BAB I Langkah Awal

1.2 Pertemuan dan Tantangan.

Hari ini adalah hari ke duaku di kota Akademi. Kemarin malam aku mendapatkan surat bahwa pelatihan akan dimulai besok pagi. Jadi untuk hari ini aku bebas. Aku berencana berkeliling kota dan melihat-lihat agar tidak bosan di penginapan.

Aku menutup pintu bertuliskan 2311 secara perlahan dan menguncinya. Suara kaki mengiringi langkahku menuruni tangga yang cukup panjang.

"Hai, gadis cantik. Aku titip kunci kamarku ya," sapaku sedikit menggoda kepada gadis berambut pendek berwana kuning. Setelah itu aku memberikan kunci kamarku padanya.

Muka gadis itu memerah dan tidak menjawab perkataanku. Aku langsung pergi menuju pintu keluar sembari melambaikan tanganku pada gadis tadi.

Aku berkeliling melihat-lihat keramaian kota. Tepat di ujung pintu keluar bagian barat kota ada keramaian yang menarik perhatianku. Setelah aku menghampiri ternyata ada kompetisi bertarung tangan kosong untuk memperebutkan hadiah uang sebesar 10 juta rupiah.

Terlihat orang-orang berbadan besar dan memiliki otot kuat berbaris untuk mendaftar. Aku berpikir ini adalah tempat cukup bagus menguji kemampuanku yang telah diasah oleh kakek selama 1 tahun sebelum mengikuti pelatihan. Aku mendapatkan nomor urut 3 dalam pengambilan nomor secara acak. Ketika aku melihat tabel pertarungan ternyata ada 16 petarung yang terdaftar pada kompetisi ini.

Suara penonton sangat riuh terdengar seperti mereka ingin segera menyaksikan pertarungan. Aku hanya dapat mendengarkan suara penonton dan pemandu acara dari kejauhan. Para peserta ditempatkan di ruangan yang berbeda-beda sehingga tidak akan ada yang tahu model pertarungan seperti apa terjadi di arena dan siapa lawan mereka selanjutnya.

"Tok tok tok," suara ketukan pada pintu ruanganku.

Aku berdiri dan segera membuka pintu. Seorang perempuan berusia 20 tahunan memakai baju ketat terlihat setelah aku membuka pintu.

"Hei anak muda, aku Lina salah satu panitia pertandingan. Giliranmu sudah tiba, silahkan pergi ke arah sana menuju arena," kata wanita itu memperkenalkan diri dan menunjuk dengan tangan kanannya.

Suara gemuruh penonton sangat keras hingga membuat diriku sedikit gemetar. Ini pertama kalinya aku tampil di acara yang memiliki penonton seperti ini. Aku menaiki tangga kuning terbuat dari tumpukan batu yang terlihat sangat kokoh.

Akhirnya aku berada di tengah arena. Banyak orang menatapku seakan-akan tidak yakin akan kemampuanku.

"Hey bocah turun saja, kau pasti kalah," teriak salah satu penonton yang terdengar jelas di telingaku. Setelah itu semua penonton tertawa bersama-sama seakan meremehkan kemampuanku.

Akhirnya aku dapat melihat lawanku yang sedang berjalan menuju arena. Seorang laki-laki dengan bekas luka di dekat matanya dan terlihat sangat menakutkan. Mungkin umur orang itu sekitar 25 tahun.

"Peraturannya, satu tidak boleh membunuh, dua jika kalian keluar arena dinyatakan kalah, tiga jika kalian menyerah dinyatakan kalah, empat tidak diperbolehkan menggunakan senjata. Apakah kalian sudah siap?" wasit memberitahu peraturan dan menanyakan kesiapan kami.

Wasit itu hanya memakai celana putih dan terlihat sangat kuat meskipun badanya tidak memiliki otot-otot yang besar. Aku sangat penasaran seberapa kuat wasit ini. Tatapannya terasa sangat memprovokasi.

"Siap!!" kataku sambil bersiap-siap mengambil kuda-kuda.

Terdengar juga suara konfirmasi kesiapan dari laki-laki di hadapanku.

"Ready Fight," wasit dengan lantang menginstruksikan bahwa pertarungan dimulai sembari dia mundur ke belakang beberapa langkah.

Aku langsung mencoba mengambil inisiatif menyerang secepatnya. Berlari dan mengunakan tangan kananku untuk memukul tepat ke arah wajah lawan. Tetapi dia berhasil menangkis dengan tangan kirinya. Dia membalas menggunakan kaki kanan mencoba menendangku dari samping kanan mengincar kaki kiriku. Tetapi aku lompat dan salto kebelakang hingga kembali berdiri tegap.

"Fiuh dia kuat," aku bergumam sambil menghela nafas.

"Hey bocah jangan kabur," penonton kembali berteriak dengan nada yang meremehkanku. Setelah itu mereka tertawa lagi.

Lawanku berlari dengan kecepatan yang luar biasa dan tiba-tiba berada di belakangku. Lalu dia berusaha memukulku dengan menggunakan kedua tangannya.

Aku terkaget, tetapi dengan cepat aku merespon serangan itu dengan cara melompat ke atas sambil berbalik dan berdiri di atas tangan lawanku. Sementara aku menendang menggunakan kaki sebelah kiri dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Tendangan itu tepat mengenai muka sebelah kanan lawanku. Lawanku langsung terpental menuju keluar arena dan menabrak beberapa penonton sampai menghancurkan tembok pembatas di sisi arena.

"Hampir saja hampir saja," aku bergumam sambil sedikit kawatir dengan kondisi lawanku.

Keriuhan di arena langsung tersenyap. Semua penonton membuka mulut dan terpaku. Mereka kaget melihat kekuatan dan kecepatanku.

"Pemenangnya Kenang," wasit berteriak memecah kesunyian.

"Heeeyyyyaaaa..." penonton kembali bersorak dengan riuh.

"Kamu hebat bocah," penonton terdengar berteriak saling saut menyaut dengan bersiul-siul.

Tak terasa aku telah mengalahkan 2 peserta selanjutnya dengan cepat. Bahkan hanya dengan 1x serangan. Aku menjadi ragu-ragu dengan turnamen ini. Padahal aku megikuti turnamen ini untuk menguji kemampuan bertarungku. Tetapi hasilnya diluar dugaanku.

"Yah, berhubung telah sampai di babak final sekalian saja aku selesaikan, paling tidak aku mendapatkan hadiah 10 juta rupiah," aku bergumam dengan rasa kecewa sambil membayangkan uang yang akan ku terima.

Ketika aku sampai di atas arena pada pertandingan final, aku melihat seorang wanita seumuran denganku. Wanita itu menggunakan baju biru muda berambut hitam panjang terurai. Parasnya begitu cantik hingga aku terpanah oleh kecantikannya.

"Apakah kalian sudah siap?" tanya wasit kepadaku dan wanita tadi.

"Tunggu tunggu tunggu, aku melawan wanita ini?" kataku kaget ketika wasit menanyakan kesiapan kami.

"Hei, kamu apakah meragukan kemampuanku?" wanita itu menatapku dan berbicara dengan suara tinggi.

"Bukan begitu, tapi aku...," jawabku sambil malu-malu dan dipotong oleh wasit.

"Hei bocah, jangan meremehkan seseorang meski dia wanita?" kata wasit dengan sedikit membentakku.

"Yah, Apa boleh buat aku akan melakukannya," Aku menjawab meskipun masih ragu-ragu melawan wanita cantik di depanku.

Pertandingan sudah berjalan sekitar 30 menit. Aku hanya menangkis dan menghindar dengan sesekali mencoba menyerang meskipun ragu-ragu.

Aku melihat wanita itu sangat marah tercermin dari raut wajah yang di tunjukkannya. Mungkin dia merasa aku meremehkannya dan tidak serius melawannya.

Tetapi tiba-tiba ada seorang assasin dan seekor fenrir muncul di tengah lapangan. Assasin itu menutup seluruh tubuhnya kecuali bagian atas kepalanya dan hanya terlihat warna rambutnya yang hitam pekat dan kedua matanya yang juga berwarna hitam. Di sampingnya ada fenrir salah satu monster mitos yang memiliki racun sangat berbahaya jika terkena gigitannya.

Ketika aku memperhatikan sekitar arena, ternyata arena telah terkepung oleh prajurit kerajaan Carleon.

"Apa yang terjadi disini?" wasit bertanya kepada assasin yang ada di depannya.

"Kami hanya akan mengambil wanita ini kembali," jawab assasin sambil menunjuk ke arah wanita yang aku lawan tadi.

Ternyata wanita itu sudah tidak ada di tempatnya. Betapa kagetnya assasin itu tidak melihat wanita yang dicarinya.

"Guk guk guk," fenrir di samping assasin menggonggong ke arahku.

Akupun kaget. Kenapa tiba-tiba fenrir itu mengonggong ke arahku dalam lubuk hatiku. Setelah kusadari ada hawa keberadaan yang aku kenal di belakangku. Itu adalah wanita yang kulawan tadi.

"Tuan puteri, jangan bertingkah seperti anak kecil. Mari kita pulang," kata assasin sambil mengulurkan tangannya.

"Aku mau pulang setelah kamu hajar bocah depanku ini," kata tuan puteri yang tadinya merupakan orang yang bertarung denganku.

Seketika assasin itu bergerak dengan cepat dan mengayunkan tangannya kearah tubuhku. Tubuhku benar-benar tidak dapat mengikuti pergerakan yang sangat cepat dari assasin itu. Tetapi tiba-tiba wasit berada di depanku dan menahan serangan dari assasin yang berniat menyerangku.

"Tenang saja bocah, aku akan melindungimu," kata wasit itu berbicara padaku sambil menahan serangan assasin.

Tetapi aku tidak melihat seperti dia mau melindungiku. Dari apa yang aku lihat pada pertarungan mereka, sepertinya wasit itu hanya ingin bertarung dengan assasin.

"Helder tangkap laki-laki di depan tuan putri," assasin memberikan perintah kepada fenrir sambil dia bertarung melawan wasit.

Tiba-tiba suara burung dari kejauhan terdengar semakin mendekat. Suara itu berasal tepat di atas kepalaku. Monster yang sangat besar menghempaskan sayapnya kepada fenrir yang akan menyergapku. Itu adalah monster yang memiliki kepala burung elang dan kaki seekor singa berwarna putih.

"Wah!!! itu seekor Holy Gryphon," kataku sambil terpanah.

Kedatangan Holy Gryphon itu membuat penonton yang awalnya menikmati pertarungan wasit dan assasin langsung berlari berhamburan.

"Holy Gryphon!!!!, kabur nanti kalian dimakan," teriak para penonton sambil berlari.

Setelah sekitar 5 menit area di luar arena hanya tersisa prajurit carleon. Mereka hanya berdiri tegap seperti menunggu perintah dari assasin yang sibuk bertarung dengan wasit.

"Berhenti Dion!!!!" suara teriakan seseorang yang sangat familiar denganku dari luar arena.

Assasin berhenti bergerak, begitu juga fenrir yang menyemburkan api berwarna hitampun ikut berhenti. Terlihat seseorang menggunakan pakaian serba hijau dan memiliki tanda kerajaan carleon melesat memukul kepala assasin dan fenrir sampai benjol.

"Hei lama tak jumpa Kenang," pria itu menyapaku dengan nada yang akrab.

"Pak Syahir!!!" kataku dengan heran melihat begitu mudahnya dia memukul assasin dan fenri itu.

Kejadian itu berakhir dengan tuan putri dibawa paksa oleh pak Syahir. Putri diikat dengan tali, sehingga dia terlihat bergerak seperti ulat bulu di pundak pak Syahir.

***

"Wahhhhhhhh!!!!" aku kesiangan, sial sial sial." aku berteriak-teriak sendiri sambil bergegas melakukan persiapan memakai pakaian dan sepatu.

Aku keluar melewati jendela kamarku menuju atap bangunan paling dekat. Aku terus berlari dan meloncat-loncat di atap bangunan menuju menara tertinggi di pusat kota.

Gerbang masuk telah tertutup. Hanya ada satu orang penjaga menggunakan armor lengkap pada seluruh badannya di dalam gerbang.

"Tuan penjaga injinkan aku masuk. Aku orang yang beruntung dapat menjadi siswa pelatihan di sini tuan. Ayah dan ibuku sudah tiada. Ini kesempatanku untuk membahagiakan mereka tuan. Kumohon." aku berakting melas di depan penjaga dan mengeluarkan air mata buaya.

"Apakah memang begitu nak?" tanya penjaga itu kepadaku dengan serius.

"Iya tuan. Ini adalah keinginan kedua orang tuaku sebelum meninggal," kataku sambil terus menangis.

"Tidak!" jawab tegas penjaga itu kepadaku seolah-olah dia sedang mengejekku karena tahu isi hatiku.

"Minggir minggir minggir," suara itu berasal dari sebelah kanan jalan.

Aku menengok dan melihatnya. Terlihat seseorang yang pernah ku temui sedang berdebat dengan pak Syahir.

"Ini semua salahmu Syahir. Kamu mengikatku dan lupa melepaskannya sampai pagi. Akhirnya aku terlambat. Bagaimana kamu bertanggung jawab tentang ini semua?" ucap seorang wanita sambil berlari dan memarahi Pak syahir. Itu adalah tuan puteri yang menjadi lawanku di final turnamen kemarin.

"Ehhh, Kamu. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya puteri itu dengan ekspresi kagetnya dan tiba-tiba berhenti di sampingku.

"Ehmmm anu, aku terlambat hehehehe," jawabku sambil tersenyum kepada sang puteri.

"Bodoh. Mana ada orang sepertimu di hari pertama pembukaan pelatihan datang terlambat," ucap puteri menghinaku dengan sikap yang merendahkan.

"Maaf. Apakah kamu tidak sadar bahwa dirimu juga terlambat. Itu aku dengar ketika kamu marah kepada Pak Syahir sambil berlari kemari," aku membalas perkataannya dengan bangga.

"Lihat itu Syahir, gara-gara kamu aku jadi satu level dengan bocah bodoh ini," ucap puteri sambil memukul-mukul Syahir.

"Tenang-tenang tuan puteri. Penjaga biarkan mereka berdua masuk," kata pak Syahir sambil mengangkat puteri dan membawanya masuk ke dalam gerbang.

Perlahan aku mengendap-ngendap duduk di bangku paling dekat pintu masuk. Aku melihat mungkin sekitar ratusan murid pelatihan ada di ruangan ini. Semua murid memakai seragam berwarna hitam dengan lambang kota Akademi tepat di lengan sebelah kanan sama dengan yang aku gunakan.

Ketika bokongku baru menyentuh tempat duduk. Upacara penerimaan telah selesai. Seluruh siswa berdiri meninggalkan ruangan menuju kelas yang telah dibagi sesuai dengan job yang dipilih. Akupun pura-pura tidak terjadi apa-apa untuk menghindari rasa maluku.

Aku berjalan menyusuri ruangan yang penuh

dengan murid-murid yang terlihat bingung sama sepertiku. Mereka terlihat seperti mencari sesuatu pada bangku-bangku di ruangan tersebut.

Akhirnya aku menemukanmu di dalam hatiku merasa lega. Bangku bertuliskan namaku tepat di depanku. Bangku itu terletak tepat di depan meja instruktur dan itu sangat membuatku kecewa. Aku menutup mukaku dengan kedua tanganku sembari menahan kesal dengan posisi duduk yang aku dapatkan.

Pusat pelatihan di kota Akademi ini bernama Distrik Akademi. Kelas dibagi berdasarkan job yang dipilih dan kepemilikan rune. Kelasku merupakan kelas job thief dan dimana murid-muridnya memiliki rune. Hanya ada 1 kelas rune. Itupun hanya berisi 15 murid dalam kelasku. Jumlah ini berbanding terbalik pada kelas tanpa rune. Jumlah mereka bisa dibagi menjadi 5 kelas dan masing-masing kelas berjumlah 40 murid.

Berdiri tepat di depanku dua orang yang terlihat sangat mirip. Orang pertama adalah orang yang aku temui di turnamen sebagai wasit. Dia menggunakan pakaian bernama dobok serta melapisi tangannya dengan perban. Namanya adalah Jihan dan dia adalah seorang guardian. Orang kedua bernama Johan dan dia adalah seorang assasin. Dia menggunakan pakaian yang cukup ketat berwarna biru gelap dan terlihat pisau di sela-sela tangannya.

"Ok perkenalan kita sudah selesai. Sekarang kami akan langsung memberikan tugas kepada kalian," kata pak jihan sambil memanggil monster mitos yang dia miliki.

Muncul seekor holy gryphon terlihat diluar jendela kelasku. Kami diinstruksikan oleh kedua instruktur tadi untuk keluar ke lapangan mendekati holy gryphon tadi.

"Namanya adalah Shiro," kata pak jihan sambil mengelus-ngelus monster mitos yang dia miliki seperti peliharaan.

Selanjutnya giliran pak Johan memanggil monster mitos yang dia miliki. Terlihat sekelompok kelelawar berkerumun dan membentuk tubuh seperti manusia. Itu adalah vampir salah satu monster mitos tingkat tinggi.

"Namanya adalah Venom," pak Johan memperkenalkan vampir itu kepada murid-muridnya meskipun vampir tersebut tidak mau mendekati kami karena sinar matahari.

Mereka berdua menjelaskan fungsi dari rune hingga cara menjinakkan monster mitos. Kira-kira setelah 3 jam mereka menjelaskan mengenai rune dan monster mitos, akhirnya mereka berhenti berbicara sejenak.

"Kamu laki-laki yang duduk paling ujung kanan dan perempuan di tengah. Kalian sudah memiliki mosnter mitoskan, coba kalian perkenalkan diri dan tunjukkan kepada teman-teman monster mitos kalian," kata pak Johan sambil menunjuk dua orang murid.

Anak laki-laki itu adalah Icko, dia berasal dari keluarga kerajaan Uruk. Monster mitos yang bersamanya adalah berjenis lizard guard. Monster mitos ini memang telah menjadi pelindung keluarganya secara turun temurun.

Setelah Icko, Sekarang giliran anak perempuan bernama Sheila. Dia berasal dari keluarga perbatasan kerajaan imperial di mana tempat tersebut merupakan wilayah monster mitos air. Sheila mengeluarkan monster mitos berjenis mermaid yang sangat cantik membawa harpa. Dia tidak sengaja mendapatkannya ketika menolong mermaid itu sewaktu terjaring oleh nelayan.

"Jadi tugas kalian adalah mencari monster mitos yang akan kalian jadikan partner. Waktu yang kami berikan kepada kalian adalah maksimal 6 bulan. Distrik Akademi akan membantu kalian menemukan monster mitos yang kalian inginkan," kata pak Johan menyakinkan seluruh muridnya.

-------------------****--------------------

Monster Pedia

■ Fenrir: Monster mitos yang memilik racun berbahaya pada giginya. Dapat menyemburkan api berwarna hitam yang sulit dipadamkan. Memiliki tubuh seperti serigala dan berbulu hitam kebiruan. Monster mitos tingkat tinggi. Termasuk ras beast.

■ Holy Gryphon: Monster mitos yang dapat mengendalikan udara di sekitarnya. Memiliki tubuh bagian bawah seperti kaki singa dan setengah bagiannya adalah burung rajawali. Dapat memanipulasi kepadatan cahaya sehingga seperti mengeluarkan laser dari matanya. Monster mitos tingkat tinggi. Termasuk ras legendary bird.

■ Vampire: Monster mitos yang dapat menyembuhkan dan memperkuat diri dengan menghisap darah lawan. Tubuhnya mirip dengan manusia. Tetapi kulitnya berwarna kebiruan. Memiliki kemampuan sihir kegelapan dan skill drain. Monster mitos tingkat tinggi. Termasuk ras undead.

■ Lizard Guard: Monster mitos yang dapat bertarung menggunakan berbagai jenis senjata. Kemampuan bertahan cukup hebat karena memiliki skill reduce damage. Monster mitos tingkat Menengah. Termasuk ras lizard

■ Mermaid: Monster mitos yang dapat mensuport partner dengan nyanyiannya. Memilik kemampuan bertarung cukup lincah dalam air. Monster mitos tingkat rendah. Termasuk ras seaman.

Terpopuler

Comments

Go_$ya🦚

Go_$ya🦚

sekelompok kelelawar berkumpul ..kok kayak film apa ya. ..🤔tapi sumpah keren keren

2020-11-07

1

you_are_nana1485

you_are_nana1485

semangat yah ngetiknya

2020-10-29

0

zhafa

zhafa

mantapblanjut yabkak aku mampir lagib

2020-10-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!