Hari beranjak gelap meninggalkan keramaian yang pagi tadi mengisi. Hanya tersisa kursi kosong tanpa tuan. Stand-stand makanan pun telah menghilang dari tempatnya. Asyna melihat ponselnya, sudah tengah malam.
“Asy bantuin aku mindahin kado yuk!”
Ajak Rima mendadak menghentikan kegiatan Asyna yang asik melamun.
“Iya Rim.”
Tanpa bantahan Asyna mengikuti Rima. Kado-kado tertumpuk di belakang kursi pengantin. Hari ini banyak teman-teman Rima yang datang. Banyak sekali kado, mulai dari yang berukuran kecil hingga besar.
“Maaf ya Asy, kamu pasti capek!”
Rima merasa bersalah karena meminta bantuan Asyna
“Santai aja Rim. Ngangkat ginian mah kecil!”
Asyna tersenyum memasukkan beberapa kado kedalam plastik besar. Keduanya berjalan beriringan kedalam rumah Rima.
“Taruh disini aja Asy!”
Rima menumpuk kadonya diruang tamu.
“Iya Rim!”
Asyna mengikuti arahan Rima dengan patuh.
Keduanya kembali mengambil kado beberapa kali sampai semua kado telah dipindahkan semua. Rima mengipas-ngipas wajahnya, merasa gerah.
“Rim, kamu udah buka hadiah dariku?” Tanya Asyna penasaran
“Aku sama sekali belum sempat buka kado, maaf . Jadi penasaran sama kadomu Asy!” Ucap Rima jujur.
Asyna tersenyum kecil, “ Seneng deh liat kamu gak galau lagi, kan sekarang udah gak jomblo!”
“Hahaha, iya nih. Aku juga bahagia banget hari ini Asy.” Rima tersenyum malu.
Asyna terkikik melihat reaksi Rima yang lucu. Suara motor yang berhenti di halaman menghentikan perbincangan Rima dan Asyna. Rima segera melangkah keluar rumah melihat sang pengendara.
“Assalamualaikum!”
Suara Raihan terdengar kencang saat memasuki rumah.
“Waalaikummsalam mas!”
Rima mengecup tangan Raihan.
“Kok belum tidur udah jam satu Rim.”
Raihan mengingatkan Rima.
“Hehe jangan marah ya mas. Tadi aku sama Asyna mindahin kado-kado, sekalian mau nunggu mas Raihan pulang.” Tutur Rima beralasan.
“hemm, iya. Yaudah sekarang kamu istirahat aja.” Raihan berkata pelan menepuk pundak Rima.
“Iya mas.” Rima berjalan masuk kedalam rumah kembali.
“Asy aku istirahat duluan ya. Makasi udah bantuin aku.” Rima memeluk Asyna sebentar kemudian berjalan pergi.
Asyna terdiam ditempatnya berdiri. Rasanya ingin menghindar dari Raihan meskipun mustahil.
“Eh Asy kamu gak istirahat? Sana gih!” Raihan yang memasuki rumah langsung menasehati Asyna.
“Iya nanti dulu belum ngantuk kok!” Asyna beralasan
“Mau ngapain sih?” Raihan menatap Asyna curiga. Raihan curiga Asyna akan beres-beres kado lagi.
“Nggak ngapa-ngapain.” Asyna membalas singkat. Malas sekali menatap Raihan sehingga Asyna memindai sudut-sudut indah diruang tamu keluarga Rima itu.
“Yaudah, yang penting jangan lama-lama.” Raihan masih ngotot menasehati Asyna.
“Ishh, iya iya. Pak dokter cerewet!”
Asyna yang kesal langsung berlalu pergi dari hadapan Raihan. Suara panggilan Raihan tak lagi ia dengarkan. Entahlah, malas sekali mengobrol ataupun bertemu dengan Raihan. Hatinya terlalu sakit, dan Asyna bingung harus bersikap seperti apa kepada Raihan setelah hari ini.
Asyna menaiki tangga menuju kekamarnya yang memang diberikan oleh keluarga Rima. Sepertinya ia harus merencenakan trik agar bisa meninggalkan rumah Rima. Asyna tidak sanggup jika harus menyaksikan kebersamaan Rima dan Raihan setip hari. Hatinya sangat sakit, patah hati ternyata sangat menyakitkan.
“Ya Allah maafkan hambamu ini, karena menyimpan rasa pada pria yang tidak halal bagiku!” Asyna mengucap dalam hati.
Asyna memasuki kamarnya dan langsung menyelimuti diri dengan selimut tebal. Hari ini adalah sandiwara. Asyna sungguh bersandiwara di depan orang-orang. Dia sangat hancur menyaksikan Raihan mengucap ijab dengan perempuan lain. Asyna tidak terima. Tangannya memukul dada dengan keras, berharap rasa sakit akan segera menghilang dari dadanya. Namun percuma, semakin memikirkannya semakin sakit pula dadanya. Raihannya telah menjadi milik perempuan lain. Raihan yang dicintainya tidak akan pernah menemani hari-harinya. Raihannya telah pergi, dan Asyna tidak berhak sama sekali mengharapkannya.
Tuhan sangat baik, menjodohkan orang yang dicintainya dengan penolong hidupnya, Rima. Tuhan sangat adil. Raihan pasti sangat mencintai Rima. Semua itu terlihat dikedua mata indahnya.
“Hiks, maafkan aku Rim. Aku tidak bisa membohongi hatiku. Aku sungguh mencintainya. Aku mencintai Raihan!” Asyna berbicara disela tangisnya yang kian membanjir.
Suara rintih sedih itu tak sengaja terdengar oleh seseorang yang kini berada dibalik pintu. Ia tak menyangka Asyna akan mengatakan kalimat itu, tubuhnya bergetar kecil bersandar dibalik pintu kamar Asyna yang masih tertutup.
🍂🍂🍂
Raihan menatap Rima yang masih tertidur lelap. Dia tidak tega membangunkannya. Raihan keluar dari kamar hendak mengambil air putih, tenggorokannya terasa kering. Ucapan Asyna yang tak sengaja didengarnya sungguh membuatnya tidak bisa tidur. Raihan tidak sengaja mendengar Asyna menangis saat hendak menuju kekamarnya. Dia tidak menyangka akan mendengar pernyataan menyakitkan itu.
Apakah Asyna bersikap acuh padanya karena dia telah membuatnya patah hati? Raihan tidak pernah menyangka seorang Asyna akan menyukai pria seperti dirinya. Padahal ada pria sesempurna Yusuf yang dengan terang-terangan menunjukkan perasaan sukanya kepada Asyna. Kenapa Asyna begitu bodoh?
Raihan memandang pintu kamar Asyna yang dilewatinya. Perasaannya tidak tenang. Tentu saja dia memikirkan bagaimana perasaan Asyna. Kini setiap hari mereka akan bertemu, dan Asyna pasti akan semakin sakit hati.
“Maafkan aku Asy!”
Raihan berucap lirih dan langsung berjalan cepat menuruni tangga.
Rasa haus ditenggorokannya semakin terasa. Raihan mengambil satu botol air mineral, kata orang air mineral ini memiliki rasa manis. Entahlah, baginya rasanya sama saja dengan air mineral yang lain. Jam didapur masih menunjukkan angka tiga. Ini artinya dia baru tertidur beberapa jam saja. Syukurlah dia mengambil cuti pernikahannya jadi dia bisa beristirahat.
Pikirannya saat ini dipenuhi oleh Asyna dan juga Rima. Dua wanita itu entah kenapa suka sekali berkeliaran dikepalanya. Raihan sudah mengenal Rima sejak kecil. Rima adalah kembang desa di Desanya. Tidak ada yang tidak mengenal Rima. Rima tumbuh ditangan ayah dan ibu yang mengerti agama. Karena itu Raihan sedari dulu kagum padanya dan selalu menyebut Rima disetiap doanya.
Sementara Asyna, awalnya Raihan tidak tahu siapa dia. Asyna seperti orang asing yang tiba-tiba memasuki desanya. Tidak seorangpun mengetahui asal-usul Asyna termasuk Rima. Asyna adalah gadis malang yang ditolong oleh Rima. Rima pernah menceritakan hal itu padanya saat masih SMP. Raihan tidak tahu hal malang apa yang dialami Asyna. Selama ini dia tidak pernah bertanya lebih jauh, dan sekarang kenapa dia begitu peduli hal itu?
Raihan mengacak rambutnya pelan. Air mineral yang diminumnya bahkan telah habis tak bersisa. Sebaiknya ia segera sholat untuk menenangkan pikirannya yang kusut. Raihan berjalan menaiki tangga melewati pintu Asyna tanpa menoleh ataupun berhenti. Kakinya melangkah mantap memasuki kamar Rima yang masih dalam keadaan gelap, sepertinya Rima memang terlalu lelah dengan acara pernikahan mereka.
Raihan membiarkan Rima tertidur, sementara dirinya melakukan sholat tahajud seorang diri. Raihan menengadahkan tangannya saat sholatnya telah selesai. Raihan memanjatkan banyak doa untuk orang-orang disekelilingnya. Ini juga kali pertama Raihan mengikutsertakan nama Asyna didalam doanya.
.............🍂🍂🍂🍂................
Apa kabar readerku di masa yang akan datang 👋. Semoga kalian dalam keadaan baik dan sehat.
Aku minta doa baik dari kalian ya, semoga doa itu juga kembali pada kalian yang mendoakan 💞.
Salam sayang dari author
Az💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
السلام عليكم
keren,kak
2021-03-14
1
Syavira Vira
lanjut
2021-02-03
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like..like..
asisten dadakan hadir..😘
mampir juga yuk..
semangat kak💪
2021-01-29
0