"Hei wanita, turunlah ke sini, aku akan membawamu ke jurang yang terjal. Ayo menurutlah gadis manis"
Oh, astaga Elang benarkah kalimat itu terucap dari mulutmu, kenapa bisa begitu manis. Apakah kau menambahkan sesendok gula dalam kata-katamu? Atau kau sudah menjadi pria gentle yang menyelamatkan seorang putri?
"Baiklah aku akan turun, tapi kau harus janji kalau kau akan membawaku ke sana dan kau harus menepati nya. Kalau tidak, aku akan mencekikmu hingga mati"
Ah, wanita gila ini. Beraninya dia tawar menawar denganku. Aku masih belum membuat perhitungan dengan muntahanmu tadi, sekarang kau berani mengancamku. Kalau bukan di rumah sakit keluargaku, pasti aku sudah mendorongmu. Benar-benar wanita menyebalkan.
"Tentu saja, aku pasti menepati janjiku. Anak baik ayo turun, aku akan membawamu"
Elang mengulurkan tangannya mencoba meraih tangan wanita muda yang lemah itu. Akhirnya wanita itu berhasil diselamatkan.
Syukurlah dia masih bisa dibujuk, hampir saja... hampir saja. Tubuh selemah inipun masih berani bertingkah yang berbahaya.
"Hei lepaskan tanganmu, kau... kau mengambil kesempatan. Dasar lelaki brengsek!"
Apa?! Dia berani memakiku. Kurang ajar, akan dibuat kau menyesal wanita bodoh.
"Puput, anakku... syukurlah kau baik-baik saja nak, ibu takut sekali sayang"
"Ibu berhenti! Jangan mendekat! Puput gak mau ketemu ibu, Puput mau mati!"
"Put, sadar nak. Jangan bicara seperti itu. Ibu minta maaf sayang, ibu tidak akan memaksamu lagi"
"Puput benci ibu, Puput mau pergi!"
"Putih!!! Maafkan ibu nak.... Dokter tolong bantu saya, tolong selamatkan anak saya"
"Ibu, ibu tenang dulu, saya akan menolong ibu. Ibu beristirahatlah dulu, masalah anak ibu biar saya yang urus"
"Terimakasih Dokter"
Wanita sialan ini, ada apa dengannya sampai dia begitu membenci ibunya. Ahhh kenapa juga aku harus terlibat dalam masalah ini.
"Hei kau... Bukankah kau sudah berjanji akan membawaku pergi"
Sebuah suara mengejutkan lamunannya. Dia mendongak menatap wajah pucat dan lemah itu, ada kebencian yang begitu besar tersirat dimatanya.
"Baiklah, aku akan mengabulkan permintaanmu. Sebaiknya kau jangan menyesali keputusan mu"
Dengan ekor matanya Elang melihat segaris senyum disudut bibir wanita itu. Senyumnya sangat menyedihkan, senyum kecewa dan putus asa.
Elang membawa gadis itu pergi meninggalkan rumah sakit. Ia memacu kendaraan nya keluar dari ramainya pusat kota, memasuki daerah sunyi. Hawa dingin menyelimuti perjalanan mereka, tanpa sepatah kata, hanya suara mesin mobil yang terdengar. Elang membawa gadis itu ke pinggir tebing yang berada di sekitar pantai.
Perlahan ia memarkirkan mobilnya dibawah sebatang pohon yang cukup rindang.
"Kau turunlah, aku sudah mengabulkan keinginan mu!" ujarnya sinis.
Gadis itu menoleh, lalu membuka pintu mobil dan melangkah turun menuju pinggiran tebing.
"Kenapa kau membawaku ke pantai? Bukankah kau akan mengantarkan aku bunuh diri ke jurang?"
Elang terkekeh, "Hei nona kau lihatlah ke bawah, ombak yang besar itu pasti akan langsung menyeretmu saat kau terjun ke bawah, dan kau akan langsung lenyap"
"Kau yakin aku akan mati setelah aku lompat? Kau tidak akan menyelamatkan ku kan?"
"Sebenarnya kau ingin mati atau tidak sih, apa kau perlu aku membantu untuk mendorong mu?"
"Ah tak perlu, aku hanya meyakinkan saja kalau kau tidak akan menolong ku"
"Aku seorang dokter, tugasku hanya menyelamatkan orang yang masih ingin hidup. Kau tenang saja, aku tak akan beranjak dari tempatku saat kau lompat nanti"
"Baiklah, aku sudah siap. Dokter, terimakasih sudah membawaku ke sini, aku pasti akan membalas budimu"
"Kau wanita bodoh, jika kau mati bagaimana kau akan membalas budi kepadaku?" ujarnya sambil menepuk jidat gadis itu.
Gadis itu meringis menahan sakit, dan berusaha keras menahan tubuhnya agar tak terjatuh karena terkejut.
Wanita ini, aku hanya menyentuh kepalanya pelan dan dia sudah hampir terjatuh.
"Ah kau benar Dokter, lalu katakanlah sekarang agar aku bisa membalasnya"
"Apakah masih ada gunanya jika aku mengatakan nya padamu gadis bodoh. Ketika aku selesai mengatakan nya lalu kau akan melompat setelah mendengarnya dan mati terbawa arus. Apa yang bisa kau lakukan setelah nya?"
"Hmm kenapa aku bodoh sekali, maafkan aku Dokter, aku tak bisa membalas kebaikan mu"
Aaahhhh wanita ini benar-benar membuat aku gila. Mengantarkan dia untuk bunuh diri malah dianggap berbuat baik, otaknya masih berfungsikah?
"Kau ingin membalas kebaikan ku kan?"
Gadis itu mengangguk pelan.
"Kemarilah dan ceritakan padaku apa masalah yang kau hadapi"
"Aku... aku..." gadis itu menggigit bibirnya, dan perlahan air matanya pun mengalir.
Eh, apa aku salah bicara? Kenapa dia malah menangis. Aku hanya ingin tau masalahnya. Kenapa jadi begini? Apakah wanita itu memang makhluk yang ribet dan menyebalkan?
"Kau berhentilah menangis, jika kau tak ingin menceritakan nya padaku tak apa-apa. Baiklah aku akan meninggalkan mu disini. Masih banyak pasien yang harus aku tangani"
Dokter ini, benar-benar akan membiarkan ku mati kah? Lalu takkan ada yang menemukan mayatku nantinya.
"Aku tak menghalangi mu untuk mati, aku hanya menyampaikan permintaan ibumu, dia ingin agar aku membawamu pulang dalam keadaan hidup, bukan membawa jasadmu apalagi hanya namamu"
Gadis ini, semoga saja dia sadar setelah aku menyebutkan ibunya. Walaupun hubungan mereka sedang tidak baik, semoga dia masih mempertimbangkan perasaan ibunya.
"Aku pergi dulu"
Sial, dia bahkan tak bergeming saat aku mengungkit tentang ibunya. Sebenci itukah dia pada orang yang telah melahirkan nya?
"Dokter, tunggu!"
Ahhh syukurlah, dia memanggilku. Akhirnya dia sadar juga. Aku lega... lega sekali.
"Ehmm, iya... apa kau menyesal akhirnya?"
Dia menggeleng pelan. "Aku mohon jagalah ibuku, sampaikan maafku padanya"
"A-apa?! Kau.. kau masih ingin mati?!"
Wanita ini merepotkan ku saja. Beraninya dia mati di hadapanku. Kau lihat saja bagaimana aku akan menghukum mu.
Elang berusaha mengejar gadis itu, dan dengan sekuat tenaga dia menarik tubuh wanita itu yang sudah berdiri dibibir tebing. Mereka jatuh di atas tanah yang keras.
"Kau wanita bodoh! Seberat apapun masalahmu kau harus menghadapi dan menyelesaikan nya, apakah kau pikir mati itu akan menghilangkan semua masalahmu, apa kau bisa mati dengan tenang sementara ibumu selalu meratapi kepergian mu?!"
"Aku... aku.. aku minta maaf dokter"
Air mata pun kembali mengalir dikedua pipinya. Dia menangis sesenggukan. Elang membiarkan gadis itu menangis hingga puas.
"Kau sudahi lah air matamu itu, hari sudah sore, sebaiknya kita pulang. Nanti kau bisa melanjutkan tangismu itu"
"Baiklah, tapi kau jangan mentertawakan ku dokter"
"Kenapa aku harus menertawai mu? Apa kau seorang pelawak?"
"Karena aku tak jadi bunuh diri" jawabnya sambil tertunduk malu.
Gadis bodoh ini, bisa-bisanya dia berpikir aku akan menertawainya, sementara aku sudah khawatir setengah mati. Kau tunggu saja hukumanmu nanti. Dasar kau gadis bodoh!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Ferly Ina
semangat 😊
2021-03-30
0
Wiwin Winarsih
geu yang ketawa... haahaaa
2020-12-27
0
namiza hadist
hadeuh,,,,,lucu mo bunuh diri msh tawar menawar dulu,,,
2020-12-22
3