Fajar merasa ada yang kurang, diliriknya kursi yang berada dipojok depan, kursi milik Peira, namun mulai hari ini dan seterusnya dia tidak akan pernah melihatnya lagi berada disana. Rasanya hampa ketika perempuan itu tidak ada dalam pengawasannya, tapi ini adalah keputusan Peira sendiri, Fajar harus bisa menghargai apa yang sudah menjadi keputusan kekasihnya itu.
Bahkan untuk saat ini Peira bekerja keras untuk mewujudkan keinginannya yang sebenarnya Fajarpun tidak tau apa yang menjadi keinginan kekasihnya itu, jika Fajar bertanya, maka Peira akan menjawab...
'Sampai waktunya nanti, kamu akan tau untuk apa aku mati-matian bekerja keras.'
Fajar bukan tipe orang yang kepo dan memaksa untuk mengetahui semua tentang Peira, mungkin perempuan itu mempunyai alasan yang kuat untuk tidak memberitahunya sekarang.
Selama setengah tahun berpacaran, Peira selalu terbuka tentang dirinya kecuali tentang hal itu, Fajar berpikir kalau Peira butuh privasi, Fajarpun memaklumi hal itu.
Tak sabar rasanya ingin segera meraih gelar sarjana s2, dia ingin cepat-cepat mendapatkan perkerjaan yang layak agar dapat membahagiakan perempuan-perempuan yang dia sayangi. Setelah menikah nanti, Fajar tidak akan membiarkan Peira bekerja lagi, Peira harus bahagia, Fajar akan memastikan hal itu.
"Bengong aja loe! Kesambet arwah gentayangan kampus ini baru tau rasa loe!" Lamunan Fajar tentang kekasihnya itupun harus berakhir ketika dengan sengaja Irfan menyenggol bahunya bersamaan dengan kalimat yang dia ucapkan.
Irfan memang jahil, hampir setiap hari dia akan menjahili siapapun yang dia rasa harus dijahili.
"Apaan sih loe, gue lagi fokus bukan bengong." Ucap Fajar, diapun kembali fokus kepada materi pembelajaran yang sedang dijelaskan oleh dosen.
"Fokus mikirin cewe maksud loe, haha." Irfan tertawa kecil takut terdengar oleh dosen mereka.
Fajar tidak menggubris lagi perkataan teman satu fakultasnya itu.
***
Peira yang pada dasarnya hobi jalan-jalan sangat menikmati pekerjaannya sebagai pengantar paket, pekerjaannya tidak terasa melelahkan, dia selalu berprinsip bekerja sambil berwisata.
Tidak terasa semua paketan sudah sampai kepada tuannya masing-masing, waktu menunjukkan pukul 12.16 ketika dia melihat dilayar ponselnya.
Dia harus segera sampai kekantor sebelum Fajar datang, sekaligus dia akan kembali memenuhi motornya dengan paket kloter 2 setelah jam makan siang berakhir.
"Yang, kamu sudah sampai dari tadi?" Tanya Peira saat sampai dikantor pusatnya dan melihat Fajar sudah ada didepan kantor itu.
Peira merasa malu karena didahului sampai oleh kekasihnya.
"Nggak kok Pei, aku baru aja sampai." Jawab Fajar dengan senyum yang mengembang dibibirnya.
'Hmm... Giliran di wa aja manggilnya yang, tapi kalau ketemu langsung cuma panggil nama.' Batin Peira.
"Ya udah, kita makan dikantin yuk!" Seru Peira.
"Nggak usah Pei, aku bawa bekal, gimana kalau kita makan ditaman aja?" Peirapun mengangguk pertanda setuju.
***
Sepasang kekasih itu terlihat sedang menikmati makan siang mereka.
"Mama kamu kan masih sakit, kok repot-repot masak sih yang?" Tanya Peira.
"Iya, katanya biar nggak beli makanan dari luar." Jawab Fajar.
"Nanti kalau aku libur aku mau jengukin mama kamu ya. udah lama banget aku nggak main kerumah kamu." Ucap Peira.
"Iya, mama sama adik-adik pasti seneng banget kalau kamu main kerumah." Balas Fajar.
Hubungan Peira dan Fajar sudah sangat dekat, keduanya sudah sama-sama mengenal keluarga masing-masing, enam bulan bukan waktu yang singkat untuk keduanya mengenal sifat dan karakter masing-masing.
Peira merasa sangat cocok dengan Fajar, berbeda dengan mantan pacarnya yang meninggalkan Peira ketika tau aib keluarganya, Fajarpun datang menyembuhkan hati Peira yang terluka.
Tapi, apa Fajar juga akan meninggalkan dirinya ketika tau aib keluarganya? Peira belum siap kehilangan Fajar sehingga menyembunyikan rahasia keluarganya yang selama ini dia berusaha kubur dalam-dalam.
Peira menatap laki-laki tampannya itu, Fajar adalah satu-satunya orang yang dia miliki setelah ibunya, Peira tidak bisa membayangkan kalau Fajar akan meninggalkannya.
"Kamu kenapa?" Tanya Fajar yang merasa ditatap dengan tatapan aneh oleh Peira.
"Nggak kenapa-napa kok yang." Jawab Peira sambil tersenyum untuk menutupi kegugupannya.
***
Ikmal dan teman-temannya terlihat sedang makan besar disebuah restoran seafood siang ini, bukan tanpa alasan Ikmal mengadakan acara itu, hari ini Airin sedang berulang tahun, jadi Ikmal meneraktir semua teman-temannya untuk makan disana, tentunya bersama dengan Airin juga, Airin adalah kekasih Ikmal.
"Loe ulang tahun setiap hari kek Rin, biar kita ada yang teraktir makan terus." Ucap Reza, teman Ikmal.
"Itu namanya bukan ulang tahun, tapi ulang hari dodol." Ucap Ikmal sambil menjitak kepala Reza.
"Pengennya makan gratisan aja loe! kerja dong makanya!" Seru Airin.
"Oh iya, aku ada hadiah buat kamu nih." Ucap Ikmal yang langsung merogoh saku jaketnya.
Ikmal memberikan Airin sebuah kotak kecil panjang berisikan kalung emas, Airin yang menerimanya tersenyum kegirangan.
"Makasih ya yang, aku suka banget kalungnya." Ucap Airin.
Ikmal hanya tersenyum menanggapinya, ini yang membuat Airin semakin jatuh cinta kepada Ikmal, dia akan memberikannya hadiah yang mahal-mahal untuk Airin, Ikmal orangnya sangat royal bahkan hampir setiap akhir pekan Airin akan dibelanjakannya kebutuhan pribadinya.
"Wah, enak banget ya jadi pacarnya Ikmal, selalu dapat hadiah yang mahal. Kalau gitu gue juga mau jadi pacarnya Ikmal." Ucap Fery, teman Ikmal yang lain.
"Sialan, loe pikir gue maho!" Ucap Ikmal dengan sewot yang membuat semua orang tertawa terpingkal-pingkal.
***
Ikmal merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk yang menjadi alasnya tidur selama ini, dia merasa puas ketika melihat Airin senang dengan hadiah pemberian darinya.
'Semoga saja Airin akan selamanya bahagia bersama gue.' Batin Ikmal.
Tidak bisa dipungkiri, Ikmal mulai jatuh hati kepada Airin setelah melihat perjuangan perempuan itu untuk menaklukkan hatinya.
Perempuan itu pantang menyerah walaupun awalnya Ikmal tidak merespon Airin. Ikmal adalah tipe laki-laki yang selalu tidak tega melihat perempuan bersedih apalagi menangis.
Entah sejak kapan hatinya dia jatuhkan kepada Airin, yang jelas setiap melihat Airin bersedih karena Ikmal cueki, Ikmal menjadi tidak tega terhadap Airin. Akhirnya Ikmalpun mencoba membuka hatinya dan lama kelamaan Ikmal mulai memiliki perasaan terhadap Airin, Ikmal menganggap perasaannya itu adalah cinta.
Beruntungnya Ikmal memiliki kehidupan yang sempurna. Pacar yang cantik, keluarga yang kaya raya, serta teman-teman yang setia. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hidupnya, semua berjalan sesuai dengan apa yang dia harapakan.
***
Peira menyamakan nomor rumah yang tertera didepan pagar rumah itu dengan alamat yang tercantum dipaket, setelah yakin alamatnya memang benar, Peira kemudian masuk kedalam karena pagarnya sedikit terbuka, tidak ada satpam yang berjaga disana, dia membiarkan motornya tetap diluar gerang sana.
Peira menekan bel yang berada disamping pintu utama rumah besar itu, tapi setelah beberapa lama menunggu, belum ada tanda-tanda orang yang akan membukakan pintu.
Peirapun kembali menekan bel, dengan sabar Peira menunggu si pemilik rumah keluar.
***
Ikmal merasa sangat terganggu dengan suara bel yang berbunyi, dia bisa mendengar dengan jelas karena kamarnya berada dilantai bawah. Ikmal hanya membiarkannya karena berpikir sang kaka atau penghuni rumah lain akan membukakan pintu.
Selang beberapa menit bel kembali berbunyi, Ikmal yang sedang asik dengan pikirannya tentang Airinpun terpaksa beranjak untuk melihat siapa yang datang.
'Orang dirumah ini pada nggak denger apa ada orang yang datang?' Ikmal bergeming didalam hati.
Dengan langkah malas Ikmal berjalan mendekati pintu dan membukanya.
Terdengar decitan pintu yang nyaring, Peira membuang nafas asal karena akhirnya ada orang yang membuka pintu itu setelah membuatnya menunggu lama.
Mata Peira menyipit manakala melihat orang yang baru saja membukakan pintu untuknya. Ikmal membulatkan matanya tanpa berkedip ketika melihat orang yang ada dihadapannya, matanya hampir saja keluar dari tempat seharusnya. Berbagai pertanyaan mulai muncul dipikirannya, tapi mulutnya seolah terkunci untuk menyampaikan isi di pikirannya.
"Ehh, elo..." Ucap Peira saat sudah bisa mengendalikan diri karena kaget.
Peira sedikit tidak percaya kalau Ikmal pelanggannya kali ini adalah Ikmal teman satu fakultasnya ketika masih kuliah dulu. Dia merasa gugup, pasalnya dia tidak cukup akrab dengan laki-laki itu dikampus, dia juga bingung harus bersikap seperti apa kepada Ikmal.
Ketika Peira berkata, Ikmal seperti mendapatkan kembali kekuatannya.
"Loe ngapain disini?" Tanya Ikmal kemudian.
______
Jangan lupa tinggalkan jejak anda setelah membaca, berupa like atau komen. Author akan sangat senang sekali...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Susan Sweet
aku mampir Thor bawa 🌟 5
2020-12-18
0
ARSY ALFAZZA
mangatz
2020-11-07
0
🧭 Wong Deso
Nyicil baca kak
2020-10-08
0