Ch. 3

Selama diperjalanan Elang selalu mencuri pandang dengan ekor matanya. Dia masih khawatir gadis itu akan mencoba bunuh diri dengan melompat dari mobilnya. Tapi, kenapa gadis ini diam saja, apakah dia mati karena kebanyakan menangis? Gawat kalau sampai dia mati didalam mobilku, aku bakal sial.

Dengan memberanikan diri Elang mencoba menyentuh pipi gadis itu, di usapnya perlahan. Astaga pipi nya dingin sekali, apakah dia benar-benar sudah mati?

"Hei kau bangunlah! Jangan menakutiku! Kau tak boleh mati tanpa ijinku, apalagi dimobilku!"

Masih diam, aneh sekali. Aku harus memastikan nya. Elang menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia memeriksa denyut nadi gadis itu.

Denyut nadinya lemah, tapi dia masih bernafas. Syukurlah dia masih hidup. Tapi tubuhnya dingin sekali, apakah terjadi sesuatu padanya. Ah aku harus mematikan AC nya, oh ya aku juga akan menyelimuti nya dengan jaket ku.

Gadis itu melenguh pelan, tubuhnya benar-benar lemah. Dia menarik tangan Elang yang sedang menyelimuti nya. Lalu menggumam, "Ibu kenapa ibu begitu kejam kepadaku"

*Wanita ini, apa sebenarnya yang terjadi padamu. Kenapa kau sampai menderita begini?

Ah Elang sadarlah, itu bukan urusanmu. Sejak kapan kau begitu peduli pada masalah yang tak berkaitan denganmu.

Aku harus segera membawanya ke rumah sakit, tubuhnya dehidrasi, bisa gawat kalau aku sampai terlambat*.

Elang memacu kendaraan nya dengan kecepatan tinggi. Berharap tak terlambat untuk menyelamatkan gadis itu. Begitu tiba di rumah sakit, ia langsung menggendong tubuh gadis itu dan membawanya masuk ke rumah sakit. Dan hal itu tentu saja mengejutkan para staf dan dokter di sana.

"Apakah benar pria yang menggendong wanita itu adalah Dokter Elang? Dokter tampan yang sangat dingin dan angkuh?"

"Hei kau lihat, dokter kesayangan mu sedang menggendong wanita lain?"

"Apakah mataku sudah rusak, sehingga aku melihat sesuatu yang tak mungkin kulihat?"

Berbagai bisikan terdengar samar ditelinga nya, membuat emosinya meledak.

"Apakah kalian masih ingin bekerja di rumah sakit ini?! Segera beri pertolongan kepada wanita ini, dia dehidrasi!"

"Ah baik dokter, maafkan kami"

Dengan sigap para perawat pun langsung membawa gadis itu menuju ruang perawatan. Mereka memeriksa kondisi pasien dengan teliti, jangan sampai ada kesalahan. Apalagi pasien ini adalah orang dekat Dokter Elang, bisa gawat kalau sampai terjadi sesuatu padanya.

"Apakah wanita ini teman dokter Elang? Kenapa dokter secuek itu bisa begitu khawatir dengan pasien ini?"

"Hush sebaiknya kau berhenti bicara, atau dokter Elang akan memindahkan mu bertugas di ruang jenazah"

Elang masih sibuk menuliskan resep untuk gadis itu, dia tak menghiraukan ocehan para perawat yang bergosip tentangnya.

Ah ibu wanita itu, ada dimana dia? Kenapa aku tak melihatnya, apakah dia sudah tidak khawatir lagi?

"Suster Lani, apakah kau melihat ibu pasien itu? Dimana dia?"

"Oh ibu Ana, beliau ada di mushalla dokter"

"Terimakasih"

Apakah dokter Elang mengucapkan terimakasih padaku? Apa aku salah dengar? Ini pertama kalinya dia bersikap ramah.

Setengah berlari Elang menuju mushalla, berharap dia bisa segera bertemu dengan ibu wanita itu.

Ternyata ibu itu masih disini. Tunggu, seperti nya dia menangis. Ya, dia sedang berdoa dan menangisi anaknya.

Perlahan-lahan Elang mendekati ibu Ana. Dengan lembut dia menyentuh pundak wanita paruh baya itu.

"Ibu, anak ibu baik-baik saja. Ibu tidak usah khawatir"

"Alhamdulillah, terimakasih Dokter... terimakasih, ibu tidak tau harus berbuat apa untuk membalas nya"

Elang meraih wanita itu dan memeluknya. Ada kedamaian yang tak pernah ia rasakan sejak lama. Inikah rasanya memeluk seorang ibu? Inikah rasanya mencintai seorang ibu?

"Ibu, sekarang ibu jenguk dia ya, biar saya antar ke ruangan nya"

Wanita itu hanya mengangguk. Elang memapah wanita itu menuju ruangan tempat anaknya di rawat.

"Ibu anak ibu sedang dirawat didalam. Ibu masuk sendiri ya, saya mau pulang dulu"

"Baik dokter, sekali lagi terimakasih"

Elang berlalu meninggalkan koridor rumah sakit. Ada perasaan hangat di hatinya saat ia bertemu dengan ibu dari gadis itu.

Aku begitu nyaman saat bertemu ibunya, tapi aku begitu marah hanya dengan mengingat gadis itu. Kau tunggu saja besok saat kau terbangun, aku akan buat perhitungan dengan mu.

*****

Malam telah larut, suasana begitu hening. Semua penghuni rumah sudah tidur. Tapi Elang masih belum bisa memicingkan mata. Dia begitu gelisah. Balik kiri balik kanan, jalan sana jalan sini, duduk berdiri lagi. Entah apa yang menggangu pikirannya.

*Apa yang terjadi padaku, kenapa aku seperti ini? Aku bahkan membujuk orang lain agar tidak bunuh diri, aku menggendong nya, padahal aku begitu tidak suka jika tubuhku disentuh orang lain. Ah, aku bisa gila karena hal ini. Sebaiknya aku bercerita kepada orang lain, mungkin aku bisa sedikit tenang.

Tapi siapa orang yang akan aku ajak cerita. Ah aku tau, aku harus menelepon Tomi, ya Tomi pasti bisa memberi solusi*.

Elang mengambil handphonenya, dengan semangat dia mencari nomor kontak Tomi, lalu menekan tombol panggilan tanpa ragu.

Tut...Tut...Tut..

Kenapa gak diangkat sih, bikin emosi nih anak. Aku telepon terus aja sampai dia menjawab panggilan ku.

Tut... Tut... Tut...

"Halo... Elang, apa terjadi sesuatu padamu? Kau butuh bantuanku segera?"

"Ah Tomi kenapa kau baru menjawab telepon ku? Beraninya kau mengabaikan ku?!"

"Maaf, aku tertidur dan baru mendengar teleponku berdering. Apa ada sesuatu yang serius terjadi padamu? Kau butuh aku untuk mengobati mu?"

"Hmmm tidak tidak, aku membutuhkan mu tapi kau tak perlu datang ke rumahku"

"Katakan apa yang bisa kubantu kawan?"

"Kau harus diam dan cukup mendengar kan ceritaku saja. Aku tidak bisa tidur, aku ingin bercerita pada mu"

"Astaga Elaaanggg!!! Dasar brengsek! Kau tau sekarang jam berapa? Jam 2 pagi, dan kau mengganggu tidurku hanya ingin aku mendengar kan cerita mu?!"

"Iya, aku ingin kau mendengar ceritaku. Apa ada yang salah?"

"Salah kepalamu! Kau mengganggu istirahat ku yang berharga, apa kau tau aku baru selesai operasi jam 12 malam tadi, dan kau menelepon ku hanya karena kau tak bisa tidur, kau... kau... keterlaluan Lang!!!"

"Tomi, beraninya kau memakiku! Bocah brengsek!"

"Ya aku memaki mu! Kau bocah brengsek yang tak tau aturan! Kau bocah brengsek yang menyebalkan! Aku matikan telepon. AKU MAU TIDUR!!!"

Klik...

"Aaahhhh Tomi ********, beraninya kau mematikan telepon ku! Aku ingin bercerita padamu tapi kau malah memaki ku. Awas kau, aku akan membantai mu!"

Brengsek, pikiranku semakin kacau. Aku benar-benar gak bisa tidur. Sebaiknya aku keluar menghirup udara segar, mungkin aja bisa mengurangi sesak.

Elang keluar dari kamar nya. Terus berjalan tanpa tujuan, akhirnya ia berhenti di pos satpam depan rumahnya. Pak Kirman yang menyadari kehadiran majikan nya merasa gugup.

Apakah terjadi sesuatu? Kenapa Den Elang datang ke pos sendiri?

Dengan memberanikan diri Pak Kirman menyapa majikan nya.

"Kok belum tidur Den?"

"Pak Kirman kebetulan ada bapak disini, boleh saya temani bapak malam ini?"

"Oh eh... anu boleh Den, boleh..." Pak Kirman gelagapan.

"Saya gak bisa tidur pak, dada saya sesak, pikiran saya pun tak karuan"

"Ehmm mungkin karena Aden belum terbiasa sama suasana di sini"

Aduh aku bingung harus jawab apa, jangan sampai salah jawab dan jadi masalah. Aden kenapa harus keluar sih.

Terpopuler

Comments

Caramelatte

Caramelatte

semangat thor!
Salam dari "Belong to Esme"

2020-12-01

1

Wiwik Dwi

Wiwik Dwi

heeeem seruu thorr...semangaat

2020-11-10

4

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1 Pertemuan Pertama
2 Ch. 2
3 Ch. 3
4 Ch. 4
5 Ch. 5
6 Ch. 6
7 Ch. 7
8 Ch. 8
9 Ch. 9
10 Ch. 10
11 Ch. 11 Ciuman Pertama
12 Ch. 12
13 Ch. 13
14 Ch. 14
15 Ch. 15
16 Ch. 16
17 Ch. 17
18 Ch. 18
19 Ch. 19
20 Ch. 20
21 Ch. 21
22 Ch. 22 Pernikahan
23 Ch. 23 Melewati Malam Pertama
24 Ch. 24 Perseteruan dimulai
25 Ch. 25 Ketegangan berlanjut
26 Ch. 26 Persiapan Pernikahan Cyntia
27 Ch. 27 Menghabiskan malam berdua
28 Ch. 28 Menghabiskan malam bagian 2
29 Ch. 29 Menjadi tawanan Tuan Segara
30 Ch. 30 Menjelang Pernikahan
31 Ch. 31 Hari Pernikahan
32 Ch. 32 Pertarungan Kiran dan Cyntia
33 Ch. 33 Bertemu Nyonya Besar Segara
34 Ch. 34 Bermalam di mansion Segara
35 Ch. 35 Malam pertama yang palsu
36 Ch. 36 Kedatangan Cyntia di Mansion
37 Ch. 37 Menyelamatkan Kiran
38 Ch. 38 Balasan dari Elang
39 Ch. 39 Kehancuran Walikota
40 Ch. 40 Pindah ke rumah baru
41 Ch. 41 Pengukuhan Nyonya Muda Segara
42 Ch. 42 Mengumumkan Pernikahan
43 Ch. 43 Awal Permainan
44 Ch. 44 Salah paham
45 Ch. 45 Menyingkirkan Tiara
46 Ch. 46 Membawa Kiran pulang
47 Ch. 47 Surprise untuk Kiran
48 Ch. 48 Menyingkap Rahasia Wibowo
49 Ch. 49 Pesta Kakek
50 Ch. 50 Senjata Makan Tuan
51 Ch. 51 Masa lalu
52 Ch. 52 Menghapus masa lalu
53 Ch. 53 Bertemu Satya Wibowo
54 Ch. 54 Berdamai dengan masa lalu
55 Ch. 55 Menikmati Liburan
56 Ch. 56 Bulan Madu
57 Ch. 57 Masuk Kuliah
58 Ch. 58 Hari Pertama Kuliah
59 Ch. 59 Bertemu Kakak Senior
60 Ch. 60 Semakin Aneh
61 Ch. 61 Bertemu Kakak Senior
62 Ch. 62 Perang Dingin
63 Ch. 63 Makan Siang Menegangkan
64 Ch. 64 Persaingan
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Ch. 1 Pertemuan Pertama
2
Ch. 2
3
Ch. 3
4
Ch. 4
5
Ch. 5
6
Ch. 6
7
Ch. 7
8
Ch. 8
9
Ch. 9
10
Ch. 10
11
Ch. 11 Ciuman Pertama
12
Ch. 12
13
Ch. 13
14
Ch. 14
15
Ch. 15
16
Ch. 16
17
Ch. 17
18
Ch. 18
19
Ch. 19
20
Ch. 20
21
Ch. 21
22
Ch. 22 Pernikahan
23
Ch. 23 Melewati Malam Pertama
24
Ch. 24 Perseteruan dimulai
25
Ch. 25 Ketegangan berlanjut
26
Ch. 26 Persiapan Pernikahan Cyntia
27
Ch. 27 Menghabiskan malam berdua
28
Ch. 28 Menghabiskan malam bagian 2
29
Ch. 29 Menjadi tawanan Tuan Segara
30
Ch. 30 Menjelang Pernikahan
31
Ch. 31 Hari Pernikahan
32
Ch. 32 Pertarungan Kiran dan Cyntia
33
Ch. 33 Bertemu Nyonya Besar Segara
34
Ch. 34 Bermalam di mansion Segara
35
Ch. 35 Malam pertama yang palsu
36
Ch. 36 Kedatangan Cyntia di Mansion
37
Ch. 37 Menyelamatkan Kiran
38
Ch. 38 Balasan dari Elang
39
Ch. 39 Kehancuran Walikota
40
Ch. 40 Pindah ke rumah baru
41
Ch. 41 Pengukuhan Nyonya Muda Segara
42
Ch. 42 Mengumumkan Pernikahan
43
Ch. 43 Awal Permainan
44
Ch. 44 Salah paham
45
Ch. 45 Menyingkirkan Tiara
46
Ch. 46 Membawa Kiran pulang
47
Ch. 47 Surprise untuk Kiran
48
Ch. 48 Menyingkap Rahasia Wibowo
49
Ch. 49 Pesta Kakek
50
Ch. 50 Senjata Makan Tuan
51
Ch. 51 Masa lalu
52
Ch. 52 Menghapus masa lalu
53
Ch. 53 Bertemu Satya Wibowo
54
Ch. 54 Berdamai dengan masa lalu
55
Ch. 55 Menikmati Liburan
56
Ch. 56 Bulan Madu
57
Ch. 57 Masuk Kuliah
58
Ch. 58 Hari Pertama Kuliah
59
Ch. 59 Bertemu Kakak Senior
60
Ch. 60 Semakin Aneh
61
Ch. 61 Bertemu Kakak Senior
62
Ch. 62 Perang Dingin
63
Ch. 63 Makan Siang Menegangkan
64
Ch. 64 Persaingan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!