Saat ingin ke sana Fikri pun menggandeng tangan Veli dengan erat dan pergi meninggalkan kelasnya itu, tiba-tiba di sampingnya terdapat Mia yang terlihat melirik sinis saat melihat tangan Fikri dan Veli bergandengan tiba-tiba Mia berlari menengahi Veli dan Fikri.
"Fikrii," panggil Mia saat di sampingnya, lalu melirik Veli yang menatapnya bingung.
"Velii," lanjutnya.
...'''...
Veli yang merasakan dorongan dari arah belakang pun melonjak kaget, dia langsung menoleh kesamping dan ternyata ada Mia di sampingnya. Dia mengangguk sendiri dan larut dalam pikirannya.
Ooh jadi tadi Mia yang dorong.
Saat sampai depan tangga untuk menuju ke bawah Veli tersingkir ke belakang di karenakan ukuran lebar tangga hanya bisa muat untuk dua orang. Lalu akhirnya sekarang di depannya ada Fikri dan Mia. Veli berdecak sebal, ada apa dengan sahabatnya? Mengapa Mia orang yang baru mereka kenal bisa memisahkan mereka. Meskipun ini hal sepele tapi tidak adil baginya.
"Mia! Kamu kenapa sih!?" kesal Veli.
"Apa?" tanya Mia yang pura-pura tak terjadi apa apa.
"Ee-em itu." Veli kebingungan sendiri ada apa dengan dirinya, hanya kesal saja.
"Apa?" tanya Mia lagi.
"Nggak pa-pa kok, ehehe," ucap Veli dengan canggung.
"Kalian kenapa sih?" tanya Fikri yang sedari tadi tidak menyadari.
"Gak pa-pa udah," ucap Mia membalas.
Mendengar itu Veli merasa seperti ada yang di ambil darinya, dan itu membuat dia kesal. Saat sampai di lantai bawah, Veli berlari dan menyamakan langkahnya di samping Fikri. Mia yang melihatnya harus berbuat apa? Dia hanya diam saja tapi sedikit kesal, aneh.
...'''...
Di lapangan sebesar ini sudah di beri tenda dan di sisinya di kasih karpet untuk penonton duduk. Semua osis mempersiapkan adik kelasnya, menuntun mereka untuk duduk berbaris dengan rapi dan sesuai kelas. Fikri duduk bersama Veli, namun Mia tak ingin kalah untuk dekat dengan Fikri. Jadi dia pun menerobos yang lainnya supaya duduk di samping Fikri juga.
Pertunjukan ekskul pun mulai ditampilkan, di hari senin ini sekolah menampilkan ekskul pramuka dan paskibra. Semua bersorak tidak sabar saat kakak kakak berbaju coklat mulai berbaris. Tampilan pertama di tunjukan oleh ekskul pramuka yang membuat mata siapapun berbinar melihat kekompakannya. Semua bersorak senang dan kagum oleh kakak kelas mereka. Semua menyambutnya dengan tepuk tangan yang sangat meriah.
"Waaah Fikri keren banget yaa, kok bisa gitu yaa," celoteh Mia.
"Hehehe iya," jawab Fikri tersenyum tulus.
Veli yang melihatnya tak sanggup menahan kesal karena sahabatnya tampak tidak memperdulikannya, dia hanya mendengus kesal dan tak bisa menikmati pertunjukan di depannya ini. Posisi Fikri sekarang lama keamaan seolah membelakangi Veli, Fikri menyerong kekanan dan fokus ke Mia. Veli melihatnya mendengus sebal dan menyerong membelakangi Fikri juga.
Anak berkacamata bernama Emma itu menatao Veli bingung. "Eh kamu kenapa mukanya kesel gitu?" tanya anak itu.
Veli menoleh. "Ha? Enggak kok, gak pa-pa."
Emma mengangguk paham. "Oh iya nama kamu siapa?"
Veli tersenyum. "Nama aku Veli, salam kenal," katanya seraya memberikan tangannya.
Emma membalas jabatan tangannya. "Nama aku Emma,"
Veli mengangguk-ngangguk. "Ooh,"
"Seru ya ikut sekolah disini," ujar Emma seraya menatap kakak kelas yang sedang pertunjukan itu.
"Iya seru ya, hahaha," sahut Veli senang.
Mereka mulai mengobrol dan mengomentari pertunjukan itu dengan akrab.
Sorakan demi sorakan terdengar saat di puncak acara. Membuat semua oang mengukir senyumnnya termasuk Veli dan Fikri.
Setelah acara selesai para murid baru SMP di persilahkan masuk kelas dan berkenalan dengan baik pada yang lain, dan juga di persilahkan kekantin dan keliling sekolah supaya hafal dengan letak tempat tempat di sini.
...'''...
Veli POV
Aku berdecak sebal ke arah kantin, ingin aku hentikan panggilan mengganggu dari Fikri karena dia tahu aku marah. Siapa suruh lupakan aku, seolah-olah di depannya tak ada aku sama sekali. Aku tidak di pedulikan, siapa yang tidak kesal saat sahabatnya begitu.
"Veli!! Velii! Tunggu dong, aku kan cuma ngobrol sama Mia," jelasnya sambil mengejarku.
"Tapi kamu nyuekin aku tahu gak? Aku aja ngambek kalau kamu nyuekin aku gara gara kucing aku, apalagi sama orang yang baru aja kita kenal," cerocosku kesal dan duduk di kursi kantin yang kosong.
Dia pun duduk di sampingku, aku berusaha tidak menoleh ke arahnya, dan dia mulai membujukku.
"Kita kan sahabat dari kecil, masa kamu mau marah sama aku gara-gara Mia doang sih?" tanyanya dengan nada memelas.
"Kamu baru juga sehari ketemu temen baru, udah nyuekin aku aja, aku 'kan sahabat kamu," jawabku.
"Ya kan bukan kamu doang sahabat aku, masa aku harus sama kamu terus sih mentang-mentang kita sahabatan, gitu...," jawabnya.
Aku terdiam, mencerna kata-katanya, memang benar kata dia. Aku berbalik dan menatap wajah lugu nan tampan itu.
"Hmm, maafin aku yaa," ucapku merasa bersalah pada akhirnya.
Dia tiba-tiba memeluku seperti layaknya kucing kesayangannya. "Udah gak pa-pa kok, wajar aja," ucapnya.
Semua orang di kantin tampak melihat kita, aku tidak memperdulikannya, aku sudah biasa dengan tatapan itu, padahal kita hanya sebatas sahabat.
Dia melepaskan pelukannya. "Wajar kamu kan anak manja, mama-mama minta permen waaa.!" ledeknya dengan menirukan suaraku.
Dia lari. Aku pun menggeram dan mengejarnya. Walau sebenarnya aku kurang bisa lari cepat, tapi aku harus menangkapnya karena dia sangat menyebalkan.
Kantin, lapangan, dan sampai aku berlari-lari di koridor lalu menabrak seseorang yang lebih tinggi dari ku dan tampak seksi. Aku menatap ke atas dan kakak kelas menatapku penuh perhitungan.
"Heh! Kalo jalan tuh liat-liat, segala lari-larian di koridor udah kayak bocah, lo itu udah gede!" bentaknya ke arahku, nyaliku langsung ciut di depannya. Aku merasa malu karena di perhatikan orang-orang. Tampaknya semua menatap takut dan tidak sedikit pun akan menolongku.
"M-maaf kak aku g-gak sengaja, aku lagi ngejar..," ucapku gemetaran.
"Berani ngejawab ya lo! Baru juga jadi bocah ingusan! Liat nih minuman gue juga tumpah, LIAT!" bentaknya tepat di depan wajahku, aku pun langsung ciut.
Dia menatapku tajam seperti ingin memakanku. Aku tidak tahu harus berbuat apa, karena yang ku tahu pasti Fikri sudah lari terlalu jauh dari sini.
Aku melihat gerak geriknya sepertinya dia hendak menyiramku dengan es kopi di tangannya karena ia membuka tutup gelas dengan kasar. Pupil mataku melebar saat tatapan tajam itu menusukku. Ternyata benar dia hendak menyiramku, aku pun langsung menutup wajah ku.
Syuuur
Tapi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Shellia
kyk nostalgia SMP malahan
2021-04-21
0
D.R.S
fikri menghalangi...
2021-04-18
0
Ninik Dwi
uo
2020-11-22
1