You Are My Husband

You Are My Husband

Akad Bertabur Luka

 

Asyna memegang dadanya yang berdetak di luar kendali. Tangannya bergetar kecil saat pemilik suara merdu itu mengucap janji suci di hadapan semua orang.

Orang-orang berlomba mengabadikan momen bersejarah itu dengan merekam dan memotretnya. Tak sedikit yang berbisik mengatakan betapa cocoknya sang pengantin. Asyna hanya mampu tersenyum kecil saat upacara sakral itu telah selesai. Kata sah telah diucapkan oleh saksi yang telah hadir.

Orang-orang bersiul menggoda, sementara Asyna hanya mampu menunduk menyembunyikan rasa sedihnya.

Itu bukanlah pernikahan miliknya. Perempuan manis yang duduk di samping mempelai pria itu adalah sahabat terbaiknya, Rima. Rima adalah perempuan yang sangat cantik dan sholehah. Cocok sekali bersanding dengan Raihan. Hatinya serasa tercubit memikirkannya.

Asyna mengangkat wajahnya perlahan, memandang pasangan pengantin dihadapannya. Satu persatu tamu memberikan selamat kepada pengantin. Asyna juga akan memberikan selamat kepada mereka. Asyna berdiri dari duduknya dan menghampiri pasangan pengantin yang berbahagia itu.

 

“Selamat atas pernikahan kalian, semoga kalian selalu bahagia. Aku gak sabar melihat ponakan di masa depan hehe!”

Asyna menampilkan senyuman lebarnya seolah semuanya baik-baik saja, padahal hatinya hancur lebur saat mengatakannya. Tangannya memeluk erat tubuh Rima.

“Terima kasih Asy, kamu nih bercanda mulu!”

Rima menggelengkan kepalanya menanggapi godaan yang dilontarkan Asyna.

“ Baru juga sah Asy, haduh! Tapi makasi doanya, semoga kamu juga cepet nyusul Asy”

Raihan menimpali dengan senyuman cerah yang tak pernah luntur dari wajahnya.

“Hemm, iya Rai!” Asyna meremas jarinya kuat.

Setelah ini dia tidak bisa lagi meminta laki-laki itu pada Tuhan lewat doa-doanya.

“Aku tinggal dulu yah, laper mau makan!”

Asyna menampilkan wajah memelasnya. Tidak mungkin dia berbincang lama sementara banyak orang yang akan memberi selamat pada Rima dan Raihan. Dia pun berlalu saat melihat anggukan dari sang sahabat.

 

Asyna memang sangatlah lapar, maklum saja dari kemarin dia hanya memakan dua bungkus roti berukuran kecil. Bagaimana bisa dia makan disaat hatinya hancur lebur, perasaan ini sangat menyiksa. Asyna tidak ingin merasakan perasaan ini, namun ia tidak mampu membohongi hatinya lagi. Berungkali ia mencoba menyangkal tapi percuma. Sangkalan itu hanya akan berbalik menyerangnya berkali-kali lipat. Asyna merasa begitu berdosa dengan perasaannya.

Apa yang akan Rima lakukan jika mengetahui semua perasaannya? Asyna tidak ingin Rima membencinya. Rima adalah sahabat terbaiknya, penolong yang dikirimkan Tuhan untuknya. Dia tidak akan mengecewakan Rima dengan perasaan konyol yang menaungi hatinya. Asyna sadar ia tidak sebanding dengan seorang Rima. Asyna hanya anak yatim piatu yang menumpang hidup pada keluarga Rima. Ilmu agama maupun pendidikannya sangatlah jauh dibawah Rima. Rima tercatat sebagai lulusan terbaik di Universitas Islam Negeri yang ada di Semarang.

Tidak ada lelaki normal yang mampu menolak pesona Rima. Termasuk Raihan, lelaki yang tak pernah Asyna lupakan disetiap doanya kepada Tuhan.

Aneka hidangan prasmanan berjejer rapi di stand-stand makanan. Ada soto, bakso, sate bahkan terdapat pecel dan masih banyak yang lainnya. Asyna memindai semua menu dimeja sebelum mengambilnya. Pilihannya jatuh pada soto yang nampak sangat segar dikedua matanya. Dia harus tetap makan untuk menjalani hari-hari yang berat akhir akhir ini.

“Mau soto mbak Asy?”

 

Tanya Rika yang kebetulan melayani stand soto

 

“Iya dek, minta satu ya yang pedas!”

 

Asyna tersenyum kearah Rika

 

“Iya mbak, bentar ya. Aku racikin dulu!”

 

Rika mengambil mangkok kecil dan segera mengisinya dengan nasi, mie, suwiran ayam, bawang goreng dan terakhir ia menambahakan kuah panas dari kuali besar yang ada dasampingnya.

“Ini mbak, sambel sama kecapnya ambil sendiri aja ya sesuai selera hehe!”

Rika menyerahkan mangkuk soto bergambar ayam kepada Asyna.

 

“Iya deh, makasi ya Rik!” Asyna menuangkan kecap manis kedalam mangkuk ditangannya lalu mengambil sambal.

 

“Nanti kalau kepedasan minta Es buah ke Nanik aja mbak!”

Rika terkikik saat melihat Asyna mengambil tiga sendok makan sambal.

“Hahaha iya Rik, nanti mbak serbu standnya dia." Asyna tertawa lepas, mengobrol dengan Rika sedikit menghibur hatinya yang mendung.

Kakinya melangkah menuju deretan kursi yang telah disediakan. Tamu undangan Rima belum memadati, hanya satu dua saja yang baru datang. Asyna mendudukkan diri di kursi belakang dengan nyaman. Dia masih bisa melihat Rima dan Raihan yang sedang bercanda.

Asyna menghembuskan napasnya. Makan saja harus melihat mereka berdua. Bibirnya terpaksa membuka saat satu sendok soto ia suapkan ke dalam mulut. Rasanya, Asyna sangat lapar hingga hanya dalam beberapa menit saja soto itu telah habis dimakannya.

“Asy, kok gak ditemenin Rimanya. Biasanya aja ngintil kayak anak koala!” Ucap Yusuf dengan senyuman miring diwajahnya.

Tanpa permisi Yusuf langsung menduduki kursi di samping Asyna.

“Hemm, aku laper makanya makan dulu.” Asyna berujar malas

“Ohh kirain!”

Suara Yusuf terdengar pelan tapi Asyna masih mampu mendengarnya.

“Kirain apa hemm?” Asyna memandang curiga pria di sampingnya.

“Nggak kok, hehehe. Masih lapar gak? Gue ambilin sate mau? Enak loh buatan pak Reza!”

Yusuf mengalihkan pembicaraan dengan mencoba menawarkan sate Pak Reza yang sudah terkenal itu.

“Iya boleh, makasih dedek!”

Asyna tersenyum kecil pada Yusuf

“Hais tungggu disini ya. Kalo ada cowok yang pengen duduk disini selain aku nggak boleh ya. Udah aku booking soalnya!”

Yusuf segera berjalan menjauh setelah mengatakannya.

 

Asyna terkekeh kecil, Yusuf itu masih piyik baginya. Umurnya tiga tahun dibawahnya, Yusuf saja yang terlalu sksd hingga memanggilnya tanpa embel-embel mbak, atau kakak.

Tak berapa lama Yusuf kembali dengan dua porsi sate ditangannya.

 

“Ini Asy, aku kasih cabenya banyakan. Kamu suka pedeskan?”

Yusuf menyerahkan sate lima tusuk kepada wanita yang seharusnya ia panggil mbak itu.

“Iya aku suka pedes, makasi banyak ya!” Asyna segera menggigit sate yang diterimanya.

 

Yusuf hanya menanggapi dengan senyuman. Makan berdua dengan Asyna membuatnya terhibur. Hari ini adalah hari yang berat bagi Yusuf, karena melihat wanita yang bertahun-tahun mengisi hatinya terlihat sedih. Yusuf tidak bodoh, ia bisa melihat tatapan penuh cinta dari kedua mata Asyna setiap memandang lelaki bernama Raihan itu. Tapi sekarang yang tertinggal dikedua mata Asyna hanyalah kehancuran. Wajahnya terlihat sendu dengan senyuman bodoh yang berusaha ia tampilkan di depan semua orang.

 

“Asy, aku akan selalu disisimu jadi jangan pernah merasa jika kau sendirian! Aku tidak suka kau bersedih, semua itu sangat terlihat diwajahmu.”

Ucap Yusuf memandang kearah pengantin di depannya. Asyna hanya terdiam tanpa tanggapan berarti. Dia tak menyangka Yusuf akan mengucapkan kalimat seperti itu.

 

..........*🍂🍂🍂*...........

 

Hai🙃, readerku di masa yang akan datang.

Semoga kalian suka dengan ceritaku ini. Silakan komentar sebanyak-banyaknya di bawah👇. Jangan lupa buat Vote and rate cerita ini ya.

Sankyu, sampai jumpa kapan-kapan👋

Salam sayang dari author

Az💞

Terpopuler

Comments

kang teamoon🥒

kang teamoon🥒

🐊

2021-03-27

1

السلام عليكم

السلام عليكم

bagus

2021-03-13

1

السلام عليكم

السلام عليكم

lanjutkan kak

2021-03-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!