BAB 2 : Om Hans yang Misterius

Aleena menatap Meti. "Kamu udah lama kerja disini, Met?" tanyanya.

"Enggak, aku baru satu bulan kerja disini" jawab Meti.

"Oh, masih baru ya? Sebelum aku yang menunggu toko, siapa yang berkerja disana?"

"Namanya Neta, tapi dua minggu yang lalu dia meninggal"

"Ya Allah, Inalilahi wa inalilahi rojiun. Meninggal kenapa? Apakah dia sakit?"

"Aku juga kurang tahu. Dia pamit pulang ke kampungnya tergesa-gesa. Dengar-dengar katanya sih sspulang dari sini, di kampung nya itu dia mati secara mendadak"

"Jadi dia tidak meninggal di kamar ini?"

"Tidak, dia sempat mengundurkan diri dari toko, lalu pulang kampung"

"Aneh juga. Lalu kalau kamu baru sebulan bekerja disini, kemana asisten rumah tangga sebelum kamu?"

Meti terdiam sejenak lalu perlahan berkata, "Menurut Gun, asisten rumah tangga yang berkerja sebelum aku, katanya meninggal juga..."

"Benar-benar aneh!" kata Aleena.

"Kadang aku juga merasa takut dan ingin berhenti dari pekerjaan ini. Tapi aku gak tahu bagaimana alasan aku mengundurkan diri"

Tiba-tiba Gun muncul di depan kamar Aleena. "Al, kamu di panggil sama Om Hans!" kata Gun.

"Oke Gun, aku segera kesana" kata Aleena, lalu menatap Meti. "Met, aku nemuin Om Hans dulu. Nanti kita ngobrol lagi"

Om Hans berada di ruang kerjanya. Satu ruangan cukup besar berisi perabotan mewah yang letaknya ada di sebelah kiri ruang keluarga.

"Ada apa Pak?" tanya Aleena.

"Panggil saja aku 'Om'! Meti dan Gun juga memanggil seperti itu!" kata Om Hans.

"Oh, iya Om"

"Mulai besok kamu sudah mulai bisa bekerja di toko. Toko buka jam 8 dan tutup pada jam 4 sore. Gun yang akan mengantar jemput kamu"

"Iya Om"

"Ada peraturan yang berlaku di rumah ini. Kamu tidak di izinkan untuk naik ke lantai 2! Lantai 2 itu adalah ruang pribadi ku!"

Aleena mengerutkan keningnya tapi mengangguk.

"Ada pertanyaan?" tanya Om Hans.

"Tidak Om"

"Oke, kalau begitu kamu makan saja sana bersama Gun dan Meti! Om mau beristirahat dulu"

Om Hans keluar dari ruang kerjanya di ikuti Aleena lalu dia naik ke lantai 2. Tangga menuju ke lantai 2 ada di sudut ruang keluarga sebelah kanan. Tangga yang sangat mewah dengan ukiran gaya barat.

Saat Om Hans menaiki tangga itu satu persatu, Aleena mendengar suara keras yang di timbulkan dari sepatunya. Suaranya keras bahkan sampai menggema ke seluruh ruangan keluarga. Seolah ruangan itu kosong. Padahal disana cukup penuh dengan TV, sofa-sofa, dan set audio.

"Aneh sekali... Rumah ini benar-benar menyimpan suatu misteri" gumam Aleena.

"Al, ayo kita makan dulu!" ajak Meti tiba-tiba mengagetkan Aleena yang masih berdiri di depan ruang kerja Om Hans.

"Oh iya Met" kata Aleena.

Aleena, Meti, dan Gun kemudian makan malam bersama. Mereka makan sambil berbincang-bincang.

"Gimana rumah ini menurut kamu, Al?" tanya Meti.

"Rumahnya besar sekali dan juga mewah. Sayangnya gelap, suram, dan kurang cahaya. Cocok untuk jompo" jawab Aleena.

"Kira-kira kamu akan betah gak tinggal disini?" tanya Gun.

"Ya mudah-mudahan aku bisa betah. Oh ya Gun, sudah berapa lama kamu bekerja disini?" Aleena balik bertanya.

"Aku udah lama kerja disini. Udah lebih dari 2 tahun" jawab Gun.

"Apakah Om Hans itu gak punya anak dan istri?"

"Ada. Dulu waktu aku pertama kerja disini, Om Hans tinggal bersama anak dan istrinya. Anak nya laki-laki berusia sebaya dengan ku"

"Lalu kemana mereka sekarang?"

"Istrinya sudah meninggal. Sementara anak cowok nya kabur. Om Hans sudah pasang pengumuman di TV dan media lainnya. Tapi hasilnya nihil. Anak cowok nya tidak pernah di temukan sampai sekarang"

"Kata nya orang yang bekerja sebelum aku dan Meti, mereka meninggal dunia?"

"Iya... Sebenarnya aku dilarang Om Hans untuk menceritakan tentang kematian mereka pada kamu. Tapi kamu sudah mengetahuinya?"

"Aku tahu dari Meti"

"Aku juga kan kata tetangga!" celetuk Meti lalu ikut bertanya pada Gun, "Sudah berapa lama istri Om Hans meninggal?"

"Gak tahu ah! Aku gak mau jawab kalau kamu yang nanya!" kata Gun cuek.

"Brengsek!" maki Meti kesal.

"Gun, aku juga ingin bertanya begitu. Sudah berapa lama istri Om Hans meninggal?" tanya Aleena.

"Sekitar setahun yang lalu"

"Kalau asisten rumah tangga nya? Kapan meninggal?"

"Sekitar 2 bulan yang lalu, lalu menyusul meninggal juga Neta, penjaga toko Om Hans"

"Kok aku jadi takut ya?" celetuk Meti.

"Kenapa setiap wanita yang tinggal di rumah ini semuanya meninggal?" gumam Aleena.

"Sebenarnya jarak antara kematian istrinya Om Hans dan kedua pekerja wanita disini agak jauh juga kok. Tapi... Om Hans mendadak berubah setelah kematian istrinya... Dia menjadi aneh..." Gun berkata sangat pelan. Seolah takut ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Aneh bagaimana?" tanya Aleena.

"Sejak istrinya meninggal, Om Hans jadi sering ribut dengan anak cowok nya. Beberapa lama kemudian anak cowok nya kabur dari rumah ini. Semenjak itu Om Hans melarang aku, Neta, dan Yani untuk naik ke lantai 2 rumah ini. Tidak ada yang boleh naik kesana kecuali dirinya sendiri"

"Tadi dia juga bicara seperti itu padaku" kata Aleena.

"Iya, padahal sudah setahun semenjak kematian istrinya. Pasti lantai 2 rumah ini sudah sangat kotor!" kata Gun.

"Siapa tahu Om Hans yang bersih-bersih? Mungkin dia yang nyapu dan ngepel di lantai 2" kata Meti.

"Bos kita itu sangat misterius ya?" kata Aleena.

Makan malam sudah selesai. Mereka lalu berkumpul bersama di ruang keluarga sambil menyalakan TV.

Suasana sepi... Tak ada suara dari luar rumah yang terdengar kedalam. Padahal rumah itu berada di kawasan elite yang tentu banyak orang atau kendaraan yang berlalu-lalang. Tapi rumah itu seolah terpisah dimensi dengan rumah yang lainnya.

"Aku ngantuk! Aku mau tidur sekarang ah!" kata Meti lalu menguap.

"Aku juga" kata Aleena lalu keduanya masuk ke kamar masing-masing.

"Aku mau nonton bola dulu" kata Gun yang masih belum mau tidur karena menunggu pertandingan sepak bola yang di sukainya.

Kamar mereka berjajar tiga di sebelah ruang makan. Meti di kamar tengah. Sementara kamar yang paling belakang di tempati Gun.

Kalau tadi di luar Aleena merasa mengantuk, sebaliknya sudah sampai di kamar dia merasa gelisah.

Aleena berbaring di tempat tidurnya tapi tak bisa memejamkan matanya. Tiba-tiba hatinya merasa hampa... Sepi... Ada perasaan sedih yang entah dari mana timbulnya. Jiwa Aleena mendadak merasa kosong.

"Uh... Sepi..." Aleena menggumam sendiri.

Terpopuler

Comments

berbis kalista

berbis kalista

keren ceritanya

2021-11-23

1

anggrymom

anggrymom

gak kebayang jd aleena, ak aj yg bc meribding disko

2021-04-26

1

Andie Anna

Andie Anna

ko aq jadi merinding bacanya

2021-04-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!