Kiran mengerjapkan matanya, dia merasakan ada sentuhan lembut di kedua pipi nya.
Apakah aku bermimpi? Aku sepertinya melihat bayangan pria brengsek itu.
"Kau sudah bangun gadis bodoh?"
"Ah kau!" Kiran melonjak kaget. "Kenapa kau ada di sini?"
Elang tersenyum sinis, "Kenapa aku ada disini? Hei nona, apakah kau menjadi bodoh karena minum shampoo kemarin?"
Kiran menunduk malu, kedua pipi nya merona merah. Elang tersenyum puas melihat nya.
"Bukankah itu hal wajar yang harus ku tanyakan padamu?" Kiran berusaha mengontrol emosi nya.
"Hmm sepertinya kau benar-benar menjadi bodoh setelah gagal bunuh diri. Ini rumah sakit dan aku seorang dokter, bukankah hal yang wajar kalau aku ada disini?"
Uh, kenapa sih dia harus mengungkit soal itu lagi. Sepertinya dia ingin membalas dendam kepadaku, habislah aku kali ini.
"Oh baiklah, sepertinya kau salah paham padaku. Aku baru saja memeriksa kondisimu, semuanya sudah stabil, kau hanya perlu banyak istirahat dan makanan yang bergizi tinggi, lusa kau sudah boleh pulang"
Dia tau kalau aku berpikir tentangnya, apakah dia bisa membaca pikiranku?
"Tak perlu risau nona, aku tak tertarik pada mu, semua ini kulakukan hanya sebatas hubungan dokter dan pasien. Jadi jangan berpikir macam-macam dengan otak bodohmu itu"
A-apa? dia mengira kalau aku menyukai nya? Narsis sekali dia. Aku bahkan tak berharap untuk bertemu dengannya lagi.
"Baiklah kau silahkan beristirahat, aku harus melanjutkan tugas"
"Terimakasih Dokter"
"Oh ya, aku punya sedikit saran untuk mu. Lain kali jangan meminum shampoo, kau bisa mencoba sianida, aku akan memberikan nya pada mu secara gratis" Elang berlalu sambil tersenyum puas.
"Brengsek!" Karin mendengus kesal.
Elang keluar dari ruangan dengan raut wajah yang bahagia, sehingga menimbulkan tanda tanya besar bagi setiap orang yang mengenal kepribadian nya.
*****
Dirumah Kiran, ayah dan ibunya bertengkar sengit. Ayahnya murka karena Kiran menolak untuk menikah dengan pria yang dipilihnya.
"Dasar anak tak tau diri, aku akan membunuhnya kalau dia berani kembali ke rumah ini lagi!"
"Apakah kau sudah gila? Dia putri kita!"
"Aku tak punya putri seperti dia! Apa kau lupa, dia adalah putri mu dengan Prasetyo!"
"Tutup mulutmu! Kau sudah berjanji padaku akan memperlakukan Kiran seperti putrimu sendiri!"
"Kiran?! Sekarang kau berani menyebutnya Kiran?! Apa kau lupa dengan perkataan ku, panggil dia Putih!"
"Tidak! Cukup sudah kau menyakiti putri ku, Putih sudah mati, dan kau yang menyebabkan Putih meninggal, sekarang aku takkan membiarkan kau menyakiti putriku yang lainnya!"
"Kau berani menentang ku?! Dasar wanita sialan, kau sama seperti putrimu tak tau terimakasih!"
"Kau sudah keterlaluan Hardi! Kau tega menjual Kiran pada pria tua itu hanya untuk melunasi hutang-hutangmu! Kau juga telah menghabiskan warisan Kiran yang ditinggal kan oleh ayahnya. Kau benar-benar iblis!"
"Diaamm! Atau aku akan membunuhmu!"
Braakkkk
Hardi membanting pintu sekuatnya, lalu pergi meninggalkan rumah dengan emosi yang meluap. Dia pergi kesebuah bar, menghabiskan waktu dengan mabuk dan berjudi. Sementara itu ibu Kiran menangis meratapi nasib putrinya.
*****
Dirumah sakit, Kiran termenung seorang diri. Dia memandang sekeliling nya yang terlihat begitu mewah.
Ruangan ini sepertinya bukan ruangan biasa. Tv, kulkas, AC, Sofa, lemari, juga kamar mandi yang mewah, ini sepertinya ruangan khusus. Bagaimana aku bisa ada di ruangan ini? Apakah ada kesalahan? Berapa banyak biaya yang harus kami bayar nantinya? Aku harus bertanya pada suster. Kenapa aku baru menyadari nya?
Kiran menekan bel untuk memanggil perawat. Tak lama seorang perawat pun datang ke ruangannya.
"Kiran, apakah ada sesuatu yang sakit?" Perawat itu bertanya lembut.
"Ah gak ada suster, saya cuma mau bertanya sesuatu sama suster"
"Oh baiklah, silahkan bertanya sesukamu"
"Terimakasih suster, sebelumnya saya mohon maaf, saya harap suster jangan marah dengan pertanyaan saya"
"Aduh Kiran, saya jadi penasaran loh. Ayo cepat katakan" Perawat itu tersenyum ramah.
"Saya kenapa ada diruangan ini suster? Bukankah biayanya sangat mahal jika saya diruangan ini? Saya takut gak bisa bayar suster" ujar Kiran sambil menundukkan wajahnya.
Suster itu berjalan mendekati Kiran, dia duduk dipinggir ranjang dan menggenggam tangan Kiran.
"Kamu gak usah khawatir, biaya rumah sakit nya sudah dibayar lunas oleh seseorang. Kamu hanya perlu beristirahat dengan baik dan jangan berbuat macam-macam lagi"
Kiran tersentak. "Siapa yang membayar nya suster? Bolehkah saya bertemu dengannya?"
"Saya juga tidak tau, namun yang pasti beliau ingin kamu baik-baik saja"
"Berapa biayanya suster?"
"Dua puluh juta rupiah"
"Apa?! Dua puluh juta suster?! Mahal sekali"
"Tentu saja itu sesuai dengan fasilitas nya, kualitas makanan, juga obat yang terbaik"
"Ah, sayang sekali" gumam Kiran pelan.
"Sayang? Kenapa sayang? Tentu saja kesehatanmu lebih harus disayangkan. Kau masih begitu muda dan cantik. Apa yang kau khawatir kan lagi selain kesehatan mu?"
"Ah bisakah saya pindah keruangan yang biasa saja suster, dan sisa uangnya berikan saja kepada saya" Kiran berkata jujur.
"Hahahaha, kau polos sekali Kiran. Baiklah saya akan membantumu bicara kepada orang yang dermawan itu"
Wajah Kiran merona merah karena malu, dan itu membuatnya terlihat semakin cantik. Suster Lani terus memandangi wajah yang ranum itu, membuat Kiran tertunduk.
"Emm anu suster, kalau boleh biar saya saja yang bicara pada orang yang baik itu, saya takut akan merepotkan suster"
Hmm gadis kecil kau menganggap orang itu baik, bagaimana nanti setelah kau tau siapa orang itu, apakah kau masih merasa dia baik?
"Beliau orang sibuk Kiran, sangat sulit untuk dihubungi. Biar saya saja yang bicara dengannya, Kiran yang cantik ini cukup bersikap baik dan tidak membuat onar lagi"
"Ah, suster maafkan saya" Kiran merasa bersalah.
"Tidak apa-apa gadis cantik. Sekarang istirahat lah, jangan berpikir yang tidak-tidak. Kau harus segera pulih, kalau tidak dokter tampan itu akan benar-benar membunuhmu"
"Ah suster, apakah itu benar? Kenapa dia begitu menyeramkan?"
"Yaa begitulah" Suster Lani menggoda Kiran, dia ingin tau ekspresi apa yang ditunjukkan Kiran.
Dia orang yang kejam, bagaimana bisa menjadi seorang dokter. Sungguh menyeramkan kalau aku sampai mati ditangan nya.
Suster Lani tersenyum melihat wajah Kiran yang cemas. Sekarang dia tau apa yang membuat Dokter Elang tersenyum saat keluar dari ruangan tadi. Gadis ini begitu polos, ekspresi wajahnya terlihat begitu imut.
"Kiran, saya hanya bercanda. Dia itu dokter yang sangat hebat juga idola di rumah sakit ini, mungkin juga dikota ini"
"Suster kenapa anda menggoda ku? Aku sudah ketakutan"
"Hahahahahahha, baik lah sekarang saatnya istirahat, jaga kesehatan mu ya"
"Baik suster, terimakasih"
Kiran mencoba memejamkan matanya, tapi dia selalu saja teringat kata-kata dokter tampan itu, ditambah lagi dengan ucapan suster Lani.
Dia bilang kalau aku mau bunuh diri lagi aku bisa mencoba sianida, suster Lani juga bilang kalau kondisi ku tak membaik dia akan membunuhku. Kenapa dia begitu menyeramkan. Aku harus lebih waspada terhadap nya. Dia sangat berbahaya. Tapi kenapa dia menolongku kemarin. Apakah itu hanya pura-pura saja? Ah, kepalaku pusing, dia benar-benar menghantuiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Maria Jabat
mampir juga ya othor
2020-12-31
1
Najwatirta
bagus
2020-12-04
0
...
lnjut kak
2020-11-15
0