"Baiklah kalau itu memang keputusanmu, aku akan selalu mendukungnya." Akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulut Fajar setelah beberapa lama dirinya meyakinkan sang kekasih untuk memperimbangkan kembali apa yang telah menjadi keputusannya.
Fajar nenyentuh pucuk kepala Peira sambil tersenyum.
"Terimakasih ya yang, kamu memang selalu mengerti aku." Ucap Peira membalas senyum Fajar.
Peira merasa sangat lega karena mendapat dukungan penuh dari Fajar, keputusannya untuk berhenti kuliah bukan dia ambil secara mendadak, perempuan itu harus berpikir panjang dengan tempo waktu yang sangat lama tentunya.
Sebenarnya, berat bagi Peira memutuskan untuk berhenti kuliah, cita-citanya menjadi seorang wanita karir dan bekerja dikantoran harus kandas.
Tapi dalam keadaan seperti ini, mungkin berhenti kuliah adalah keputusan terbaik yang harus diambilnya. Selama dua bulan terakhir, perempuan itu harus menjalankan berbagai peran didalam kesehariannya. Pertama, pagi harinya dia akan pergi kekampus sebagai peran utamanya dalam menempuh pendidikan, otak yang pas-pasan membuat Peira sulit berkonsentrasi karena hampir setiap malam dirinya harus membantu sang ibu untuk menyetrika pakaian para pelanggannya.
Peira bukanlah mahasiswi yang pintar untuk sekedar mendapat tanggungan beasiswa hingga dirinya harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya.
Setelah jam kuliah berakhir, dia akan pergi ketempat biasanya dia bekerja sebagai kurir pengantar paket. Dan setelah matahari terbenam, dia juga harus membantu ibunya menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakannya besok untuk berjualan bubur ayam.
Dan terkadang disepertiga malamnya dia akan membantu lagi ibunya mengolah beras menjadi bubur.
Sungguh hari-hari yang sangat melelahkan untuk Peira, bahkan dirinya hanya bisa istirahat beberapa jam saja. Kali ini Peira menyerah, otak dan tubuhnya tidak akan sanggup lagi kalau harus dipaksakan melakukan semuanya, dia tidak ingin kembali sakit seperti beberapa hari yang lalu hingga membuat ibu dan kekasihnya khawatir.
"Ya sudah, aku antar kamu pulang sekarang!" Seru Fajar, dia beranjak dari bangku taman yang sedari tadi mereka duduki, Peirapun mengikuti langkah kekasihnya itu.
Fajar dan Peira menyusuri jalanan kota Bandung, tanpa terasa mereka sudah menghabiskan banyak waktu ditaman itu, momen seperti ini sangat langka terjadi, biasanya keduanya hanya akan sibuk mencari rupiah, tapi kali ini Peira sengaja meminta Fajar untuk menghabiskan waktu bersamanya, dia merasa sangat rindu dan ingin menyampaikan sesuatu yang penting tadi kepada Fajar, dengan senang hari Fajar mengabulkan keinginan Peira.
Hari sudah mulai gelap, tapi masih terlihat banyak orang yang wara-wiri diatas trotoar sana, Fajar menggenggam tangan Peira ditengah keramaian itu. Merasakan pawana yang menerpa tubuh mereka. Menurut Peira, Fajar bagaikan matahari terbenam, yang membuatnya merasakan kedamaian saat melihat wajah teduhnya, apalagi mulai sekarang mereka akan sering mencuri-curi waktu untuk bertemu disaat matahari akan terbenam.
"Semoga kamu nggak kepincut perempuan lain ya setelah aku berhenti kuliah." Ucap Peira sambil cekikikan.
Bagaimana dia tidak ingin tertawa, dia hafal betul bagaimana sifat Fajar, dia bukanlah tipe laki-laki yang suka tebar pesona, bahkan selama satu tahun mereka saling mengenal, Peira hampir tidak pernah memergoki Fajar berbincang dengan seorang perempuan. Dia sangat yakin kalau hanya dirinyalah satu-satunya perempuan dihidup Fajar setelah ibu dan ketiga adiknya. Peira hanya ingin menggoda Fajar, tapi sepertinya Fajar tidak terpengaruh sedikitpun dengan perkastaan Peira.
"Dan semoga saja kamu juga nggak kepincut pelanggan-pelanggan kamu nantinya." Fajar berkata sambil menoel hidung Peira dengan telunjuknya.
Peira memajukan bibirnya merasa tidak puas dengan jawaban yang Fajar berikan, dia pikir Fajar akan berkata...
Nggak akan, hanya kamu perempuan yang aku cinta
Atau
Aku hanya mencintai kamu, aku nggak akan kepincut perempuan lain.
Fajar memang bukanlah tipe laki-laki yang romantis menurut Peira, tapi Fajar akan selalu ada disaat Peira membutuhkannya, Fajar akan memberi nasihat ketika Peira melakukan kesalahan dan akan memberi solusi terbaik saat Peira menghadapi masalah.
Fajar orangnya dewasa, dia akan berpikir panjang dalam mengambil tindakkan, bagi Peira Fajar adalah calon suami idamannya.
"Jangan cemberut begitu, ayo senyum!" Seru Fajar, Peirapun akhirnya mengembangkan bibirnya yang tadinya mengerut, sehingga sebuah senyuman terukir disana.
Ada kebahagiaan tersendiri bagi Fajar saat melihat senyum Peira, hanya dengan memandang wajah teduh milik Peira, seakan rasa lelahnya setelah seharian beraktivitaspun jadi hilang.
Fajar merasa sangat beruntung, setelah mengetahui semua tentang dirinya dan kekurangannya, Peira tidak pernah sedikitpun berpikir untuk mundur mencintainya.
Fajar bukanlah seorang anak orang kaya. Berbedanya dengan Peira, Fajar sedikit beruntung karena dikaruniai otak yang cerdas dan fisik yang kuat untuk kelangsungan hidupnya. Fajar mendapat tanggungan beasiswa dari yayasan kampus tempat mereka kuliah.
Sejak SMA Fajar memang selalu berprestasi dalam beberapa bidang, hingga sampai semester 3 ini dia masih bisa bertahan. Diapun memiliki beberapa kerja sambilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Selepas pulang dari kampus, dia akan bergabung dengan komunitas ojek onlinenya dan menarik pelanggan-pelanggannya, terkadang dia akan mengantar beberapa pesanan makanan yang pelanggannya pesan secara daring.
Tidak hanya itu, malam harinya dia akan bekerja menjadi waiters di kafe Find A Food yang baru buka beberapa bulan lalu. Tentunya itu masih belum cukup untuk menghidupi ibunya yang akhir-akhir ini sering sakit-sakitan dan ketiga adiknya yang masih bersekolah.
Kadang Fajarpun harus memutar otak untuk mencari uang tambahan.
Langkah mereka terhenti saat memasuki sebuah gang yang tidak terlalu besar, gang menuju rumah kontrakan peira.
"Aku antar sampai sini aja ya!" Ucap Fajar.
"Kamu nggak mampir dulu yang?" Tanya Peira.
"Lain kali aja ya, aku harus kekafe sekarang." Jawab Fajar.
"Oh iya, ya udah. kamu kerjanya hati-hati ya!" Seru Peira.
Fajar melambaikan tangannya kearah Peira sebelum akhirnya dia benar-benar pergi, peirapun kembali melangkahkan kakinya sambil menghembuskan nafas berat.
'Pasti pekerjaan rumah sudah menunggu' Pikir Peira dalam hatinya.
***
Sekitar 22 orang terlihat sedang membentuk setengah lingkaran, menghadap kearah satu orang yang menjadi pusat perhatian mereka.
Mereka adalah divisi kurir dari sebuah perusahaan yang menyediakan jasa belanja online. Mereka sedang melakukan breaving pagi sebelum menjankan tugas masing-masing, ini adalah aktivitas rutin yang dipimpin langsung oleh kepala divisi kurir itu sendiri.
Peira adalah salah satu diantara 22 orang itu, Peira memilih untuk bekerja full time dari pagi sampai sore mengingat dirinya yang sudah berhenti kuliah, dia akan lebih banyak mendapatkan pundi-pundi rupiah jika dibandingkan bekerja part time dari siang sampai sore. Semoga saja dengan ini tujuannya selama ini akan segera tercapai.
"Oke, karena kamu baru hari ini bekerja full time, maka daerah jangkauan kamu akan bertambah. Nanti akan otomatis muncul diaplikasi." Pak Willy, kepala divisi kurir itu menunjuk kearah Peira.
"Baik pak!" Jawab Peira sambil menunduk, karena dia dan semua rekannya tidak akan berani menatap wajah atasan mereka itu.
"Kalau sudah tidak ada yang dipertanyakan, silahkan ambil formasi.masing-masing!" Breaving pagipun berakhir saat kalimat itu diucapkan pak Willy. Semua anggota kurir itupun membubarkan diri termasuk Peira. Peira bukanlah satu-satunya kurir perempuan didivisinya, 4 diantaranya juga seorang perempuan.
Sama seperti dengan yang lain, Peira menyusun dengan rapi semua paketan yang akan diantarkannya pagi ini keatas motor scoopy miliknya, tentunya dengan menggunakan keranjang kain dikedua sisi motornya, tak lupa diapun mengikatnya supaya tidak ada paketan yang jatuh.
Ponselnya tiba-tiba bergetar, diapun merogoh tas selempang merah yang selalu dia kenakan ketika mengantar paker.
Semangat kerjanya ya yang... nanti jam makan siang aku kekantor kamu...
sepenggal pesan whatsapp yang membuat Peira senyum-senyum sendiri.
'Hmm, giliran di wa aja dia sweet panggil yang.' Batin Peira.
Iya, aku tunggu :* kamu juga semangat ya kuliahnya, love you :*
Setelah membalas pesan dari Fajar, Peira kembali memasukan ponselnya kedalam tas, seperti sudah menemukan tujuan hidupnya, Peira jadi lebih bersemangat setelah membaca pesan dari sang kekasih. Peirapun menyalakan mesin motornya kemudian menancap gas, membelah jalanan kota Bandung, kota kelahirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
next
2020-11-07
0
bab menakutkan
sungguh menarik masih lanjut pelajaran.mungkin peira telah benar² menemui yang nama nya cinta dan terdapat cinta itu sendiri disisi fajar.kalau benar2 jodoh terima yang sebaik2 nya .selamat ya feira fajar.semoga jodoh kamu kekal abadi berdua selama nya.
2020-11-07
1
🧭 Wong Deso
Like 💙💙💙.. bagus kak
2020-10-08
1