan memilih siapa yang main dengan indah, sesuai dengan banyaknya jumlah orang yang menyebut nama kalian."

"Baiklah, aku setuju."

"Aku juga setuju."

Sip! Akhirnya mereka juga menerima tantangan ini, semakin seru saja.

"SELIR CHUNHUA! MEMASUKI RUANGAN."

Siapa lagi itu selir Chun, segitunya, 'kah? Pengawal tersebut menyebut namanya, pikir Siena, sembari menatap perempuan cantik itu.

"Kak Falresia? Selir Chun itu siapa ya?" bisiknya kepada Falresia.

"Dia itu selir, Pangeran Fengying, dan selir Chun juga adalah seorang Putri dari Kerajaan Flowrisian." di sana Siena hanya bisa ber-oh-ria.

"Aku dengar, di sini ada yang melelang parfum yang beraroma memabukkan," tanya sang selir Chunhua pada Siena.

"Betul sekali, saya melelang 3 parfum ini dengan harga 100 keping emas," ucapnya tanpa menundukkan kepala seperti mereka saat ini.

Eh?! Dia langsung mengambil salah satu parfum itu kemudian menghirupnya, Siena rasa perempuan itu, juga akan terpikat dengan parfum tersebut.

"Baiklah, akan kuberi kau 2 juta keping emas." kan sudah Siena tebak, perempuan itu pasti akan terpikat dengan parfum ini.

"Tidak bisa! Kami duluan yang membelinya!" gadis yang sudah menerima tantangan dari Siena, justru berteriak kepada sang selir, Siena benar-benar sudah malas berurusan dengan gadis seperti mereka.

"Apa kau tidak tau? Jika barang siapa yang melawanku, akanku penggal kepalanya," ucap selir Chunhua dengan tegas, dan pada akhirnya keduanya pun terdiam.

"Siapa namamu?" tanyanya pada Siena.

Sejujurnya Siena malas meberitahukan namanya pada selir tersebut, sedangkan selir itu sendiri tidak memberitahukan namanya pada Siena. Tapi ... ya sudahlah, sepertinya Siena sudah malas membuat masalah ini tambah rumit.

"Nama saya Siena, selir Chun."

"Baiklah, kau ikut kami ke Istana."

"Saya tidak akan pergi. Jika, saya sendirian ke sana." Siena memandangnya—Falresia, Siena tahu, jika Falresia sangat senang.

"Baiklah, kalian berdua ikut aku."

Akhirnya Siena bisa naik delman juga hahahaha, tapi delman yang ini mewah banget. Ya ... gak terlalu mewah banget sih, tapi lumayan nyamanlah untuk ditempati.

Sesampainya di Istana ... Siena merasa dirinya, sial! Ini Istana di mana waktu itu pertama kali dirinya menginjakkan kakinya di jaman ini, kali ini dirinya tidak bisa kabur, karena ia harus mengambil emas itu dan memperbaiki kehidupan Falresia, dan beberapa hal lain.

"Mari ikuti saya," perintahnya, dengan berat hati Siena mengikutinya.

"Tolong ambilkan peti yang berisi 2 juta keping emas," perintahnya pada seorang pengawal.

Kalau dilihat-lihat, perempuan ini—selir Chun, memiliki sifat yang angkuh, dan keras kepala. Tapi, ntahlah ... dirinya juga hanya melihat sisi luarnya saja.

Sambil menunggu harta karun datang, Siena menikmati indahnya taman yang ada di Istana ini, Siena rasa ... Falresia juga menikmatinya. Tanpa sengaja Siena melihat anak laki-laki yang waktu itu menolongnya, ia harus menepati janjinya.

"Maaf selir Chun, saya ingin pergi ke kamar mandi sebentar, letaknya di mana ya?" tanya Siena pada Indriana.

"Dari sini kau lurus saja, setelah itu belok kiri, nanti ada pelayan di sana kau bisa tanya padanya." Siena mengangguk.

"Kak, Siena tinggal sebentar ya?"

"Iya."

Akhirnya Siena bisa menemui anak itu lagi. "Linxia!" panggil Siena pada bocah itu.

"Oh, kamu yang waktu itu, ada apa?" tanyanya pada Siena.

"Waktu itu aku pernah berjanji padamu, jika aku akan memberikanmu hadiah bukan? Nih! Jaga baik-baik ya? Benda ini berharga sekali." siena memberikan jam tangan milik adik laki-lakinya yang menghilang 2 tahun yang lalu, sampai saat ini. Siena, belum juga menemukan adiknya itu, Siena sayang sekali pada adiknya, jadi ke mana-mana Siena selalu membawa jam tangan milik adiknya tersebut.

"Jika benda ini sangat berharga, kenapa kamu memberikannya kepadaku?"

"Aku rasa benda ini cocok untukmu, makanya aku memberikannya padamu, jadi terimalah ini." Siena pun memaikaikan jam tangan di tangan Linxia, Linxia benar-benar mengingatkan Siena pada adiknya dulu.

"Terimakasih."

"Sama-sama, sampai berjumpa lagi," ucap Siena, sembari melambaikan tangan pada anak laki-laki itu.

Tbc

3

"Huft! Akhirnya kita keluar juga dari Istana ya, Kak?" ucap Siena pada Falresia.

"Loh? Kenapa? Bukannya, lebih enak di dalam Istana ya?" tanya Falresia yang tampak kelihatan heran.

"Eh! Eumm ... iya sih Kak, enak? Cuma? Gitu lah."

Setelah mereka berdua sampai di rumah, mereka langsung berdiskusi masalah emas yang mereka bawa.

"Kak, bagaimana emas ini kita gunakan untuk membangun toko butik, rumah makan, dan membangun sebuah penginapan, oh iya! Sekalian merenovasi rumah ini, menjadi lebih bagus lagi, gimana Kak?" tanya siena pada Falresia, sementara Falresia hanya tersenyum mendengar ide dari Siena.

"Wah! Boleh juga, oh! Iya, toko butik tuh apa ya? Terus? Kalau mau buat rumah makan, kita mau buat apa?"

"Butik itu ... toko baju Kak, nah untuk rumah makan sendiri, dan tempat penginapan, biar aku saja yang urus, Kak Falresia urus bagian toko baju, dan rumah ini saja oke?" jelas Siena, sementara Falresia mengangguk mantap.

Setelah selesai berdiskusi, mereka berdua segera menyuruh seseorang membangun, apa yang mereka berdua suruh. Selesai dari situ, Siena berpamitan kepada Falresia, Siena ingin pergi untuk membeli sebuah kereta kuda.

Menurut Siena, hidupnya yang sekarang sangat disayangkan jika hanya duduk diam, dan tidak berpetualang. Jadi ia memutuskan untuk mengelilingi sebagian dari Negeri ini, selain itu, Siena juga akan menjadi seorang relawan yang akan membantu seseorang yang sedang dalam kesulitan ekonomi.

Saat Siena hendak memasuki sebuah toko, ia melihat seorang pria yang sangat tampan, dengan pakaian mewahnya—kelihatan seperti orang dari Istana, sedang memperhatikannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya pelayan tersebut.

"Saya ingin mencari kereta kuda yang biasa saja, namun dengan kualitas bagus, apakah ada?" jawab Siena.

"Tentu saja ada Nona, mari ikut saya." Siena pun pergi dengan pelayan tersebut, namun saat Siena melewati pria itu, Siena memberikan tatapan tajamnya kepada pria itu.

"Gadis yang unik," gumam seorang pria yang diberi tatapan tajam oleh Siena.

...***...

Di Istana Guang ....

Seorang Pangeran Mahkota, sedang duduk sembari menyelesaikan berkas-berkas kerajaan. "Lapor yang Mulia, wanita itu sampai saat ini belum juga ditemukan," ucap seorang prajurit yang menjadi seorang mata-mata.

"Cari terus wanita itu sampai ketemu, jangan lapor padaku jika kalian belum menemukannya," ucap pria tersebut dengan dingin, namun mengeluarkan aura mengerikan.

"Baik yang Mulia." Prajurit tersebut pun pergi meninggalkan ruangan Pangeran Mahkota.

"Aku tidak akan melepaskanmu wanita ... ku," gumam sang Pangeran Mahkota.

"Salam yang Mulia," ucap seorang wanita cantik yang memasuki ruangan Pangeran Makhota.

"Ada apa selir Jiao," ucapnya dengan dingin.

"Bisakah, kamu menemaniku berjalan-jalan di sekitar Istana? Aku merasa bosan jalan-jalan sendiri," ucap wanita, yang bernama Jiao.

"Chen, panggilkan pelayan Istana untuk menemani selir—"

"Tidak! Aku hanya membutuhkanmu Pangeran Fengying," potong selir Jiao.

"Keluarlah dulu, nanti aku akan menemanimu," ucap Pangeran Mahkota.

Menikah karena politik merupakan hal yang wajar di sebuah Kerajaan, jadi tak heran jika Pangeran Fengying, memiliki banyak selir di dalam Istana, hanya  saja ... tidak ada wanita yang ia cinta, kecuali 1 yaitu selir Luili. Namun, hatinya belum sepenuhnya mencintai selirnya itu, sementara Pangeran Fengying tahu betul wanita yang ia nikahi adalah wanita pilihan menteri yang manja—anak dari kalangan pejabat, sehingga wanita-wanita tersebut bertingkah seenaknya sendiri atas dasar jabatan orangtuanya.

...***...

"Wah! Nyaman sekali, kualitasnya juga oke, baiklah aku akan mengambil yang ini, oh! Iya, di sini yang jualan kuda di mana ya?" tanya Siena kepada pelayan.

"Tidak jauh dari sini, kau berjalan belok kanan, dari kanan jalan, kau melewati 2 toko, nah! di samping kedua itulah tempatnya," jelas pelayan tersebut pada Siena, Siena pun mangangguk paham.

Setelah selesai membayar kereta kuda, kini Siena segera pergi untuk membeli kuda. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya seseorang.

"Aku sedang mencari kuda."

"Silakan ikuti saya, Nona." Siena pun mengikuti pelayan tersebut.

Sesampainya di kandang kuda, banyak sekali kuda yang terlihat sangat keren, ada 1 kuda yang membuat Siena terpana, kuda ini berbeda dengan kuda lainnya. Kuda ini terlihat sangat gagah, selain itu kulitnya berwarna putih, sementara poninya berwarna hitam.

"Jangan terjebak dengan penampilan kuda yang satu ini, Nona?" Siena yang mendengar ucapan pelayan itu, hanya mengerutkan keningnya.

"Kenapa?" tanya Siena yang penasaran.

"Kuda ini sangat susah dijinakkan, bahkan pernah ada yang membelinya, dan yang membeli kuda ini sangatlah terkenal dengan menjinakan kuda, tapi ... tetap saja ... kuda ini tidak bisa dijinakkan." Siena hanya manggut-manggut.

Siena mencoba mendekati kuda putih tersebut, sementara pelayan itu was-was—jika kudanya akan mengamuk, berbeda dengan Siena yang terlihat sangat santai menghampiri kuda putih tersebut.

Kini Siena berada tepat di hadapan kuda putih itu, ia menatap kudanya dengan mengamati setiap inci keunikan kuda tersebut. Kemudian dielusnya wajah kuda putih tersebut, tidak ada pergerakan sama sekali dari kudanya, justru kuda itu merasa nyaman saat disentuh oleh Siena.

Karena merasa penasaran dengan kuda yang dipegang Siena, akhirnya pelayan tersebut mendekati keduannya dengan tatapan heran. "Aneh, kenapa dia menurut dengan Nona?" tanya pelayan tersebut bingung.

"Aku akan mengambil kuda ini, dan 3 kuda lainnya—" pelayan tersebut terkejut mendengar ucapan Siena, bagaimana tidak? 1 kuda yang sudah jinak saja, harganya 40 keping emas. "Tapi ... untuk sementara waktu, aku akan menitipkan 3 kuda ini di sini, kecuali yang aku pegang, ini emasnya, sisanya untuk merawat kuda yang kutitipkan."

"Baik Nona, terimakasih banyak, jika kau membutuhkan sesuatu silakan kembali lagi ke sini," ucap pelayan tersebut.

Siena kini pergi ke toko kereta kuda, untuk memasang kereta kudanya. Setelah selesai memasang kereta kuda, ia pun pulang ke rumah.

Tbc

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!