Avalon Knight

Avalon Knight

KAPERNAUM

Dipersembahkan untuk semua ksatria, yang telah pergi....dan yang telah jatuh.

Ketika kubuka mataku. Aku melihat sekeliling sejauh ku memandang sambil bergumam dalam hati " dimanakah aku sekarang? apakah aku sudah mati? " hanya lembah yang terik kering dan berangin. kucubit pipiku " auch, " aku masih hidup. Tanpa berpikir panjang aku melanjutkan perjalanan, mencari tau adakah orang yang bisa kutemui, minimal lewat.

Dalam perjalanan tak lama kulihat ada kota kecil, hatiku senang sekali. Sambil melangkah lebih cepat, tiba-tiba aku melihat secara kasat mata, bayangan diriku di masa lalu. Antara sadar dan tidak sadar sambil berjalan melangkah ke kota kecil yang kutuju. Aku melihat diriku sendiri terbuang, sia-sia apapun yang kulakukan sepanjang hidupku tidak ada yang berguna. Lalu tersadarlah aku, sampai di gerbang pintu kota kecil. Sambil bergumam dalam hati " sekarang aku dimana? " dan akhirnya bertemu dengan seseorang. Lalu kubertanya " tuan kota apakah ini tuan? aku lapar dan haus dan lelah sekali, " Lalu orang tersebut menjawab " ini kota kapernaum, kelihatannya kamu bukan orang sini ya? pakaianmu sangat lusuh dan tidak seperti pakaian penduduk disini. Dari kerajaan manakah kamu berasal? " Akupun balik menjawab " aku tidak tau, " sambil mengingat ingat kembali asal usulku semakin sakit kepalaku. " nampaknya kamu sangat kelelahan sekali, mari kuantar ke rumahku tidak jauh dari sini, " sambil mengikuti langkah orang tersebut, aku melihat sekeliling kota, begitu indah, dikelilingi pepohonan gandarusa yang tumbuh di tepi anak sungai yang mengalir dekat kota tersebut. Jalanan yang ada semakin bagus dengan bebatuan yang tersusun rapi. pepohonan gandarusa yang rendah juga menjadi semakin rapat disisi jalan, memberikan suasana teduh di saat matahari semakin condong kebarat. Namun sesuatu yang ganjil sempat menghentikan langkahku sejenak untuk memperhatikanya.

" Eh, apa yang tergantung di pepohonan itu? sepertinya itu bentuk kecapi dan yang mengherankan lagi bukan hanya satu kecapi saja, namun banyak kecapi yang tergantung di pohon-pohon gandarusa itu, " gumam dalam hati. Akhirnya akupun terus melangkah, sambil terus melangkah mengikuti langkah orang yang kutemui. Sambil berjalan memikirkan. kecapi yang tergantung pada pohon tersebut.

Sambil mengobrol kecil dan mengikuti langkah orang yang mengantarku ke rumahnya. Suasana kota semakin ramai, ada begitu banyak penduduk yang saling berlalu lalang keluar masuk kota. Dan kebanyakan dari mereka adalah para petani dan gembala yang ingin pulang kembali ke kota, karena sore semakin menjelang.

Lalu aku melihat sesosok pria yang berbadan tegap, gagah, berpakaian jubah ksatria yang berat dari kejauhan. Mencuri perhatikanku. Berdiri agak jauh dari depan pintu gerbang kota kapernaum. Dia berdiri disebuah tempat yang agak tinggi, memangdang jauh kedepan dengan pandangan mata yang sendu. Dan penduduk yang berlalu lalang keluar masuk pintu gerbang kota seperti tidak memperhatikanya. Sepertinya sudah biasa melihat ksatria tersebut berdiri disitu sepanjang hari.

Kemungkinan besar dia adalah seorang pengawal penjaga kota biasa. Namun entah kenapa orang tersebut menarik perhatikanku, seakan-akan ada sesuatu didalam dirinya yang menarikku untuk mendekat. Bila dia adalah penjaga kota ini. Mengapa ia tidak berdiri didepan kota?

Kumencoba mendekat dan kulihat garis-garis wajahnya tegas, dan keras ditempa sang waktu. Menunjukkan bahwa dia telah melewati berbagai macam pertempuran. Matanya terlihat sayu kelelahan. Tetapi pandangan ya tetap bersinar tajam. Lekukan baju perang yang gagah melekat ditubuhnya, tertutup jubah kumal berwarna kelabu. Zirah besi yang indah terlihat sekilas di bawah jubah kumal yang sesekali tersibak tertiup angin.

Namun yang paling menarik perhatikanku adalah pedang besar tanpa sarung dipegangnya. Bahan logamnya yang jernih memantulkan cahaya dengan ukiran yang indah dari ujung pedang hingga gagangnya. Pedang itu terlihat agung, menggetarkan dan akan membuat musuhnya berpikir beberapa kali sebelum bertempur dengannya.

Dua anak kecil berlari-lari saling berkejaran di sekitarnya, seakan tidak memperdulikan sosok tegap dan tegas, beserta pedangnya yang berbahaya. Kedua anak itu tertawa bermain sambil mengelilinginya, sementara itu ia sendiri memandang ke bawah, ke arah mereka sambil tersenyum. Dan seakan-akan ingin ikut bermain bersama kedua anak tersebut.

Lalu, aku sambil mengikuti penduduk yang menawarkan tempat istirahat. Aku melihat ada sumur. Ah...air! teringat hal itu, sontak aku bilang pada penduduk yang mengantarku, " tuan, sebentar aku haus sekali. Aku ingin minum dulu, " Sambil berlari agak kencang, cepat-cepat kutimba air dari dalam sumur tersebut. Mengangkat air dan kusiram ke atas kepalaku yang berdebu, panas dan kotor

whoahh....segarr sekali, lalu kutimba air dari sumur tersebut dan sedikit kuminum, sambil membersihkan lengan dan kakiku. Setelah selesai aku kembali mengikuti penduduk tersebut dan sampailah dirumahnya.

Sambil mengobrol panjang lebar dengan pemilik rumah tersebut, oleh istrinya di hidangkan minuman hangat bernama vashti. Pemilik rumah menanyakan darimana aku berasal dan mau kemana, dengan tatapan yang ramah serta penuh persahabatan, aku menjawab " aku tidak tahu darimana asalku, " sambil penuh kebingungan dan tiap kali aku mengingat-ingat darimana tempat asalku, disaat bersama pula tiba-tiba aku melihat sekilas bayangan diriku sendiri di masa dan kuingat-ingat lagi makin keras semakin sakit kepalaku.

Lalu mereka memperkenalkan diri " nama saya Abda, " sahut pemilik rumah tersebut, dan istrinya bernama Ribka. Lalu mereka bercerita panjang lebar kehidupan keluarga mereka sampai penduduk kota, dan tibalah mereka berdua bertanya kembali " darimana engkau berasal? sekiranya ada sanak saudara yang mencarimu kami tidak kesulitan mencari informasi, kalau kau keberatan tidak apa, "

" Bukan begitu pak Abda dan bu Ribka, sungguh akupun tidak tahu siapa diriku, tiba-tiba terbangun sudah ada lembah yang luas, tanpa tahu siapa aku dan siapa namaku dan akupun selama berhari-hari mencari kota yang bisa kudatangi, sampai akhirnya bertemu dengan pak Abda dan bu Ribka. terima kasih banyak telah menerima dan menampung saya, pak Abda dan bu Ribka bisa panggil saya dengan sebutan apa saja, " sahutku.

Lalu bu Ribka bertanya kembali " oh begitu, berapa kau akan tinggal disini? "

" Aku tidak tahu, besok aku mau melanjutkan perjalanan kembali, ohya...terimalah 20 koin kheseph sebagai ganti telah menampung saya tinggal disini semalam, aku sangat berterima kasih, "

" Tidak anak muda, simpanlah koinmu buat perjalanan mu selanjutnya, " katanya mereka sambil tersenyum tulus padaku. Dengan bingung aku menerima kembali koin-koinku

" kami percaya padamu anak muda. Sorot matamu memang kebingungan, tapi kami melihat ketulusan hatimu. Jarang ada orang yang mempunyai sorot mata seperti ini, "

Dan aku menjadi serba salah menerima kebaikan mereka. Kemudian ku alihkan topik pembicaraan dengan memalingkan wajah ke arah luar jendela, menikmati senja hari menjelang malam, sebelum jendela untuk menahan udara dingin masuk.

Sekilas mataku menangkap bayangan ksatria dengan sosok tegap dan gagah yang berdiri didekat gerbang itu, dan ternyata sampai saat senja inipun dia masih terdiam membisu disana namun sorot matanya yang tajam, seperti mengawasi sesuatu. Padahal hari sudah gelap.

" Ibu...siapakah gerangan orang yang berdiri sepanjang hari didepan gerbang itu, apakah penjaga di kota inikah? "

" oh, dia...," katanya seolah-olah sudah mengenal sosok itu lama sekali"

" Aku tidak tahu dengan pasti, kapan dia datang menjaga kota ini, siapa namanya, tapi dia berlaku seperti itu sepanjang hari, seperti mengawasi sesuatu. Banyak penduduk di kapernaum ketika melewati dia. Bepikir dia ini orang gila, tapi menurutku tidak. Setidaknya dia bersikap tidak seperti orang gila. Dia sopan pada orang-orang yang menegornya. Suka bermain dengan anak-anak kecil, bahkan dia suka bercerita tentang kebaikan Rajanya, itu sebabnya anak-anak suka berkumpul mendengar ceritanya. Bagaimana mungkin orang gila melakukan semua itu? " ujarnya sambil melihatku.

" Hmm...mungkin yang membuat aneh adalah sikapnya yang berdiri siaga sepanjang hari, seperti menanti-nantikan sesuatu yang tidak dikethaui oleh orang lain, "

sambil berlalu ibu Ribka kemudian kembali kearah pintu. Dan sebelum menutup pintu ia bertanya lagi " ada lagi yang bisa kubantu? " aku menggelengkan kepala dan mengucapkan terima kasih padanya.

" Selamat beristirahat, " ujarnya sambil menutup pintu perlahan, dan akupun segera menutup jendela kamar itu dan kemudian mandi dengan air hangat. Ranjang di kamar itu terlihat empuk dan nyaman, membuatku tergoda untuk segera berbaring di sana.

Dengan perlahan aku berbaring dan meletakkan tubuhku yang letih ini. Mulai kupejamkan mata yang lelah ini sambil mengingat-ingat kembali perjalanan yang panjang dan berat telah kulalui. Akhirnya akupun tertidur lelap, tak lama kemudian aku bermimpi sekilas kehidupan masa laluku, melihat gambaran diriku dimasa lalu, antara setengah sadar aku bergumam " ini kehidupanku di tempat yang lain, dimasa yang lain, era yang lain. apakah sebelumnya aku ini sudah mati dan hidup kembali di kehidupan yang lain? " tak kemudian aku melihat sosok pribadi yang penuh dengan cahaya kemilau dan sangat menyilaukan mataku, menghampiri diriku, seperti sosok yang tidak asing dan aku mengenalnya namun aku lupa. Sinarnya menyilaukan mataku namun sangat lembut dan kedua tangannya menghampiri dan memegang pundakku, aku melihat wajahnya dengan jelas, Dia tersenyum, seperti seorang ayah yang merindukan anaknya pulang, saat Dia menghampiri dan memelukku aku melihat jelas Dia menangis begitu rindunya bertemu denganku, akupun bingung siapa Dia? tapi tanpa kusadari akupun menangis dan bertekuk lutut kakiku, dan kulihat kedua lengannya berlubang. Dan setelah itu tangan kanannya yang berlubang menunjuk sosok pria berbadan tegap sama seperti yang menjaga pintu gerbang. Sontak akupun terbangun dari tidurku dan tanpa kusadari akupun menangis disaat tidur.

Waktu menunjukkan jam 9 malam, akupun bangun dari tidurku, dengan rasa penasaran dan mengingat-ingat kembali mimpiku. Dalam mimpi aku melihat pribadi bercahaya dan lembut menghampiri ku dan tidak lama pria yang sedang menjaga di gerbang kota ini. Akhirnya kuputuskan untuk keluar jalan-jalan sebentar. Tetapi mungkinkah rasa penasaran dan kegelisahan ini ada hubungan dengan masa laluku dan kaitanya apa dengan sosok yang tegap.

Lalu akupun kembali ke rumah pak Abda dan bu Ribka, kuketuk pintunya dan ibu Ribka bukakan sambil berkata " selamat datang kembali anak muda, " dan kubalas kembali dengan sapaan " terima kasih bu Ribka, "

Lalu bu Ribka kembali menghidangkan makanan kecil dan minuman vashti yang terbuat dari susu, arak, jahe, rempah-rempah dan biji-bijian yang sangat harum aromanya. Aroma yang mengingatkan masa kanak-kanaku.

" Oh ya bu nama kota ini kapernaum artinya apa ya bu? " sahutku

Bu Ribka duduk dan menjelaskan " aku lahir dan besar di kota ini, tapi sejarahnya sendiri kurang jelas bagiku, dalam bahasa kuno, kapernaum artinya kenyamanan "

" Kenyamanan...?!! "

" Ya seperti itulah, dan kau tahu, bahkan arti nama kota ini menjadi semboyan bagi penduduk disini. Asal tetap nyaman, kau tidak perlu peduli dengan hal lain, apapun itu, "

" Aku suka semboyan itu. Membantuku mengurangi beban pikiran untuk mencampuri urusan orang lain, " jawab bu Ribka

Orang lain? Aku jadi teringat sesuatu

" Oh ya bu Ribka omong-omong apakah ibu tahu kota-kota yang lain disekitar kota ini, atau kota terdekat dari sini? " sambil minum segelas vashti yang panas itu.

Ibu Ribka segera mengernyitkan dahinya, menatapku khawatir sambil menoleh kiri dan kanan, jangan sampai suaminya mendengar hal ini juga penduduk yang lain mendengar pembicaraan ini, dengan cepat wajahnya mendekat kepadaku.

" Ssst... jangan pernah menanyakan hal itu disini. sangat dilarang! raja diam-diam menangkap dan menghukum semua penduduk ataupun pendatang yang mulai bertanya akan hal itu. Kalau kau ingin kepalamu tetap ada di tempatmu, jangan bertanya tentang keadaan kota lain ataupun wilayah diluar kapernaum ini! "

" Kenapa? " bisikku agak keras

Bu Ribka sambil setengah menunduk dan mendekat sambil berbisik dan setengah gusar " kau tahu arti dari kota ini adalah kenyamanan bukan? artinya baik raja disini maupun penduduknya tidak peduli dengan wilayah yang lain apalagi membahas kota diluar, ingin hidup aman nyaman dengan keadaan yang tidak berubah sepanjang waktu. Karena itulah penduduk disini nyaman dan tidak mau pindah keluar wilayah lain. "

Akupun menjadi semakin bingung dengan maksud ucapan bu Ribka, kenapa pertanyaan sederhana ini dilarang?

Dan tiba-tiba terlintaslah dibenakku dan bertanya kembali ke bu Ribka " ibu sewaktu aku berjalan bersama pak Abda, aku melihat banyak kecapi yang digantung pada tembok luar kota, apa artinya itu? "

Tambah gusarlah ibu Ribka sambil menatap tajam padaku " raja tidak menyukai musik, terutama musik bernada gembira atau berirama cepat. Kecapi yang di gantung itu untuk mengingatkan penduduk akan dilarang bermain disini. Kau boleh bernyanyi dirumah ini tapi tidak boleh di luar ataupun bermain musik ceria dan berhentilah bertanya kau membahayakan diriku dan keluargaku disini. "

Penjelasanya semakin membuatku tambah bingung peraturan raja yang tidak masuk akal di kota ini, dan sungguh aneh bagiku. Mereka suka kenyamanan dalam bentuk sikap yang murung, aku ingi bertanya kembali namun dari bahasa tubuhnya sepertinya tidak boleh bertanya.

Keluarga ini sangat baik, tidak patut rasanya membahayakan keluarga ini. "Dan lebih baik aku keluar lagi jalan-jalan sebentar mencari angin" ujarku sambil bergegas meninggalkan meja

"Ingat yang kukatakan" ujarnya serius

Akupun tersenyum kaku dan mengangguk dan kelihatannya aku mesti mencari informasi ini sendiri dan jawaban keanehan peraturan dari kota ini, sambil waspada jangan sampai terjadi sesuatu pada diriku.

Temaramnya lampu dijalanan yang hanya dilewati oleh beberapa orang saja. Entah aku harus kearah mana berjalan, namun sambil berjalan aku merogoh saku yang ada di jubahku. Dan kuambil tiba-tiba kulihat benda yang kubawa sebilah pisau serba guna, tidak lama kemudian aku teringat kembali kejadian di masa lalu, ini adalah belati serba guna yang dipakai dalam militer untuk bertahan hidup. Berangsur-angsur aku mulai mengingat masa laluku.

Tiba-tiba perasaanku tidak enak sepertinya penduduk setempat mendengar pertanyaan yang kuajukan pada keluarga dari bu Ribka. Aku melewati dua blok wilayah tatapan para penduduk mulai menaruh curiga padaku, entah perasaanku saja atau bukan. Sepertinya tidak bersahabat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!