3. Masih Kekanak-kanakkan

hai semuanya! Aku datang untuk menyapa. Dikarenakan banyak yang bilang pemainnya bodoh, sini aku jelasin. Maaf ya kalau novelku kurang berkenan. Tapi aku ambil karakter "Mona" dari kehidupan pribadiku ya. Aku termasuk wanita yang kurang pintar, dan dulu aku umur 18 tahun tidak tahu menahu yang namanya hubungan setelah menikah. So, percaya atau tidak. Ist okey!  Kalian luar biasa karena sudah mengikuti ceritaku sampai sejauh ini. Terimakasih.

Setelah bercengkerama sebentar dengan Mona tadi, Arga beralih masuk ke dalam kamar, begitu juga dengan Mona. Bedanya, jika Arga langsung pergi mandi terlebih dahulu, sedangkan Mona justru langsung membanting tubuhnya di atas kasur dan langsung larut dalam mimpi siang menjelang sore.

Di dalam kamar mandi, Arga terlihat berdiri dengan satu tangan menekan dinding, sementara dari atas, Air dari dalam shower terus mengalir membasahi seluruh tubuhnya.

Sudah tiga tahun Arga menjalin kasih dengan Mona. Tidak ada kata cium maupun sebuah cumbuan sebelum keduanya menikah. Itu yang pernah Arga janjikan untuk Mona. Dan sekarang, tiga tahun itu sungguh sudah berlalu. Apa yang akan Arga lakukan.

Hanya sekitar 10 menitan saja Arga bertapa di dalam kamar mandi. Ia keluar dari dalam sena, tepat sekitar pukul tiga sore. Karena perutnya yang tiba-tiba terasa lapar, setelah berganti pakaian Arga langsung pergi ke lantai satu untuk mencari makanan.

Sebelum sampai di anak tangga, kedua kaki Arga berhenti melangkah di depan pintu kamar Mona. Pintu itu tidak tertutup rapat, mungkin melompong sekitar 10 cm. Satu tangan memegang gagang pintu lalu Arga memiringkan kepala mengintip sosok penghuni kamar.

Sepi. Tak ada suara dari dalam sana. Arga bisa melihat ada gundukan daging berbalut kain yang tak terlihat wajahnya. Itu Mona, dia sedang tertidur dengan posisi tengkurap.

Sesaat Arga hanya mendesah, lalu perlahan mundur sambil menarik gagang pintu hingga pintu tersebut tertutup.

Arga berjalan kembali dan kini sudah menuruni anak tangga. “Apa aku benar-benar mencintai bocah itu?” tanya Arga dalam gumaman di hati.

Bagaimana perubahan pesat pada diri Mona memang sangat cepat. Bukan perubahan dalam sifat maupun wataknya, melainkan bagaimana bentuk dan postur tubuhnya saat ini. Mona yang dulu terlihat tengil dan selalu berpenampilan layaknya seorang bocah, kini sudah tidak lagi, dia sudah berbeda tampilan.

Mulai dari kakinya yang sangat indah, beralih ke atas pada gundukan besar yang entah sejak kapan sudah terlihat kencang dan menggiurkan, lalu di tambah pinggang ramping dan perutnya yang datar, Sungguh membuat Arga selalu menelan ludahnya sendiri.

Jangan lupakan bagian dadanya. Dua gundukan sintal yang dulu sempat Arga lihat karena tak kesengajaan, kini sudah lebih mengkal dari sebelumnya. Di ibaratkan seperti buah apel hijau yang mungil berubah menjadi apel merah yang besar.

Arga pria normal, tentu saja akan tergoda jika selalu berdekatan dengan Mona. Apalagi wajahnya yang dulu imut-imut menggemaskan kini justru terlihat sangat cantik. Dan sekali lagi, sangat menggoda birahi seorang Arga. Tidak salah kan? Mengingat umur Arga yang menjelang 29 tahun bulan depan, tentu saja hasrat kejantanannya semakin bertambah. Apalagi sang calon mempelai wanita sudah berada dekat selalu di sampingnya, memangnya siapa yang tahan?

Tak terasa kaki Arga sudah menapak di lantai satu. Ruang utama yang di tuju adalah dapur. Sesampainya di sana, Arga langsung menghampiri sebuah kulkas yang berdiri tegak di dekat washtafel, lalu membukanya dan segera mencari cemilan pengganjal lapar di sore hari.

“Arga....” Suara ibu mengagetkan Arga. Setelah mendapatkan apa yang di inginkan, Arga langsung menutup pintu kulkas.

Santi sudah suduk di kursi ruang makan. Arga ikut duduk dengan menenteng satu botol jus dan keripik. “Ada apa, Bu?” Arga bertanya.

Santi diam sejenak, pandangannya lurus mengamati jari-jemarinya yang bergerak-gerak. Setelah menghadap ke arah Arga, Santi mulai berkata. “Apa kau sungguh mencintai Mona?”

Arga yang sudah mengangkat botol, dan hendak meneguk isinya, urung dan menarik kembali botol itu turun.

Arga menghela napas. “Tentu saja aku mencintai Mona. Bukankah selama ini aku sudah setia menunggunya sampai dewasa? Itu kan yang ibu inginkan?”

Santi nampak menarik dagu ke dalam, dua alisnya sudah saling menaut. “Kenapa jadi Ibu? Memang Ibu menginginkan apa?” Santi sungguh tidak mengerti.

Arga berdecak lalu menaruh botol di atas meja dengan sedikit keras hingga air di dalamnya sedikit meluber. “Kan ibu yang menyuruhku menunggu Mona sampai lulus sekolah, dan aku sudah melakukan itu.”

“Lalu???” Santi menatap lekat-lekat wajah Arga.

“Lalu... tentu saja aku akan segera menikahinya.”

Seketika itu Santi langsung menelan salivanya. Ini memang hal yang Santi inginkan, tapi melihat bagaimana raut wajah Arga yang nampak sangat serius, membuat Santi sedikit merinding. Entah kenapa, hanya saja Santi sedikit merasa takut dan ragu.

“Apa kau serius??” Santi kembali menatap Arga. “Ini sebuah pernikahan, jadi kau jangan main-main!” Santi berbicara penuh penekanan.

“Astaga!” Arga membuang napas. “Memangnya siapa yang main-main, Ibu? Aku sangat serius.”

Mendengar kata serius, membuat Santi nyengir dan segera menggaruk tengkuknya. Arga yang merasa aneh langsung menjulingkan mata, segera beranjak dengan menenteng botol dan camilannya menuju ke ruang samping.

“Arga, tunggu!” Santi ikut berdiri. “Ibu sedang bicara denganmu, kau malah pergi.”

“Memangnya apa yang mau ibu bicarakan lagi?” Arga duduk di ranjang dengan busa tipis di atasnya yang berada tak jauh dari kolam renang.

“Geser!” Pinta Santi. Setelah Arga bergeser, Santi pun ikut duduk.

“Kita bahas soal kemauanmu yang ingin menikahi Mona.”

“Baiklah....” Arga menjawab dengan enteng sembari mengunyah camilannya.

“Apa kau sungguh serius?”

“Serius apa?”

“Arga!” Spontan Santi menjitak kepala Arga dan menjambret bungkus camilan dari tangan Arga.

“Ish!!” Arga meraih lagu bungkusan itu. “Sakit tahu!!” imbuh Arga lagi dengan nada menggerutu.

“Kau itu sudah hampir kepala tiga, kenapa kau masih sangat bodoh!” Sungguh Santi rasanya ingin sekali menjambak rambut Arga yang sudah mulai gondrong.

Sampai detik ini, Santi masih tak mengerti dengan jalan pikiran Arga yang sangat lambat dan kurang pandai dalam menangkap sebuah pembicaraan. Entah itu hanya sekedar di buat-buat atau tidak, tapi Santi benar-benar geregetan menghadapi Arga.

Pada akhirnya Arga mengela napas panjang. Meletakkan bungkusan cemilan di samping botol minuman di atas meja. Kemudian posisi duduknya memutar menghadap ke arah ibunya dengan dua tangan menangkup satu telapak tangan ibunya.

“Dengar... Aku sangat mencintai Mona. Aku tidak main-main dengannya. Aku cuma masih bingung....” Kalimat Arga terhenti.

“Bingung kenapa?” Santi bertanya.

“Apakah Mona siap menikahi Arga atau tidak.” Suara lembut itu mengejutkan keduanya.

Meri yang ternyata sudah berdiri di belakang mereka sekitar satu menit yang lalu, mendengarkan pembicaraan mereka berdua dan langsung menimbruk ketika Santi tak mengerti dengan ucapan Arga. Paperbag berukuran sedang ia letakkan di atas meja, begitu juga dengan tas selempangnya.

Dan Arga pun membuang napas kasar. Kedua tangannya sudah melepaskan telapak tangan ibunya dan berpindah meraup wajahnya sendiri.

Yang di jawab Meri ternyata benar adanya. Arga hanya takut Mona belum siap. Dan lagi, dia juga baru saja lulus dari SMA. Parahnya lagi, Mona masih jauh tidak mengerti soal pernikahan. Tingkah kekanak-kanakannya belum sepenuhnya menghilang. Arga bisa melihat jelas akan hal itu, itu sebabnya Arga belum berani membicarakan hal serius ini dengan Mona.

***

Terpopuler

Comments

Indra Lesmana

Indra Lesmana

bagus

2023-08-08

0

Shautul Islah

Shautul Islah

ubahlah sifat mona thor

2021-09-05

0

Sari Tulus Pinasti

Sari Tulus Pinasti

sejauh pengalaman dan melihat kanan dan kiri kehidupan bertetangga, biasanya jika seorang anak ditinggal meninggal oleh kedua orangtua, entah dia diposisi orang kaya atau miskin dengan sendirinya dia akan tetap berdiri meniti kehidupan yang kejam ini, dia akan trus melangkah kedepan dengan kaki yang tangguh, ga lembek

2021-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kehidupan Baru
2 2. Harus Menikah
3 3. Masih Kekanak-kanakkan
4 4. Hadiah
5 5. Hadiah Motor
6 6. Kasus Baru
7 7. Penasaran
8 8. Apa Kau Siap?
9 9. Mulai Dari Baron
10 10. Dasar!!
11 11. Cantik
12 12. Melamar
13 13. Cincin
14 14. Info Give away!
15 15. Semua Mengajak Bicara
16 16. Sama Bodoh
17 17. Menikah Denganku?
18 18. Bertemu Jade
19 19. Butuh sebuah Solusi
20 20. Siap Dan Mau
21 21. Haus
22 22. Teman Lama
23 23. Cincin Ke 2
24 24. Dekati Keluarganya
25 25. Menabrak
26 26. Siapa Pelakunya
27 27. Pintar
28 28. Diskusi
29 29. Kemungkinan...
30 30. Datang Ke Butik
31 31. Gaun Pernikahan
32 32 Menyukainya
33 33. Adakah Harapan?
34 34. Mengambil Cincin
35 35. Tamparan
36 36. Aku Lapar
37 37. Pernikahan
38 38. Acara Telah Selesai
39 Tertidur Di Kamar Mandi
40 Keributan Pagi
41 Kebodohan Yang Hakiki
42 Bicara Dengan Nenek
43 Pertanyaan Konyol
44 Menghubungi Nenek
45 Setelah Itu
46 Malas Meladeni
47 47. Ayo Bulan Madu
48 48. Persekongkolan
49 49. Biarkan Mereka Belajar
50 50. Dia Tetap Menyebalkan
51 51. Mendekati Penuh Semangat
52 52. Sama-sama Memanfaatkan
53 53. Apa Itu Malam Pertama?
54 53. Jalan-jalan
55 55. Jangan Panggil Aku Kakak
56 56. Kasus Baron
57 57. Malam Yang Indah
58 58. Sakit Untuk Pertama Kali
59 59. Bukti Sudah Terkumpul
60 60. Dia Di Sini
61 61. Cepat Selesaikan Kasusnya
62 62. Sama-sama Tidak Waras
63 63. Memang Tidak Akur
64 64. Sebuah surat
65 65. Kau Selingkuh?
66 66. Masih Sering Adu Mulut
67 67
68 68
69 69. Kembali
70 Tentang Penulis
71 71. Baca Ini Dulu ya!
72 Tiada yang Berubah
73 73. Terus Belajar
74 74. Meneruskan Perusahaan
75 75. Ingin Memakanmu
76 76. Jadilah Wanita Dewasa
77 77. Mulai Pandai Melakukannya
78 78. Pria lain
79 79. Sayang
80 80. Kasih Sayang Keluarga
81 81. Radit Lebih Tampan
82 82. Berada Di Kantor
83 83. Berdandan Untukmu
84 84. Rasa apakah ini?
85 85. Merasa ada yang kurang
86 86. Tetap saja salah
87 87. Rasa cemburu masih menguasai
88 88. Tetap melayani dengan baik
89 89. Harusnya mengerti
90 90. Masih merasa ada yang salah
91 91. Dua-duanya keras kepala
92 92. Kepergok nenek
93 93. Alasan kembali ke rumah lama
94 94. Bertemu Aura Lagi
95 95. Kembali jadi yang dulu
96 96. Dia Yang manja
97 97. Merindukan Mona
98 98. Terlambat Bangun
99 99. Bolehkah panggil 'Kak'
100 Cemburu Lagi
101 101. Rencana Punya Anak
Episodes

Updated 101 Episodes

1
1. Kehidupan Baru
2
2. Harus Menikah
3
3. Masih Kekanak-kanakkan
4
4. Hadiah
5
5. Hadiah Motor
6
6. Kasus Baru
7
7. Penasaran
8
8. Apa Kau Siap?
9
9. Mulai Dari Baron
10
10. Dasar!!
11
11. Cantik
12
12. Melamar
13
13. Cincin
14
14. Info Give away!
15
15. Semua Mengajak Bicara
16
16. Sama Bodoh
17
17. Menikah Denganku?
18
18. Bertemu Jade
19
19. Butuh sebuah Solusi
20
20. Siap Dan Mau
21
21. Haus
22
22. Teman Lama
23
23. Cincin Ke 2
24
24. Dekati Keluarganya
25
25. Menabrak
26
26. Siapa Pelakunya
27
27. Pintar
28
28. Diskusi
29
29. Kemungkinan...
30
30. Datang Ke Butik
31
31. Gaun Pernikahan
32
32 Menyukainya
33
33. Adakah Harapan?
34
34. Mengambil Cincin
35
35. Tamparan
36
36. Aku Lapar
37
37. Pernikahan
38
38. Acara Telah Selesai
39
Tertidur Di Kamar Mandi
40
Keributan Pagi
41
Kebodohan Yang Hakiki
42
Bicara Dengan Nenek
43
Pertanyaan Konyol
44
Menghubungi Nenek
45
Setelah Itu
46
Malas Meladeni
47
47. Ayo Bulan Madu
48
48. Persekongkolan
49
49. Biarkan Mereka Belajar
50
50. Dia Tetap Menyebalkan
51
51. Mendekati Penuh Semangat
52
52. Sama-sama Memanfaatkan
53
53. Apa Itu Malam Pertama?
54
53. Jalan-jalan
55
55. Jangan Panggil Aku Kakak
56
56. Kasus Baron
57
57. Malam Yang Indah
58
58. Sakit Untuk Pertama Kali
59
59. Bukti Sudah Terkumpul
60
60. Dia Di Sini
61
61. Cepat Selesaikan Kasusnya
62
62. Sama-sama Tidak Waras
63
63. Memang Tidak Akur
64
64. Sebuah surat
65
65. Kau Selingkuh?
66
66. Masih Sering Adu Mulut
67
67
68
68
69
69. Kembali
70
Tentang Penulis
71
71. Baca Ini Dulu ya!
72
Tiada yang Berubah
73
73. Terus Belajar
74
74. Meneruskan Perusahaan
75
75. Ingin Memakanmu
76
76. Jadilah Wanita Dewasa
77
77. Mulai Pandai Melakukannya
78
78. Pria lain
79
79. Sayang
80
80. Kasih Sayang Keluarga
81
81. Radit Lebih Tampan
82
82. Berada Di Kantor
83
83. Berdandan Untukmu
84
84. Rasa apakah ini?
85
85. Merasa ada yang kurang
86
86. Tetap saja salah
87
87. Rasa cemburu masih menguasai
88
88. Tetap melayani dengan baik
89
89. Harusnya mengerti
90
90. Masih merasa ada yang salah
91
91. Dua-duanya keras kepala
92
92. Kepergok nenek
93
93. Alasan kembali ke rumah lama
94
94. Bertemu Aura Lagi
95
95. Kembali jadi yang dulu
96
96. Dia Yang manja
97
97. Merindukan Mona
98
98. Terlambat Bangun
99
99. Bolehkah panggil 'Kak'
100
Cemburu Lagi
101
101. Rencana Punya Anak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!