Gadis Mungil (Menikah)
Novel ini kelanjutan dari season 1 ya! Jika ada yang bingung karena belum baca season 1, silahkan baca dulu atau langsung baca season 2 juga nggak papa. Pasti ngerti kok. 🙏🤗
Semua nampak sudah berbeda. Kehidupan Mona yang penuh rintangan dan berbagai kendala di masa remaja seiringnya waktu mulai menghilang.
Semua jalan hidup tidaklah selalu mulus, begitu juga yang Mona alami selama tiga tahun ini. Semua ada hal buruk ada pula hal baik. Setidaknya Mona mengalami itu semua, karena dalam hidup, semua perjalanan manusia pasti akan di jatuhi dengan sebuah permasalahan.
Entah itu hal ringan, berat maupun sampai di luar kendali kemampuan kita.
Pagi ini, di tengah lapangan yang sudah di dekor sedemikian rupa, sudah mulai kedatangan para wali murid yang siap menyaksikan kelulusan untuk putra putri mereka. Beberapa kursi sudah berbaris di sana, dan beberapa sudah diisi oleh para wali murid.
Di belakang sana, di sebuah ruangan, Mona yang sudah bersolek dengan riasan sederhana di lengkapi dengan baju kebaya, sudah siap untuk menyambut kelulusan sekaligus perpisahan.
Di ruangan ini, bukan hanya ada Mona, tapi lebih tepatnya ada semua murid yang hendak menjalani wisuda ala anak SMA.
Di samping Mona, tepatnya di atas meja, Fani si gadis tomboy masih sibuk mengamati dan membenahi penampilannya yang terasa aneh. Sebenarnya bukan aneh, hanya saja Fani memang tidak betah jika harus memakai pakaian wanita. Ya begitulah Fani, gadis tomboy tetaplah gadis tomboy.
Sementara di dekat jendela kaca, terlihat ada Tika yang sedang berdiri bersenderan pada dinding bercengkerama dengan teman-temannya. Mona tahu dan bisa merasakan, mata sengit milik Tika itu sudah beberapa kali melirik dirinya. Mona tak peduli. Mona hanya ingin Tika dan keluarganya juga merasakan apa yang pernah diderita Mona selama ini.
Apa maksudnya?
Setelah beberapa kali Mona dibujuk keluarganya, akhirnya Mona bersedia melaporkan kasus pelecehan seksual yang pernah dialaminya tiga tahun yang lalu. Bukan perkara mudah untuk sekedar membujuk Mona, Mona begitu kekeh untuk tak membawa kasus ini ke ranah hukum. Menurut Mona yang lalu biarlah berlalu, setidaknya mahkota sucinya masih aman. Mona bukanlah tipe wanita pendendam.
Lain dengan Arga. Dia yang pernah sempat ingin memberi kesempatan untuk Aura nyatanya adalah pilihan yang sangat fatal. Arga sudah tertipu bagaimana wajah rubah Aura yang bisa berekspresi layaknya orang yang benar-benar menyesal telah berbuat hal keji.
Arga salah, sungguh salah! Setelah tersadar dengan kebodohannya membiarkan si penjahat berkeliaran, Arga langsung tanggap dan segera melaporkan ke pihak yang berwajib. Itupun dengan bersusah payah membujuk Mona.
Menurut Arga, selain sifat Mona yang baik hati dan bisa mencuri perasaan, Mona memiliki kelemahan yang luar bisa, yaitu bodoh dan kekanak-kanakan. Ya, Mona memang bocah bodoh, tengil dan menyebalkan. Itu sebutan Arga untuk Mona.
Lalu bagaimana kabar keluarga berhati iblis itu?
Untuk Agus, tentu saja dia sudah jatuh dan angkat kaki dari perusahaan Mona. Dia di penjara bersama putrinya, yaitu Aura. Bukan karena Arga terlalu kejam hingga memasukkan mereka ke dalam sel tahanan secara bersamaan, akan tetapi semua itu sebanding dengan apa yang selama ini di alami Mona.
Dua tahun sudah mereka mendekam di tahanan. Keluarga Agus masih beruntung, setidaknya saat ini Widya yang harus hidup bersama Tika, masih bisa memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Semua bukan karena Widya mencari uang sendiri, tapi ternyata, Widya masih memilik sebuah perusahaan di kota lain tanpa sepengetahuan suaminya.
Widya tak pernah menyangka, menyembunyikan perusahaannya selama ini adalah hal yang benar.
Dan Widya, akan segera membantu suami dan putrinya untuk segera bisa terbebas dari sel tahanan. Apapun itu caranya.
“Ibu!!” Suara cempreng itu membuat sosok pria yang tampan yang berdiri di depan ayah dan ibunya langsung menutup telinga dan mengerjapkan satu matanya. Sementara ayah dan ibu hanya terkekeh.
“Kemari sayang....” Santi memeluk Mona penuh kasih sayang. “Selamat ya, atas kelulusanmu,” ucap Santi sembari melonggarkan pelukannya lalu mencium pipi Mona bergantian.
“Selamat ya, sayang....” Hutomo mengusap ujung kepala Mona.
“Selamat ya, Kak Mona....”Radit mengimbuhi.
“Halah!” Arga membuang muka. “Lulus dengan peringkat 20, apa maksudnya!” cerca Arga yang langsung membuat Mona mendengus dan memanyunkan bibirnya.
“Arga!” dengan cepat, Santi menepuk keras pundak Arga hingga tubuh Arga bergeser.
“Selain pecicilan, kau memang bocah bodoh!” cerca Arga lagi.
“Huh!” Mona mengentakkan kaki lagi. “Lihatlah ibu, kenapa kak Arga jahat begitu? Aku kan sudah dewasa, kenapa terus memanggilku bocah.” Mona merajuk, menggoyang-goyangkan lengan ibunya.
“Sudah, sudah. Jangan hiraukan kakakmu. Lebih baik kita rayakan kelulusanmu,” bujuk Santi. Seketika mata Mona langsung berbinar.
“Betul!” timbruk Ayah. “Hari ini, kita makan-makan... ayah yang traktir.
“Hore!!” Mona jingkrak-jingkrak seperti bocah TK yang berhasil mendapatkan mainan baru.
Lihat, dia itu memang masih bocah! Astaga!! Arga membatin.
Tak jauh dari mereka, dua orang yang tengah berdiri dengan saling bergandengan tangan, ternyata sedari tadi mengamati kebahagiaan keluarga Hutomo. Kedua wanita itu mengeraskan rahang dengan gigi saling menggerat. Mereka sungguh tak terima melihat keluarga itu bahagia, sementara dirinya saat ini terlihat menderita.
“Tunggu dulu!” kaki Mona berhenti. Yang lain pun ikut berhenti.
“Ada apa sayang?” Santi mengerutkan dahi.
“Di mana nenek? Kenapa tidak datang?” wajah sumringah Mona langsung berubah masam. Di hari spesial kelulusannya, nenek tidak datang, tentu Mona merasa kecewa.
“Nenek sedang ada pertemuan dengan rekan kerja, dan tidak bisa di tinggalkan....”
Bibir Mona mengerucut lagi. Sementara Arga yang tak mau berlama-lama panas-panasan di luar, memilih masuk ke dalam mobil terlebih dahulu. Begitu juga dengan Radit.
“Apa tidak bisa di tunda dulu?” Mona semakin merengut.
“Tidak, sayang. Kau jangan khawatir, nenek sudah menyiapkan kejutan untukmu.”
“Benarkah?” Mona kembali berjikrak girang.
“Tentu saja...,” ujar Santi.
“Dasar! Sekali bocah ya tetap bocah!” di dalam mobil Arga menggerutu, sementara di belakannya, Radit hanya terkekeh geli.
“Lihatlah, Ibu!” Tika memicingkan mata ke arah keluarga Hutomo yang sedang di landa rasa bahagia. “Mereka berbahagia di atas penderitaan kita.”
“Kau benar! Mereka sangat keterlaluan!” hardik Widya dengan mengepalkan tangan.
Sampai kapan pun, yang namanya penjahat belum tobat memang tidak pernah tahu di mana letak kesalahannya. Di pikiran mereka, setelah mereka terjatuh, sebuah pembalasan dendam haruslah di lakukan. Itu yang selama dua tahun ini terpendam di dalam hati Widya dan Tika.
“Biarkan mereka tertawa sekarang. Akan ada waktunya untuk kita membuat mereka menderita lagi,” ancam Widya penuh keyakinan.
***
**Give away sudah di mulai ya! Yuk Vote sebanyak-banyaknya. pemenang akan di umumkan akhir oktober.
Silahkan berkomentar dalam tata krama yang baik. kritikan dan saran sangat aku tunggu**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Dyah Shinta
Widya itu adiknya Joanda ya?
Kok jahat sekali pada kakaknya?
2021-12-22
0
Dwi Alviana
masih meraba ceritanya 😂😂
2021-11-09
0
Cinta Rodriques
masukin sekalian mereka kepenjara thouuur.
2021-11-02
0