SEBUAH KEPUTUSAN

Dan setelah Shemmer selesai bercerita banyak, lalu aku pun kembali ke kota kapernaum, pikiranku penuh dengan percakapan dengan dia. Membuatku termenung di sepanjang jalan yang sudah gelap mendekati tengah malam. Jalan-jalan di kapernaum kini hanya mengandalkan obor yang ada dipersimpangan jalan. Dan hanya cahaya redup lentera yang keluar dari rumah-rumah penduduk.

Saat dalam perjalanan kembali ke rumah pak abda, karena aku sudah capek dan mulai mengantuk, maka kupercepat langkahku menuju rumah mereka. Namun ketika dekat dengan rumah pak abda dan bu Ribka, seketika aku terkejut ada dua prajurit menanyakan aku, ketika aku mendekat ekspresi wajah pak Abda dan bu Ribka terlihat tegang. Dan perasaanku mengatakan ada kejadian yang tidak baik bakal terjadi. Tiba-tiba terdengar suara keras dari penduduk dari rumah yang lain mengatakan " musafir... prajurit mencarimu! " kata mereka.

Dua prajurit tersebut tak lama menghampiriku, Yang satu berdiri didepanku yang satunya lagi berdiri di belakangku dan berjaga. Mereka tidak memakai baju prajurit, hanya jubah hijau tua dengan lambang gambar benteng dengan tulisan yang tidak kukenal

" Orang asing, raja Naham mengundang engkau untuk menemuinya, sekarang juga! " ujar mereka sambil memegang pangkal pedang mereka masing-masing.

Perkataan yang seharusnya diperkatakan dengan sopan, jika benar kalau raja mengundang. Namun dari nada bicaranya mereka penuh ancaman, seperti mau menangkap dan menginterogasi.

Aku tidak punya pilihan lain dalam situasi seperti ini. Mau lari juga tidak mungkin, karena dua prajurit itu menjagaku dengan rapat, menutup semua langkah gerakku. Dan hanya satu saja yang bisa kulakukan, menuruti kemauan prajurit untuk ikut ke istana, jika tidak, sewaktu-waktu sebilah pedang dilepaskan dan menempel pada leherku.

Tempat jalanan yang tadi agak ramai, kini berubah total menjadi sepi, dan sebagian penduduk kota, melihatku dari kejauhan.

Sesaat kemudian aku tiba di istana, kemudian melewati lorong-lorong dan melintasi sebuah taman yang indah, sampai akhirnya tiba di sebuah gedung yang berada diatas sebuah kolam yang luas.

Dua prajurit yang membawaku tadi mengetuk pintu yang berukir itu. Tak lama kemudian, seorang gadis bercadar membuka pintu berlahan dan mengintip keluar. Setelah ia mengenali kedua orang yang membawaku, iapun menutup pintu sebentar, setelah menunggu beberapa saat, pintu dibuka lagi oleh gadis bercadar tadi.

Kemudian aku masuk kedalam ruangan itu dan mendapati seorang pria sedang duduk sendirian. Sembari setengah berbaring di atas kursi yang bersandaran lebar dan panjang. Dia terlihat sedang menikmati pemandangan danau kecil. Hmm... orang itu pastilah raja Naham, raja dari kapernaum.

Dia agak gempal, umurnya kisaran setengah abad, dengan postur yang lebih pendek dariku, rambutnya berwarna hitam pucat, panjang rambut hampir sebahu. Jubah yang dipakainya juga termasuk sederhana untuk ukuran seorang raja. Hanya jubah berwarna kelabu dengan pinggiran di sulam dengan kain perak. Mahkota yang dikenakanya juga logam perak, yang melingkari kepalanya dengan ukiran sederhana.

" Ah tamu dari negeri jauh, silahkan duduk. " ujar raja Naham sambil berdiri dan mempersilahkan aku duduk

" Salam hormat tuanku raja Naham. " ujarku menyapa sambil setengah membungkuk dengan tangan kanan memegang dada kiri sambil memberi hormat.

" Ah tidak usah terlalu berlebihan seperti itu, aku hanyalah seseorang yang kebetulan mengatur pemerintahan di kota kecil ini. " ujarnya ramah.

Akupun duduk bersila di sebuah bantal tipis, meski raja Naham menyambutku dengan ramah, namun rasa curiga dan ketegangan belum mereda sambil berjaga-jaga aku teringat ada belati serba bisa kusimpan dibalik jubahku. Kemudian raja Naham turut duduk didepanku sambil menuangkan vashti, di sebuah gelas dan menyodorkan kepadaku, sembari mempersilahkan untuk mencicipi kue-kue dan buah-buahan yang berberapa belum pernah kulihat

" Bagaimana perjalananmu nyamankah? " seraya raja Naham sambil mengunyah buah mirip anggur.

" Begitulah raja, selama dalam perjalanan tidak ada halangan maupun rintangan menuju kemari. " ujarku dengan sopan sambil melirik makanan yang dihidangkan dan ingin memakanya

" Bagus bagus. Darimana kota kamu berasal dan berapa lama perjalananmu? " tanya raja Naham

" Mereka menyebutnya kota khorazim, sekitar 7 hari perjalanan. "

" Hmm jauh juga perjalananmu, bagus juga kau sampai kesini perjalananmu tanpa ada halangan. " kemudian ia terdiam sebentar lalu bertanya lagi.

" Maaf aku belum tahu namamu, aku harus memanggilmu siapa? " tanya lagi raja Naham.

Aku menarik napas dalam-dalam. Ini adalah pertanyaan yang tidak kusukai. Apalagi menjelaskan apa yang terjadi pada setiap orang yang bertanya nama dan asal usulku.

" Maaf yang mulia, sejujurnya saja, mengenai namaku dan asal usulku akupun sebenarnya tidak tahu, "

Ekspresi muka raja Naham langsung mengernyitkan dahinya, ditambah sorot bingung dan curiga.

" Begini yang mulia sebenarnya sebulan yang lalu, aku terbangun di lembah dekat khorazim. " aku terdiam sebentar melihat reaksinya. Kemudian aku melanjutkan ceritaku.

" Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku, siapa namaku sebenarnya, asal usulku dan masa laluku. Aku benar-benar kebingungan, merantau tidak jelas arah tujuanya selama beberapa hari, dan ditemani sebilah belati serba guna untuk bertahan hidup dan berburu mencari hewan untuk di makan atau tumbuh-tumbuhan. Kemudian tidak sengaja bertemu dengan seseorang memberiku petunjuk, katanya potongan pakaian yang kukenakan serta logat bicaraku memang terlihat asing untuk khorazim. Orang tersebut menunjuk pergilah ke arah Timur dan kau akan menemukan daerah atau kota, untuk itulah akhirnya aku memutuskan perjalanan menuju arah timur sekaligus mencari petunjuk, hingga sampailah di kota ini. "

Kami terdiam membisu sebentar setelah penjelasanku berakhir.

" Jadi orang-orang khorazim menyuruhmu kemari? bukankah ini besar kemungkinan engkau berasal dari sini? " ucapan raja Naham yang penuh semangat

" Mungkin saja yang mulia " jawabku dengan penuh keraguan

" Adakah hal-hal di kota ini yang membuatmu merasa seperti pulang kembali kerumah? " tanyanya lagi.

Aku terdiam beberapa saat, mencoba mengingat-ingat. Namun sangat sulit, tidak ada bagian dari kota ini yang membuatku berkesan, apalagi baru tengah hari aku sampai ke kota ini

" Hmm... mungkin kamu butuh waktu untuk berpikir dan terbiasa dengan kota ini, agar kau terbiasa. Masalahnya ada pada waktu itu yang aku tidak punya, " Ujar raja Naham.

Perkataan yang tajam di bagian akhir itulah semakin membuatku tegang. Ia sepertinya bukan orang penyabar dan suka memaksakan kehendaknya. Yang jelas ia meminta jawaban dariku.

" Bagaimana dengan keadaan di kota ini, indah dan nyaman tidak? " tanya Naham

" Tentu saja yang mulia kotamu sangat menarik, indah, nyaman untuk ditinggali, " jawabku sekenanya

" Bagaimana jika kau tinggal selamanya disini, di kotaku ini dan tidak usah melanjutkan perjalananmu, bukankah kemungkinan besar ini adalah kota tempatmu berasal? " sahut raja Naham

Aku terdiam seribu bahasa, namun perasaanku memberikan tanda awas akan pertanyaan ini. Dan aku harus berhati-hati dalam menjawabnya, tapi aku harus menjawab apa?

" Sebelumnya aku sangat berterima kasih yang mulia memberikan penawaran untuk tinggal dan menetap disini. Tapi yang mulia aku butuh waktu untuk memutuskannya. Lagipula kenapa....."

Seketika raja Naham memotong pembicaraanku " Musafir, aku bukanlah seorang penyabar, jadi waktu adalah hal yang tidak kupunya. Sobat jangan salah paham, aku adalah raja yang baik dan kesenanganku adalah membuat kenyamanan, buat apa kekayaan dan kemewahan kalau kita tidak merasa nyaman. Aku tidak berusaha mencari keuntungan darimu, tapi aku menawarkan kesempatan langka yang jarang-jarang kutawarkan pada musafir sepertimu! "

" Terima kasih yang mulia tapi sungguh aku butuh waktu untuk memikirkannya. "

" Waktu...waktu...waktu, kenapa kalian selalu meminta waktu? aku tidak bisa memberikan engkau waktu, jika kau perlu waktu aku sediakan tempat untuk kau berpikir dan camkan baik-baik aku tidak ingin kau tiba-tiba menghilang dari kota ini akibat ucapan orang gila diluar gerbang itu apalagi pikiranmu sampai dipengaruhi, " sontak dengan nada meninggi PENGAWAL!!!!

Tiba-tiba munculah kedua prajurit pengawal tersebut segera masuk ruangan dan langsung menggiringku keluar. Sekali lagi raja Naham memberikan tanda isyarat lambaian tangan. Segera kedua pengawal tersebut mengawal keluar dari ruangan dan masuk kembali ke lorong-lorong dan berkelok-kelok dan beberapa anak tangga, dan akhirnya tiba di penjara bawah tanah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!