Berminggu-minggu ditinggal oleh Yusuf ternyata membuat rumah sepi. Sudah tidak ada laki-laki yang setiap pagi mengajaknya jogging atau naik sepeda, bahkan nongkrong bersama Rika di perpustakaan desa. Rika sendiri sedang sibuk dengan usaha seblak di kafe milik orang tuanya. Tante Maya kebetulan sedang liburan bersama teman-teman dekatnya. Jangan samakan tante Maya dengan ibu-ibu muslimah yang duduk manis di rumah. Karena sebenarnya Tante Maya sangatlah hobi bepergian bersama teman-temannya. Sementara Rima, sudah pasti dia akan diajak Raihan liburan juga. Mereka sangat romantis, membuat Asyna serasa terkena penyakit diabetes gara-gara menyaksikan kemanisan mereka. Raihan sungguh tidak tahu malu, suka sekali memamerkan kemesraan di depannya. Padahal Rima selalu menasehatinya, tidak boleh pamer di depan jomblo.
“Sayang, aku udah bawa tasnya. Ayok keburu sore ini!” Raihan menengok keberadaan Rima di dapur.
Asyna sibuk memperhatikan dua sejoli itu, segala lamunannya buyar. Makanan di depannya serasa telah menguap kelezatannya. Asyna sudah kehilangan nafsu makannya.
“Bentar mas, aku lagi nyiapin bento buat bekal kita.” Rima bergerak cepat menghias bento berbentuk spongebobnya.
“Iya , aku tunggu di ruang makan ya.” Raihan berbalik menarik kursi di hadapan Asyna. “Gak dimakan?” Raihan bertanya saat melihat piring berisi soto yang masih belum berkurang banyak.
“Udah kenyang.” Asyna mengambil air putih di samping piringnya dan langsung menghabiskan satu gelas air hingga tandas.
Raihan memandang Asyna dengan mata sipitnya, “Makanya kurus, makan aja susah. Ckckck.”
“Hemm.” Seloroh Asyna tak peduli.
“Asy, yakin gak mau ikut? Seru loh.” Raihan menaik turunkan alisnya menggoda.
“Males ah.”
“Kamu gimana sih, katanya suka mantai. Jarang -jarang kan bisa mantai bareng. Temenin Rima sekalian.” Raihan menyunggingkan senyuman manisnya.
Asyna terpaku sejenak, kemudian berdeham, “Ehm, aku gak pengen ganggu aja nanti kalau aku ikutan.”
“Gak kok. Santai lagi hahaha, kayak sama siapa aja.” Raihan memukul meja sambil tertawa. “Sana deh siap-siap, aku nanti bilang ke Rimanya. Dari pada di rumah sendirikan mending ikut aja.”
“Oke deh. Bilangin Rima yah. Aku mau siap-siap dulu.”
Asyna meninggalkan meja makan begitu saja. Dengan cepat berlari ke kamar, mencari baju-baju juga dompetnya.
Raihan terduduk diam di kursi meja makan. Wajahnya yang tadi penuh binar bahagia dan senyuman, kini berubah. Semua yang ditampilkannya tadi hanyalah ilusi. Ilusi yang sengaja dia ciptakan, hanya untuk membuat segalanya terasa mudah. Bukankah senyuman adalah penawar dari segala penawar racun yang ada?
Rima yang selesai membuat bento datang menghampiri Raihan. “Kenapa mas?” Rima bertanya ragu saat melihat Raihan yang melamun.
“Em, gakpapa. Kamu buat tigakan bentonya?” Raihan mengubah mimik wajahnya seketika agar terlihat bahagia.
“Iya mas. Asyna jadi ikutkan?” Rima menanyakan kepastian keikutsertaan Asyna, karena saat pertama kali ditawarkan untuk ikut liburan Asyna menolak.
“Iya dia ikut. Tuh lagi siap-siap di kamar.”
“Yaudah, ayo kita beresin barang bawaan juga. Lebih cepat lebih baikkan?” Rima membawa totebag berisi bento ke depan, hendak memasukkannya ke dalam mobil.
Raihan menyusul sang istri dan membantu menata segala keperluan liburan mereka. Perkara rumah, Rima sudah mengamanahkan kepada Pak Fajri untuk menjaga rumahnya. Pak Fajri adalah tetangga di samping rumahnya. Meskipun sudah berumur tetapi beliau sungguh berakhlak baik, sehingga membuat Rima dan keluarga mempercayai ayah Rika itu. Raihan duduk di kursi teras saat sudah memasukkan segala keperluan ke bagasi. Sisanya, ia menunggu dengan setia perempuan bernama Asyna bersama Rima. Raihan menatap jam tangannya. Sudah pukul dua, matahari masih bersinar terang di langit. Asyna muncul di balik pintu dengan kaos pendeknya.
“Udah siap?” Raihan bertanya kepada dua wanita didekatnya saat melihat kemunculan Asyna.
“Sudah, yuk berangkat.” Rima menarik tangan Asyna memasuki mobil.
“Yang, duduk sebelah akulah. Masak aku dijadiin supir!” Raihan menggembungkan pipinya lucu.
“Ih iya-iya mas.” Rima keluar dari kursi penumpang beralih ke kursi depan.
Asyna hanya mampu terdiam. Ia akan bicara saat seseorang menyebut namanya, selebihnya dia tidak akan menanggapi. Entahlah, keputusannya benar atau tidak ikut dalam acara liburan ini. Sebenarnya dia juga bosan di rumah sendirian, karena itulah dia mau ikut dengan Rima dan Raihan. Setidaknya ada Rima yang tidak akan menyakitinya. Perjalanan menuju Pantai Kartini yang ada di Jepara itu membutuhkan waktu beberapa jam. Mereka memang sengaja berangkat siang agar sampai di pantai sore hari dan bisa menikmati sunset bersama. Asyna menyenderkan tubuhnya pada kursi empuk di mobil Raihan. Matanya terpejam tidak ingin melihat kemesraan yang Raihan dan Rima sajikan, sudah cukup telinganya saja yang menyantap kemesraan itu setiap harinya.
“Asyna tidur deh mas.” Rima melirik Asyna yang tertidur nyaman.
“Hem, kamu tidur aja gak papa. Nanti mas bangunin.” Raihan menggenggam tangan kanan Rima.
“Enggak ah, nanti mas kesepian lagi hehehe.”
Rima menatap sang suami dengan penuh kebahagiaan. Sungguh dia bahagia bisa pergi bersama keluarga tercintanya. Rima ingin kebahagian ini terus terpelihara, dia tidak menyadari bahwa kebahagiaan yang ia rasakan nyatanya berkali-kali menyakiti hati seorang wanita.
Raihan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sudah satu jam perjalanan mereka, melawan panas dan macet di Jalan Raya. Rima yang bilang tidak ingin tidur bahkan kini sudah menyusul Asyna ke alam mimpi. Sungguh wanita, lain di mulut lain di hati. Raihan memberhentikan mobilnya di sebuah Masjid saat kumandang adzan terdengar. Dia membangunkan dua wanita yang benar-benar tertidur pulas itu.
Seusai sholat, mereka kembali menjalankan perjalanan. Bekal bento sudah tandas mereka makan saat beristirahat di Masjid.
“Gimana bentonya Asy, suka enggak?” Rima menanyakan rasa bento buatannya kepada Asyna yang tadi begitu lahap menyantap bento.
“Hehe, enak banget Rim. Aku suka bentonya, semua masakanmu udah pasti enak.” Asyna menunjukkan jempolnya pada Rima, membuat sang pembuat bento tersenyum senang.
“Alhamdulillah kalau kamu suka Asy.”
“Aku gak ditanyain nih?” Raihan memprotes tak terima
“Apaan sih mas. Kekanakan!” Rima berkata dengan suara lembut saat mengucapkan kata kekanakan, berharap Asyna tidak mendengarnya.
Fix, Raihan tidak terima. Lagian mana bisa lelaki dewasa sepertinya disebut kekanakan?
“Hem, terserah deh. Dunia masak memang milik wanita.” Raihan fokus pada jalan raya di depannya.
Tanpa terasa perjalanan yang mereka tempuh telah berakhir. Mereka kini berada di Pantai Kartini, Jepara. Suasananya masih asri, kebetulan hari ini begitu sepi pengunjung. Hanya beberapa orang yang terlihat berenang dan bermain pasir.
Rima dan Asyna mencari tempat ternyaman untuk menikmati indahnya sunset yang akan mereka saksikan. Raihan hanya mengikuti dua wanita yang sudah sangat di sayanginya itu. Pembicaraan beberapa hari lalu masih teringat jelas dikepalanya. Pembicaraan penuh ancaman dari seorang Yusuf yang begitu khawatir dengan wanita yang kini tersenyum cerah di samping istrinya. Raihan memang menyayangi wanita itu, tapi dia lebih memilih untuk menyakitinya agar istrinya selalu tersenyum cerah. Karena baginya, Rima adalah segalanya. Impian, obsesi, masa depan, dan juga kekasih hingga di surga nanti. Raihan sungguh mencintai Rima, istrinya. Menyakiti perempuan lain akan dia lakukan asalkan Rima selalu tersenyum bahagia di sampingnya.
“Mas, duduk sini!”
Suara Rima menyadarkan Raihan,”Iya.”
Raihan menjawab singkat. Kakinya berlari menghampiri dua wanita yang sedang duduk menyaksikan detik-detik sunset indah sore ini. Raihan duduk di samping istrinya sambil menggenggam tangannya. Tak jarang ia akan mencium kening Rima dengan penuh kasih sayang.
Asyna mengepalkan tangannya. Perasaan sakit dengan kurang ajar menyusup di hatinya. Asyna sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak mengalir deras di depan Rima. Ingin rasanya ia menampar Raihan yang sungguh jahat. Asyna memasang kembali wajah palsunya. Senyuman dan keramahan, semuanya menyakitkan untuk dilakukan. Tapi Asyna tetap melakukannya untuk kebahagian malaikat cantik yang telah menolongnya dari kemalangan.
“Subhanallah, aku suka banget litany mas.” Rima melirik proa di sampingnya.
“Iya sayang. Besok-besok kita cari lagi sunset di pantai. Hehehe.”
Asyna bergerak gelisah di tempatnya, “ Em, R- Rim aku mau ke toilet bentar ya. Kalau kelamaan kalian ke masjid dulu aja nanti aku nyusul.”
“Eh, mau aku temeninin?”
“Nggak usah Rima.” Asyna tersenyum lebar, seolah bibirnya kan robek.
“Ok, Asy.” Rima melambaikan tangannya pada Asyna.
Asyna melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju toilet yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat duduknya tadi. Air matanya menetes dengan deras. Sakit sekali, lubang di hatinya kian bertambah besar. Ingin rasanya tidak melihat mereka berdua. Raihan sungguh jahat. Asyna menghabiskan waktunya di kamar mandi dengan menangis. Wajahnya pasti akan memerah.
“Rim kita ke masjid yuk. Biar Asyna nanti nyusul kita.” Raihan mencangklong tas kecil yang berisi mukena Rima.
“Mas Rai gimana sih. Rima gak tega sama Asyna.”
“Gakpapa, nanti kita susulin ke sini lagi kalau Asynanya belum ke Masjid.” Raihan mengelus pucuk kepala Rima yang tertutup kerudung pasmina.
“Hufft, iya iya.”
“Jangan ngambek dong.” Raihan tertawa kecil.
“Enggak mas, aku nggak ngambek.”
“Hahaha, gak cocok tau kalau boong. Mas tahu.” Raihan menarik tubuh mungil Rima dalam pelukan tangan kanannya.
“Ih mas udah, jangan bermesraan di tempat umum. Malu.” Rima melepaskan pelukan Raihan di pinggangnya dengan cepat.
“Hehehe, iya sayang.”
Raihan dan Rima memutuskan untuk melakukan sholat di Masjid terlebih dahulu. Mereka meninggalkan Asyna yang saat ini masih menangis keras di toilet. Raihan dan Rima berencana langsung kembali ke tempat semula sehabis menyelesaikan kewajiban mereka.
“Mas, Asyna kok belum balik? Padahal kita udah nunggu hampir tiga puluh menit.” Rima bertanya khawatir.
“Iya, dihubungi juga gak bisa.” Raihan menutup kembali ponselnya saat tidak ada tanggapan apapun yang didapat.
“Gimana nih. Asyna, kalau dia kenapa-napa gimana mas?” Rima menutup wajahnya yang sudah memerah menahan tangis.
“Kamu tenang ya. Dia mungkin tadi sakit perut.” Raihan membawa Rima ke dalam pelukannya. Mencoba menenangkan Rima yang khawatir.
“Ya udah. Kita susulin ke toilet aja mas.” Rima memandang Raihan dengan penuh pengharapan.
“Ayok.”
Raihan dan Rima berjalan cepat menuju toilet. Terlihat jelas kekhawatian di wajah Rima. Dia takut Asyna mengalami hal buruk seperti di masa lalu. Karena dulu Asyna adalah korban penculikan yang berhasil melarikan diri.
“Rim awas hati-hati. Jangan cepat-cepat nanti jatuh.” Raihan memperingatkan Rima yang sudah berlari jauh di depannya.
“Iya mas, Rima hati-hati kok.” Ujar Rima dengan suara lantang.
“Tap-pi….”
Belum sempat kata itu selesai Raihan ucapkan. Rima sudah tersungkur saat seekor kuda berlari cepat dan menyenggolnya. Rima kehilangan keseimbangan dan terjatuh di samping kanan jalan setapak yang penuh batu tajam. Kuda yang telah menyenggolnya berlarian tanpa arah. Sementara penunggangnya juga terjatuh beberapa meter di depan Rima. Sepertinya kuda tersebut dalam keadaan yang tidak baik sehingga membahayakan orang-orang di sekitarnya.
Raihan berteriak memanggil nama istrinya yang terkapar di tanah. Darah mengucur deras dari kepalanya.
“Rima, sayang bangun.” Raihan menangis tergugu. Tangannya langsung memeluk tubuh Rima yang pingsan.
Beberapa laki-laki berseragam coklat tiba-tiba datang mengerumuninya. Mereka tanpa meminta penjelasan apapun membawa tubuh Rima dan penunggang kuda yang meringis kesakitan itu. Raihan hanya mengikuti ke manapun orang-orang itu pergi.
***
19:28 Kamar Mawar 111
Ruangan serba putih dengan bau obat-obatan yang menyengat itu semakin panas. Perempuan yang kepalanya diperban itu masih setia memejamkan matanya di brankar.
“Kamu gila hah?” Raihan berkata keras pada Asyna yang berdiri mematung di dalam ruangan.
“Maksud ka…..”
“Sudahlah gak usah ngomong lagi! Ini semua gara-gara kamu Asy!” Raihan berteriak frustasi. “Kamu nyakitin Rima. Gara-gara kamu Rima kayak gini!”.
“Bukan. Ak-aku gak.” Asyna mencoba menjelaskan dengan tertatih.
“Aku gak peduli sama penjelasan kamu. Kenapa kamu ke toilet lama sekali? Kenapa juga Rima harus selalu perduli sama kamu? Kamu bukan siapa-siapa Rima Asy. Kamu hanya menyakitinya selama ini!” Raihan berkata dengan penuh emosi. Raihan sudah muak. Dia serasa hampir mati melihat Rima penuh darah seperti beberapa jam yang lalu.
“Iya, aku tahu. Aku tahu Raihan. Tapi kamu gak perlu sejahat itu sama aku. Ini juga bukan kesalahanku.” Asyna berkata lirih, mencoba membantah semua tuduhan yang Raihan ucapkan.
“Ini semua salahmu! Dengarkan aku baik-baik, semua perasaanmu itu hanya akan menyakiti Rima. Jadi berusahalah membunuh perasaanmu itu dengan tanganmu sendiri. Karena aku akan selalu menyakitimu dengan penuh kesengajaan untuk membunuh perasaan menjijikkan itu!” Raihan berkata final.
Asyna tidak mampu berkata apapun. Bibirnya bergetar. Raihan sudah tahu perasaannya.
“Sejak kapan?” Asyna menggenggam tangannya erat.
“Tentu saja sejak awal. Dari awal aku sengaja menyakitimu Asy. Itu adalah jalan satu-satunya untuk membuat Rima terus tersenyum di sampingku.” Raihan tersenyum tipis, entah kenapa hari ini dia berkata sekasar ini pada sahabat di masa kecilnya itu.
“Kau sangat jahat.”
“Aku hanya akan jahat pada wanita yang menyimpan perasaan menjijikkan untuk suami sahabatnya.” Raihan menatap nyalang kedua mata Asyna.
Asyna sudah tidak mampu bertahan lagi dengan segala cacian yang di ucapkan oleh laki-laki yang dicintainya. Dia membanting pintu kamar perawatan Rima dan pergi menjauh. Meninggalkan malaikat penolong hidupnya yang sekarang sedang sekarat di atas ranjang pesakitan. Sementara air mata terus bercucuran sejak kata menjijikkan itu Raihan ucapkan.
Raihannnya, Raihannya sengaja melakukan semuanya. Raihannya sengaja menyakitinya untuk membuat Rima terus tersenyum. Raihan menghancurkan hatinya.
“Hiks, hiks Aku membencimu.”
Asyna menyusuri Rumah Sakit dengan berjalan cepat. Orang-orang yang tak sengaja berpapasan dengannya memandang kasihan. Untung saja lampu temaram yang menggantung sedikit menyamarkan wajahnya. Lagipula orang-orang di Rumah Sakit ini pasti tidak akan mengenalinya. Asyna melangkah keluar dari Rumah Sakit Swasta di Kota Jepara itu seorang diri. Tak jauh dari tempatnya berdiri terdapat halte bus Trans. Asyna segera melangkah menuju halte. Tidak ada orang lain, jam sudah terlalu malam untuk bus beroperasi. Asyna membuka ponselnya. Sayang sekali tidak ada Yusuf. Jika Yusuf di sini, dia pasti akan membela Asyna. Dan Raihan tidak akan memperlakukannya seperti ini.
“Hiks, Yusuf aku kangen.” Asyna menatap ponselnya yang menampilkan wallpaper dirinya bersama Yusuf.
Sementara di dalam kamar perawatan Rima, Raihan berkali-kali meminta maaf pada istrinya. Tangannya menggenggam erat tangan Rima yang hangat.
“Maafkan aku Rim. Tolong jangan salahkan aku.” Raihan mengecup kening Rima penuh kasih. “Aku mencintaimu, sayang.”
Raihan duduk di kursinya berjam-jam. Setia menunggui sang istri yang sedang terluka. Rasa kantuk yang tak dapat ditahan membuatnya tertidur di atas kursi. Hari ini begitu melelahkan untuknya.
Rima mendengar semuanya, iya Rima tidaklah tidur. Dia hanya tidak ingin bangun karena merasa matanya berat untuk dibuka. Dan semua keluh kesah yang di ucapkan Raihan penuh emosi kepada Asyna didengarnya. Rima tidak menyangka hal ini akan terjadi begitu rumit. Kenapa Rima tidak bisa membacanya? Semua gerak-gerik yang coba Asyna utarakan selama ini. Rima sama sekali tidak mengetahui apapun. Dia tidak menyangka kebahagiaannya selama ini adalah penderitaan besar bagi sahabatnya Asyna. Kenapa Raihan menutupi semua ini? Rima merasa sangat berdosa, karena berbahagia sendiri sementara saudaranya menanggung luka akibat kebahagiannya.
“Asy, hiks.” Rima merintih pelan, menangisi takdir yang telah membelenggunya.
TBC....
🥰 Jangan lupa like, komen, dan ratenya ya teman-teman, makasii🥰.
Salam sayang dari AZ💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Bayangan Ilusi
Lima like mendarat
2021-05-24
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
lanjut like dan jejak lagi
2021-02-04
0
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-12-25
1