Tapi aku tidak merasakan apa-apa, tubuhku tidak basah dan malah terasa hangat. Aku pun membuka mata dan ternyata Fikri sedang memelukku.
Author POV
Fikri merasa aneh, kenapa tidak ada suara teriakan dan langkah Veli yang mengejarnya lagi. Fikri menoleh ke belakang dan melihat Veli sedang di marahi kakak kelas yang lumayan cantik, Veli di bentak, di teriaki dan di perhatikan banyak orang.
Wah aku harus belain dia nih - benaknya.
Fikri pun berlari dari kejauhan saat kakak kelas itu tampak ingin menyiramkan minumannya pada sahabatnya itu. Fikri langsung mempercepat langkahnya dan memeluk Veli untuk melindunginya. Kakak kelas itu pun terkejut dan melotot karena ada yang menghalanginya. Veli membuka matanya dan Fikri ada di depannya sembari memeluknya.
Wajah dan baju Fikri basah saat ini, namun dia tidak peduli. "Jangan kak," ucap Fikri sambil memejamkan matanya.
"Ooh jadi lo punya pacar ya, masih bocah ingusan ge lo," sinis kakel itu sambil berkacak pinggang.
Fikri melepas pelukannya, "Bukan pacar kak, ini sahabat aku," jawab Fikri jujur.
"Halah, jangan bohong, ketauan banget mau ngelindungan cewek lo itu," sinisnya sambil melempar gelas plastik tadi.
"Yaudah terserah deh kak," sahut Fikri menyernyit. "kakak ini gimana sih udah gede gak mau ngalah sama yang kecil kayak kita, kakak itu jahat gak kayak kakak aku, baik! Yaudah yuk Vel kita pergi aja, huu!" sorak anak lelaki itu.
Sontak wajak kakak kelas itu pun memerah.
"Awas lo, berani beraninya nampakin muka lo di sini lagi, bakal gue abisin lo!! Cih, malah minum gue tumpah lagi," pekik cewek itu pelan namun penuh penekanan, dia pun berdecak sebal.
"Ayo girls," lanjut gadis itu pada teman se-geng nya.
"Ayo Ran, eh btw tuh bocah cakep juga ya, ceweknya juga cakep," sahut yang lain.
"Lo mau pacaran sama bocah ingusan!? Udah ayo!"
...'''...
Sepasang anak kecil duduk di kursi kantin, orang-orang menatapnya dengan berbagai tatapan. Risih, lucu, gemas, jijik, aneh, dan yang lain. Itu sudah biasa bagi mereka, perlakuan seperti itu bagai makanannya setiap hari. Walau kadang terasa memalukan.
"Maafin aku yaa, gara-gara aku kamu jadi kena siram begini," ucap Veli sembari mengelap-ngelap baju Fikri dengan tisu.
"Iya gak pa-pa," jawab Fikri yang juga mengelap tumpahan di bajunya dengan tisu.
Sesaat dia memberhentikan aktivitasnya dan menatap Veli yang sibuk membersihkan bajunya.
"Kan aku udah janji sama mama kamu kalau aku harus jagain kamu," anak lekaki itu menunjukan jari kelingking mungilnya. "kan aku juga cowok jadi harus kuat kayak superman," lanjutnya sembari berlaga seperti superman sungguhan.
"Ahahahaha," tawa Veli ketika melihat Fikri bertingkah seperti itu.
Fikri pun duduk lagi setelah barusan naik ke atas kursi.
"Emang kamu gak takut sama kakak tadi?" tanya Veli masih dengan senyumnya yang setia.
"Nggak lah, dia kan jahat, ngapain takut sama orang jahat. Masa cuma minumnya tumpah gak sengaja marah-marah sih kayak dede bayi, kan uang orang gede banyak, tinggal beli yang baru, kok susah," cerocos Fikri dengan tampang menantang, Veli hanya senyum.
"Waah berani banget," ucap seseorang dari samping, ibu ibu tua.
"Hah?"
"Bibi siapa?"
"Kenalin nama bibi Bik Inah, yang jualan warung mie ayam, tuh di situ," ucapnya pelan.
"Ooh, aku Fikri," ucap Fikri antusias.
"Aku Veli," ucap Veli tak kalah antusias.
"Ooh, kalian kok gemesin banget siih," ujar ibu itu sambil mencubit pipi keduanya. "kok berduaan aja siih? Pacaran yaa cie ciee," ledek Bik inah, keduanya panik dan menggeleng.
"Ng-nggak kok Bik," jawab Veli dan Fikri.
"Kita sahabatan doang," elak Fikri.
"Iya, Bik kita sahabatan dari kita bayi soalnya mama kita juga sahabat deket, nih tanda sahabatan kita," jelas Veli dan menunjukan gelang merah yang melingkar di tangannya.
"Ooh gitu, tapi baru sehari kalian dateng ke sekolah ini, kalian udah banyak di omongin banyak orang loh," tutur Bik Inah.
"Sudah biasa-lah Bik kita mah," ujar Fikri santai, Veli mengangguk setuju.
"Ngomong-ngomong, itu kok baju Fikri basah?" tanya Bik Inah bingung.
"Gara-gara aku dia kena siram sama kakak-kakak galak," jawab Veli.
"Ooh, non Rani ya?" ucapnya, ekspresinya berubah menjadi kaget.
"Gak tau deh, tapi aku harus lindungin Veli kan aku cowok, aku lawan aja deh si kak siapa tuh, Rani ya?" tutur Fikri songong.
Bik Inah terkikik pelan. "Ya udah, ayo ke warung ibu, di sana ada hairdryer anak ibu, biar itu cepet kering," ucap Bik Inah dengan baiknya.
"Hairdryer apa sih Vel? Yang kayak punya kak Fitri ya?" bisik Fikri ke Veli, Veli hanya mengangguk.
"Ayo," ajak Bik Inah.
Mereka pun ke warung mie ayam Bik Inah dan mengeringkan bajunya. Veli hanya memperhatikan Bik Inah saja dan Fikri hanya duduk menuggu dengan hanya memakai atasan kaos dalam.
"Fik kok kamu berani toh, ngelawan non Rani, siswa di SMP ini aja pada takut gitu sama dia, kok kamu berani sih?" tanya Bik Inah sembari mengeringkan bajunya.
"Ya kan orang jahat harus di lawan, kan aku superman," singkat Fikri polos.
"Ooh, ahaha," Bik Inah terkekeh dan tertawa.
"Dia selalu pengen jadi superman Bik," celetuk Veli.
"Ahahhaha," Bik Inah tertawa karena melihat kedua anak polos ini di hadapannya, sepasang sahabat kecil yang menggemaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
eza
aky smp gak ada gitu"
emang anak sekarang pada sok Gitu ya
heran ihh
2021-04-22
0
Febi Miftah Rianti
Gemes nya
2021-03-16
1
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-12
1