4. Hadiah

Meninggalkan obrolan serius Arga dan Santi, Meri yang sudah sangat merindukan sosok Mona memilih segera bergegas menuju kamar Mona. Meri hanya ngobrol sebentar dengan mereka. Dan menurut Meri, mungkin sebaiknya dirinya juga ikut andil dalam hal sensitif ini.

Tidak sebentar juga sebenarnya, Meri ikut ngobrol dengan mereka sekitar 30 menitan. Karena Arga juga sepertinya sangat berharap bantuan dari neneknya, Meri pun akhirnya langsung beranjak bergegas menemui sosok yang sedang dibicarakan.

Sesampainya di atas, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Meri langsung memutar gagang pintu dan menerobos masuk ke dalam.

“Mona....” Meri memanggilnya dengan suara pelan. Meri tahu, mungkin Mona sedang tidur.

Di atas kasur, dengan masih mengenakan baju yang di pakai saat acara kelulusan, Mona terlihat memejamkan mata. Bibir ranumnya sedikit terbuka hingga membuat dengkuran halus yang bisa terdengar siapapun yang berdiri mau pun duduk di dekatnya.

Meri tersenyum, lalu mendekat dan duduk di tepi ranjang. “Sayang, ayo bangun.” Dengan pelan, Meri mengguncang tubuh Mona.

Mona yang merasa tidurnya terusik, langsung meregangkan kedua tangannya kemudian berbalik miring memunggungi Meri.

“Dasar!” hardik Meri sambil terkekeh sendiri.

“Mona, bangun sayang... kau belum mandi. Ini sudah sore.” Meri mengguncang tubuh Mona lebih kencang.

“Emmmh....” Mona berbalik, berubah telentang lalu meregangkan lagi kedua tangannya.

Dengan perlahan matanya mulai terbuka, lalu setelah menyadari siapa yang tengah duduk sambil memandanginya dengan mengulum senyum, Mona langsung terduduk.

“Ne-nenek? Sejak kapan di kamarku?” ucap Mona sambil mengucek-ucek matanya yang masih terasa berat untuk di buka. Untuk sesaat, Mona menguap lagi, hingga membuat Meri mundur.

“Upst! Maaf....” Mona terkekeh.

Meri berdecak. “Kau itu sudah dewasa, tapi kelakuanmu masih sama. Masih seperti anak-anak.” Meri menepuk pelan pipi Mona hingga Mona terkekeh lagi.

Mona tersenyum lagi, menampilkan bola matanya yang berbinar manja, lalu maju dan berbaring meletakkan kepala di pangkuan neneknya.

Memang, selama Meri tahu siapa Mona dan bagaimana kehidupannya sebelum berada di sini, Meri begitu memanjakan Mona. Bahkan, terkadang kasih sayangnya membuat Radit yang statusnya adalah cucu kandung Meri, merasa cemburu. Namun, hanya sekedar cemburu tak berati buruk, karena Radit juga begitu menyayangi Mona.

“Kenapa tadi Nenek tidak datang?” Mona sudah cemberut. Mengingat bagaimana proses acara kelulusan dari awal acara sampai akhir, Mona tak menjumpai kedatangan neneknya, tentu membuat Mona merasa kecewa.

Meri mendesah. Telapak tangannya mendarat di kening Mona lalu mengusap-usapnya dengan lembut. “Maaf, nenek urusan yang tidak bisa di tinggalkan.”

“Apa lebih penting dariku?” Mona masih cemberut.

“Bukan begitu... tapi memang pertemuan tadi tidak bisa di tinggalkan. Kau tahu kan, nenek sekarang juga harus mengurus perusahaan ayahmu.”

Mendengar itu, Mona langsung bangun dari berbaringnya. Mona memutar badan, duduk dengan kedua kaki bersila menghadap neneknya.

“Memangnya nenek tidak kelelahan ya, harus mengurus perusahaan ayah juga?” Mona menatap sendu.

Meri mengerucutkan bibir membuat Mona jadi khawatir. “Tentu saja, nenek lelah, tapi... nenek sangat menikmatinya. Ini cara nenek supaya lebih banyak bergerak.”

“Tapi Nek... mengurus sebuah perusahaan itu kan tidak mudah. Banyak kan, orang yang setres karena terlalu sibuk bekerja....”

Meri spontan tertawa, membuat Mona mengerutkan dahinya. “Kenapa nenek tertawa? Kan tidak ada yang lucu.” Mona cemberut.

Meri menghentikan tawanya, kemudian menghela napas panjang. “Sudah, sudah. Jangan membahas soal itu. Kita bahas yang lain saja.”

“Apa?” Mona mengedipkan kedua matanya dengan cepat.

“Misalnya, emmm... hadiah apa yang nenek bawa untukmu?”

Dengan perlahan, kedua ujung bibir Mona tertarik membentuk sebuah senyuman. Sebuah senyuman yang sungguh sangat menggemaskan. Untung saja tidak ada Arga di sini, bisa gawat kalau ada dia. Haha!

“Benarkah nenek membawa hadiah untukku? Sungguh?” Dengan mata berbinar, Mona mengguncang tubuh neneknya dengan senyum yang semakin mengembang.

Meri mengangguk mantap. “Iya....” Meri menggeser tubuh Mona lalu berdiri. “Kau mandi dulu. Nenek tunggu di bawah.”

Mona refleks tertegak dengan berdiri menggunakan dua lututnya, kemudian melebarkan telapak tangan dan mendaratkan ujuk jari telunjuknya di pelipis, hormat.

Sementara di lantai satu, dua orang tengah mengobrol hal yang kelihatannya lebih serius.

Di ruang tengah, Santi, Hutomo dan Arga tengah saling tatap-menatap siap membicarakan hal penting. Bukan hal yang penting untuk dibahas saat ini sebenarnya, akan tetapi dibahas karena rasa penasaran.

“Sudah lama aku tidak mendengar kabar keluarga Agus....” Hutomo mulai berbicara. “Terakhir aku melihat tadi, waktu kelulusan Mona.”

“Benar juga....” Santi mengimbuhi. “Bagaimana kehidupan Widya dan Tika setelah dua tahun di tinggal Agus dan Aura dalam tahanan?” Santi melirik ke arah Arga. Begitu juga dengan Hutomo.

Arga pun mendesah. Sudah lama tidak memikirkan hal itu, tapi tiba-tiba saja menjadi topik pembicaraan, membuat malas saja.

Arga sebenarnya tidak mau mengingat-ingat lagi tentang keluarga itu. Bagi Arga mereka hanyalah musuh yang sudah terkalahkan dan tidak perlu untuk di kenang kembali.

“Kenapa kalian menanyakan hal itu? Membuatku malas saja!” gerutu Arga dengan membuang muka lalu menyukukan kaki, mendarat di atas paha.

“Bukan begitu... entah kenapa ibu merasa khawatir, apa lagi saat melihat tatapan mereka tadi, mereka terlihat sangat membenci kita,” ujar Santi sesuai dengan apa yang tadi di rasakan saat acara kelulusan.

“Sudahlah, ibu. Tak perlu membahas mereka, itu tidak penting.” Arga bangkit dan hendak menuju ke kamarnya di lantai dua. Santi dan Hutomo tidak mencegah Arga, mereka hanya diam memandangi punggung Arga yang terus menjauh.

“Coba saja kita lebih sigap lagi waktu itu, mungkin tak akan ada kejadian buruk yang menimpa Mona. Dan betapa bodohnya aku sampai urung mengirimkan bodyguard untuk Mona.” Santi terus berbicara seolah-olah menyesali betapa cerobohnya dirinya karena kurang becus cara menjaga Mona.

“Jangan salahkan dirimu....” Hutomo bergeser, merapatkan posisi duduknya di samping istrinya, lalu merangkul pundak Santi hingga mendaratkan kepala di atas pundak suaminya.

“Mereka sudah mendapatkan balasan yang setimpal. Kalau saja aku tidak punya hati, mungkin aku sudah menghajarnya habis-habisan sebelum mereka mendekam di sel tahanan,” ungkap Hutomo geram.

Mengingat bagaimana proses saat hendak menjebloskan mereka ke penjara memang sedikit dramatis, apalagi saat Aura dengan keangkuhannya masih tetap percaya diri mencoba merayu Arga supaya Arga luluh dan mencabut laporannya.

Sungguh wanita yang tidak tahu malu!

Jika mengenai Agus, Santi dan Hutomo tidak begitu tahu menahu, karena kasus Agus yang mengurus adalah ibu dan juga Subastian. Intinya dengan pergerakan cepat mereka berdua, perusahaan itu langsung berhasil di rebut dan tak lama kemudian, Agus menyusul putrinya masuk ke dalam sangkar besi.

“Semoga saja, tidak ada lagi yang menyakiti Mona. Cukup mereka saja yang pernah membuat hidupnya menderita!” Geram Santi.

***

Yuk! Vote sebanyak-banyaknya! menangkan hadiah GIVE AWAY NYA. lop yu semua!!!

Terpopuler

Comments

Mumut Mutiah

Mumut Mutiah

semoga

2021-04-04

0

Siti R

Siti R

tor kenap ngak membuat karakter mona itu sebagai gadis yang cerdas dan mandiri.biar ngak mudah di tindas.mengingat dia kan ngak punya orang tua.

2021-03-28

2

Natha

Natha

tenang.....
balas dendam keluarga Agus baru akan di mulai...😀😀😀😁 wkwkwk

2021-03-27

2

lihat semua
Episodes
1 1. Kehidupan Baru
2 2. Harus Menikah
3 3. Masih Kekanak-kanakkan
4 4. Hadiah
5 5. Hadiah Motor
6 6. Kasus Baru
7 7. Penasaran
8 8. Apa Kau Siap?
9 9. Mulai Dari Baron
10 10. Dasar!!
11 11. Cantik
12 12. Melamar
13 13. Cincin
14 14. Info Give away!
15 15. Semua Mengajak Bicara
16 16. Sama Bodoh
17 17. Menikah Denganku?
18 18. Bertemu Jade
19 19. Butuh sebuah Solusi
20 20. Siap Dan Mau
21 21. Haus
22 22. Teman Lama
23 23. Cincin Ke 2
24 24. Dekati Keluarganya
25 25. Menabrak
26 26. Siapa Pelakunya
27 27. Pintar
28 28. Diskusi
29 29. Kemungkinan...
30 30. Datang Ke Butik
31 31. Gaun Pernikahan
32 32 Menyukainya
33 33. Adakah Harapan?
34 34. Mengambil Cincin
35 35. Tamparan
36 36. Aku Lapar
37 37. Pernikahan
38 38. Acara Telah Selesai
39 Tertidur Di Kamar Mandi
40 Keributan Pagi
41 Kebodohan Yang Hakiki
42 Bicara Dengan Nenek
43 Pertanyaan Konyol
44 Menghubungi Nenek
45 Setelah Itu
46 Malas Meladeni
47 47. Ayo Bulan Madu
48 48. Persekongkolan
49 49. Biarkan Mereka Belajar
50 50. Dia Tetap Menyebalkan
51 51. Mendekati Penuh Semangat
52 52. Sama-sama Memanfaatkan
53 53. Apa Itu Malam Pertama?
54 53. Jalan-jalan
55 55. Jangan Panggil Aku Kakak
56 56. Kasus Baron
57 57. Malam Yang Indah
58 58. Sakit Untuk Pertama Kali
59 59. Bukti Sudah Terkumpul
60 60. Dia Di Sini
61 61. Cepat Selesaikan Kasusnya
62 62. Sama-sama Tidak Waras
63 63. Memang Tidak Akur
64 64. Sebuah surat
65 65. Kau Selingkuh?
66 66. Masih Sering Adu Mulut
67 67
68 68
69 69. Kembali
70 Tentang Penulis
71 71. Baca Ini Dulu ya!
72 Tiada yang Berubah
73 73. Terus Belajar
74 74. Meneruskan Perusahaan
75 75. Ingin Memakanmu
76 76. Jadilah Wanita Dewasa
77 77. Mulai Pandai Melakukannya
78 78. Pria lain
79 79. Sayang
80 80. Kasih Sayang Keluarga
81 81. Radit Lebih Tampan
82 82. Berada Di Kantor
83 83. Berdandan Untukmu
84 84. Rasa apakah ini?
85 85. Merasa ada yang kurang
86 86. Tetap saja salah
87 87. Rasa cemburu masih menguasai
88 88. Tetap melayani dengan baik
89 89. Harusnya mengerti
90 90. Masih merasa ada yang salah
91 91. Dua-duanya keras kepala
92 92. Kepergok nenek
93 93. Alasan kembali ke rumah lama
94 94. Bertemu Aura Lagi
95 95. Kembali jadi yang dulu
96 96. Dia Yang manja
97 97. Merindukan Mona
98 98. Terlambat Bangun
99 99. Bolehkah panggil 'Kak'
100 Cemburu Lagi
101 101. Rencana Punya Anak
Episodes

Updated 101 Episodes

1
1. Kehidupan Baru
2
2. Harus Menikah
3
3. Masih Kekanak-kanakkan
4
4. Hadiah
5
5. Hadiah Motor
6
6. Kasus Baru
7
7. Penasaran
8
8. Apa Kau Siap?
9
9. Mulai Dari Baron
10
10. Dasar!!
11
11. Cantik
12
12. Melamar
13
13. Cincin
14
14. Info Give away!
15
15. Semua Mengajak Bicara
16
16. Sama Bodoh
17
17. Menikah Denganku?
18
18. Bertemu Jade
19
19. Butuh sebuah Solusi
20
20. Siap Dan Mau
21
21. Haus
22
22. Teman Lama
23
23. Cincin Ke 2
24
24. Dekati Keluarganya
25
25. Menabrak
26
26. Siapa Pelakunya
27
27. Pintar
28
28. Diskusi
29
29. Kemungkinan...
30
30. Datang Ke Butik
31
31. Gaun Pernikahan
32
32 Menyukainya
33
33. Adakah Harapan?
34
34. Mengambil Cincin
35
35. Tamparan
36
36. Aku Lapar
37
37. Pernikahan
38
38. Acara Telah Selesai
39
Tertidur Di Kamar Mandi
40
Keributan Pagi
41
Kebodohan Yang Hakiki
42
Bicara Dengan Nenek
43
Pertanyaan Konyol
44
Menghubungi Nenek
45
Setelah Itu
46
Malas Meladeni
47
47. Ayo Bulan Madu
48
48. Persekongkolan
49
49. Biarkan Mereka Belajar
50
50. Dia Tetap Menyebalkan
51
51. Mendekati Penuh Semangat
52
52. Sama-sama Memanfaatkan
53
53. Apa Itu Malam Pertama?
54
53. Jalan-jalan
55
55. Jangan Panggil Aku Kakak
56
56. Kasus Baron
57
57. Malam Yang Indah
58
58. Sakit Untuk Pertama Kali
59
59. Bukti Sudah Terkumpul
60
60. Dia Di Sini
61
61. Cepat Selesaikan Kasusnya
62
62. Sama-sama Tidak Waras
63
63. Memang Tidak Akur
64
64. Sebuah surat
65
65. Kau Selingkuh?
66
66. Masih Sering Adu Mulut
67
67
68
68
69
69. Kembali
70
Tentang Penulis
71
71. Baca Ini Dulu ya!
72
Tiada yang Berubah
73
73. Terus Belajar
74
74. Meneruskan Perusahaan
75
75. Ingin Memakanmu
76
76. Jadilah Wanita Dewasa
77
77. Mulai Pandai Melakukannya
78
78. Pria lain
79
79. Sayang
80
80. Kasih Sayang Keluarga
81
81. Radit Lebih Tampan
82
82. Berada Di Kantor
83
83. Berdandan Untukmu
84
84. Rasa apakah ini?
85
85. Merasa ada yang kurang
86
86. Tetap saja salah
87
87. Rasa cemburu masih menguasai
88
88. Tetap melayani dengan baik
89
89. Harusnya mengerti
90
90. Masih merasa ada yang salah
91
91. Dua-duanya keras kepala
92
92. Kepergok nenek
93
93. Alasan kembali ke rumah lama
94
94. Bertemu Aura Lagi
95
95. Kembali jadi yang dulu
96
96. Dia Yang manja
97
97. Merindukan Mona
98
98. Terlambat Bangun
99
99. Bolehkah panggil 'Kak'
100
Cemburu Lagi
101
101. Rencana Punya Anak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!