Teman Lama Ayah Surya

Jam ditangan Surya menunjukkan pukul 02.00 sore , dia mengendarai sepeda motornya dengan laju yang pelan. Seraya otaknya berputar memikirkan cara untuk membalas perbuatan Tika.

"Dasar nenek sihir, aku takkan membiarkan kamu merasa menang dan tunggu saja nanti pembalasan dari ku." gerutu Surya.

Dalam perjalanan, mendadak sepeda motor Surya macet.

"Kenapa mendadak macet? Perasaan dua hari yang lalu baru aku serviskan. Masya Allah, bensinnya habis. Aku lupa untuk mengisinya." kata Surya seraya mengamati jarum penunjuk sudah mengarah warna merah.

Dengan langkah berat dan lelah Surya berjalan menuntun motornya sampai ke tempat penjual bensin eceran.

"Mbak, beli bensin." pinta Surya seraya memarkir motornya.

" Berapa Mas?" sahut si penjual bensin.

"Dua botol saja." pinta Surya dengan menunjukan dua jarinya. Surya membuka tutup bensin dan penjual itu menuangkannya.

"Berapa Mbak?" tanya Surya seraya mengeluarkan uang senilai 20 ribuan.

"Enam belas ribu Mas." sahut penjual seraya menerima uang dari Surya. Penjual yang masih gadis itu memandangi wajah Surya seraya memberikan uang kembalian.

" Kenapa Mbak, ada yang salah dengan penampilanku ?" tanya Surya sembari mengamati diri sendiri dan menerima uang kembalian dua lembar dua ribuan.

"Masnya ganteng, baru pulang dari kuliah ya...?" tanyanya centil sambil senyum-senyum sendiri

"Iya Mbak." jawab Surya cepat .Lalu Surya mengendarai sepeda motornya dan melanjutkan perjalanan. Belum ada limabelas menit, Surya mengarahkan pandangannya ke seorang pria paruh baya yang sedang beradu mulut dengan sopir taksi. Orang tua paruh baya itu dari cara berpakaiannya terlihat bukan karyawan biasa. Karena sangking penasarannya mengapa sampai terlihat emosi begitu, Surya yang awalnya bimbang antara berhenti atau tidak akhirnya dia berbalik arah dan menghampiri pria paruh baya tersebut.

"Maaf Pak, ada apa ini ...?" tanya Surya dengan sopan sambil menundukkan kepalanya.

"Begini Mas, Bapak ini mengaku kaya dari tampangnya sih beneran kaya tapi, tidak mau membayar taksi . Alasannya uang yang ada di dompet dan handphonenya ketinggalan." kata si sopir taksi dengan geram sambil berkacak pinggang.

" Benar Pak, tadi saya buru-buru mau ada meeting dengan klien. Saya lupa dompet dan handphone saya ketinggalan di mobil yang kini mobil saya berada di bengkel." jelas pria paruh baya itu dengan menggebu - gebu.

" Bilang saja kalau Bapak tidak punya uang. Kalau tidak punya uang jangan naik taksi , naik angkot saja." kata sopir itu mulai marah dan mulai menyingsing lengan bajunya yang seolah- olah siap memberi pelajaran.

"Sudah berapa kali saya bilang. Antar saya sampai ke kantor dulu , nanti setelah sampai di sana saya bilang ke sekretaris saya untuk mengambil uang dan membayar taksi . Tapi, Pak sopir malah menurunkan saya disini." bela pria itu tak mau kalah juga seraya melonggarkan dasinya.

"Begini saja, biar saya yang membayar taksi ini. Nanti saya antar Bapak ke kantor dan Bapak bisa mengganti uang saya disana. Bagaimana?" Surya mencoba menawarkan solusinya. Tampaknya idenya bisa diterima oleh kedua belah pihak.

"Nah, begitu! Saya setuju." kata si sopir taksi sambil tersungging senyuman. Pria paruh baya menarik napas panjang dan melepaskan dengan kasar.

"Jangan, Mas!" tolak pria paruh baya itu.

"Tidak apa-apa Pak. Kan kata Bapak tadi mau ada acara meeting, nanti kalau Bapak telat karena urusan ini belum selesai bisa rugi kan. Bisa-bisa klien Bapak cepat pulang nanti ?" imbuh Surya meyakinkan.

"Benar kamu Mas, ya sudah saya pinjam uang kamu, nanti sesampainya di kantor saya ganti." ucap pria paruh baya itu dengan ekspresi senang dan merasa lega.

" Berapa Pak?" tanya Surya sambil mengambil dompet di saku celana sebelah kanan.

" 150 ribu rupiah Mas!" sahut pak sopir seraya menerima uang dua lembar seratus ribuan.

"Terimakasih Mas, entah tidak tahu bagaimana nasib saya jika Mas tidak membantu saya." ucap pria paruh baya itu dengan senangnya bukan main.

"Iya!" sahut Surya seraya menganggukkan kepala dan menerima uang kembalian setelah itu sopir pergi mengemudikan taksinya berbalik arah.

" Nama kamu siapa?" tanya pria paruh baya itu seraya menjabat tangan.

" Surya Pak," sahutnya memperkenalkan diri "Sedangkan nama Bapak siapa?" Surya balik bertanya.

"Saya pak Andik , Oh ya...kamu masih kuliah atau sudah bekerja?" tanya pak Andik.

" Masih kuliah Pak." jawabnya seraya memberikan helm kepada pak Andik. Pak Andik menerimanya dan segera mengenakannya. Surya mulai menghidupkan mesin motor lalu melaju dengan pelan mengarah lurus ke depan.

"Di mana kantor Bapak, apa masih jauh dari sini?" tanya Surya sedikit berteriak karena bersaing dengan suara kendaraan yang berlalu lalang.

"Tidak, sekitar dua puluh menit dari sini. Nanti ada rambu -rambu lalu lintas di ujung jalan itu lalu kamu belok kiri, ada bangunan bercat biru. Nah, di situ kantor saya." jelas pak Andik seraya menunjukkan jari telunjuknya ke arah barat.

"Anak muda zaman sekarang yang baik seperti Surya sudah sangat langka. Alangkah senang dan bangganya orang tua yang membesarkan dia." Batin pak Andik sambil melihat punggung Surya yang bidang.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah kantor yang cukup besar dan mewah. Bercat biru dan berlabel PT ANDIKA.

"Alhamdulillah, sudah sampai." ucap Surya saat tiba di tempat parkir karyawan lalu mematikan mesin motor.

" Kamu ikut saya masuk ke dalam dan tunggu saya sebentar sambil beristirahat di sana." pinta pak Andik seraya melepas helemnya dan memberikan kepada Surya.

"Baik, Pak!" sahut Surya sambil masih mengenakan jaketnya lantaran kemejanya dekil, lalu dia mengikuti pak Andik berjalan masuk menuju kantor.

Surya dengan penampilannya yang agak kusut merasa keki saat masuk ke ruangan pak Andik. Jantungnya berdetak kencang , dia merasa gugup seperti seorang calon yang melamar kerja yang sedang diwawancarai . Surya dipersilahkan duduk saat sudah berada di ruangan pak Andik.

"Kalau kamu gerah, lepas saja jaket kamu. Santai saja di sini." Pak Andik merapikan dasi dan jasnya sebelum ke luar ruangan.

"Surya, kamu tunggu sebentar di sini. Saya akan menemui klien sebentar untuk mengambil dokumen di ruang sebelah. Apa kamu keberatan untuk menunggu?" kata Pak Andik sambil berjalan cepat ke ambang pintu.

"Tidak Pak , sekalian saya istirahat dan melepas lelah sebentar di sini ." sahut Surya sambil melepas jaket birunya .

Pak Andik, hanya tersenyum lalu menutup pintu dan bergegas pergi.

Surya mengamati sekeliling ruangan. Tampak rapi dan beberapa buku tertata rapi juga di dalam lemari rak. Beberapa penghargaan dan foto terpajang di dinding. Sinar cahaya sore yang hangat memantul dari luar koridor. Pada meja kerja terdapat laptop , kalender dan foto pak Andik bersama seorang wanita yang tak lain adalah istrinya. Lama Surya mengamati satu per satu foto dan pandangannya tertuju pada sebuah foto dari warnanya sudah tampak lama yang ada di tembok dekat koridor. Surya mendekatinya.

"Ini, seperti wajah ayahku." Surya penasaran dan mengambil foto itu lalu di lihatnya dari dekat.

"Benar, ini adalah ayahku." batin Surya.

Tak lama kemudian, datang seorang wanita yang tidak lain adalah sekretaris pak Andik membawa dua cangkir kopi panas.

"Ini Mas , kopinya, mumpung masih panas cepat diminum nanti keburu dingan." kata wanita itu seraya menyodorkan cangkir di dekat Surya.

"Iya, Mbak. Terimakasih."ucap Surya lalu meletakkan kembali foto ke tempat semula.

"Mbak kenal dengan pria yang ada di foto ini?" Tanya Surya seraya menunjuk ke arah pria yang mirip dengan ayahnya.

"Maaf Mas, saya baru satu tahun bekerja di sini. Jadi, saya kurang tahu tentang semua rekan bisnis pak Andik yang lama." sahut wanita yang sudah beranak satu itu lalu pergi meninggalkan Surya. Tak lama kemudian pak Andik datang dengan beberapa berkas di tangannya.

"Surya, bisa tolong saya sebentar?" pinta pak Andik seraya membuka dokumen yang akan dia baca.

" Minta tolong apa, Pak?" tanya Surya yang mencoba menahan pertanyaan tentang foto tadi.

"Coba kamu pilah berkas ini, agar saya mudah menandatangani. Sekretaris saya tadi, saya suruh menggantikan rapat sebentar karena mendadak ada berkas yang harus saya selesaikan." ucapnya seraya menyerahkan satu map dokumen penting.

Surya mengangguk dan menyanggupi untuk membantu pak Andik. Selesai sudah. Sekretaris tadi masuk ke ruangan dan ke luar lagi membawa berkas yang sudah ditandatangani.

"Pak, saya mau bertanya?" Surya mulai memberanikan diri.

"Silakan!" Pak Andik duduk seraya menyeruput kopinya.

"Siapa orang di foto yang bersama dengan Bapak ini? Apakah dia pak Heru?" Tanya Surya seraya menunjuk foto tadi.

"Betul, bagaimana kamu bisa tahu. Kamu kenal dengan pak Heru?" tanya pak Andik heran.

"Dia ayah saya." ucapan Surya membuat pak Andik kaget.

"Syukurlah, ternyata kamu anak dari sahabat saya. Sudah lama saya mencarinya. Dan tidak pernah bertemu cukup lama sekali. Bagaimana kabar beliau sekarang?" jelas pak Andik dengan penuh harapan bisa berjumpa lagi.

"Ayah saya sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu." Surya menundukkan kepalanya.

"Meninggal, bagaimana ceritanya beliau bisa meninggal?" Tanya pak Andik sedih, Surya memandang pak Andik.

"Gagal ginjal, beliau tidak pernah cerita tentang penyakit yang dideritanya." jelas Surya mengingat masa lalu.

"Padahal dulu saya pernah berjanji kepada beliau dan saya belum sempat menepati janji saya." Pak Andik mulai menitikkan air mata.

"Janji apa Pak ?" Surya mendekati pak Andik seraya merangkulnya.

"Menikahkan anak kami. Itulah janji saya kepada beliau." Jelas pak Andik yang sudah mulai tenang.

"Menikah...!" sontak Surya kaget lalu berdiri.

Bersambung...

Akankah Surya menerima perjodohan ini? Atau malah sebaliknya...

Terpopuler

Comments

Mommy Gyo

Mommy Gyo

like

2021-08-17

0

Kam1la

Kam1la

ok kak, trims

2020-11-24

0

Bumi

Bumi

Ikut mampir kakak 🙌

2020-11-22

0

lihat semua
Episodes
1 Kekacauan di Kantin
2 SEBUAH RENCANA
3 Berjalan Lancar
4 Teman Lama Ayah Surya
5 Satu Syarat
6 Doa Surya
7 Putus
8 Keputusan Surya
9 Tak Sengaja Bertemu
10 Ijab Sah
11 Gara- Gara Sepatu
12 Kesepakatan
13 Rumah Baru
14 Kejutan
15 Mati Lampu
16 Bertemu Mantan
17 Cemburu
18 Hampir Ketahuan
19 Telur Ceplok vs Telur Dadar
20 Spesial Untukmu
21 Berkunjung
22 Maaf
23 Kambuh
24 Begadang
25 Gagal
26 Tika Kepo
27 Bohong
28 Marah
29 Sabar
30 Akhirnya Mengaku
31 Surya Sibuk
32 Tertidur
33 C.I.N.T.A
34 Rencana untuk Tika dan Surya
35 Hari Pertama
36 So Sweet
37 Pov. Tika
38 Tika Sakit
39 Puding Cinta
40 Bukan Perawan Lagi.
41 Badut
42 Surya Adalah Bos
43 Tika Berubah
44 Pengkhianat
45 Tedi Melamar
46 Penolakan
47 Kecelakaan
48 Amnesia
49 Tedi berkunjung
50 Tika bangkit
51 Bertemu Pria Bertopi
52 Wedding Dress
53 Pov. Surya
54 Mendadak Berubah
55 Wanita Congkak
56 Jodoh Tak kan ke Mana
57 Hampir Saja
58 Rudi Berhasil
59 Tika Curhat
60 The Diamond Wedding Gown
61 Terkesiap
62 Sekarat
63 Masuk Ruang Operasi
64 Akhirnya Sadar
65 Kangen Kamu
66 Pulang
67 Surya Jelek
68 Tika Bangkrut
69 Surya Cemburu?
70 Aku Jadi Dilema
71 Kamu Menuduhku
72 Pahlawanku
73 Donor Ginjal
74 Terpukul
75 Sadar
76 Ingat Kamu
77 Pelukan Hangat
78 Terasa Malam Pertama
79 Belanja
80 Resepsi
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Kekacauan di Kantin
2
SEBUAH RENCANA
3
Berjalan Lancar
4
Teman Lama Ayah Surya
5
Satu Syarat
6
Doa Surya
7
Putus
8
Keputusan Surya
9
Tak Sengaja Bertemu
10
Ijab Sah
11
Gara- Gara Sepatu
12
Kesepakatan
13
Rumah Baru
14
Kejutan
15
Mati Lampu
16
Bertemu Mantan
17
Cemburu
18
Hampir Ketahuan
19
Telur Ceplok vs Telur Dadar
20
Spesial Untukmu
21
Berkunjung
22
Maaf
23
Kambuh
24
Begadang
25
Gagal
26
Tika Kepo
27
Bohong
28
Marah
29
Sabar
30
Akhirnya Mengaku
31
Surya Sibuk
32
Tertidur
33
C.I.N.T.A
34
Rencana untuk Tika dan Surya
35
Hari Pertama
36
So Sweet
37
Pov. Tika
38
Tika Sakit
39
Puding Cinta
40
Bukan Perawan Lagi.
41
Badut
42
Surya Adalah Bos
43
Tika Berubah
44
Pengkhianat
45
Tedi Melamar
46
Penolakan
47
Kecelakaan
48
Amnesia
49
Tedi berkunjung
50
Tika bangkit
51
Bertemu Pria Bertopi
52
Wedding Dress
53
Pov. Surya
54
Mendadak Berubah
55
Wanita Congkak
56
Jodoh Tak kan ke Mana
57
Hampir Saja
58
Rudi Berhasil
59
Tika Curhat
60
The Diamond Wedding Gown
61
Terkesiap
62
Sekarat
63
Masuk Ruang Operasi
64
Akhirnya Sadar
65
Kangen Kamu
66
Pulang
67
Surya Jelek
68
Tika Bangkrut
69
Surya Cemburu?
70
Aku Jadi Dilema
71
Kamu Menuduhku
72
Pahlawanku
73
Donor Ginjal
74
Terpukul
75
Sadar
76
Ingat Kamu
77
Pelukan Hangat
78
Terasa Malam Pertama
79
Belanja
80
Resepsi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!