BAB 4 : Sahabat Baru

Seminggu berlalu, Aleena sudah mulai bekerja dengan rajin di toko alat-alat tulis milik Om Hans. Setiap siang, Gun mengantarkan makan siang untuknya.

Selama seminggu bekerja, Aleena tidak lagi mendapat teror menyeramkan apapun di rumah Om Hans. Perlahan dia pun mulai terbiasa dengan keadaan rumah Om Hans.

Pada pagi itu saat Aleena baru saja sampai dan membuka toko, Aleena kedatangan seorang pemuda yang mencari alat-alat tulis. Orangnya bertubuh tinggi, kurus, dan berambut gondrong lurus.

"Cari apa Bang?" tanya Aleena.

"Cari tipe-x ama spidol" jawab pemuda itu.

"Sebentar" Aleena langsung mengambilkan barang-barang yang dipinta pemuda itu.

"Berapa nih?"

"18.500 Bang"

Pemuda itu segera membayar barang-barang yang di pinta nya. Tapi setelah itu dia tidak segera berlalu, malah memandangi Aleena dengan lekat. Membuat perasaan tidak enak didalam hati Aleena.

"Apa ada yang mau di beli lagi, Bang?" tanya Aleena.

"Ah enggak, cuma kayaknya kamu baru kerja disini ya?" tanya pemuda itu.

"Iya, aku baru seminggu kerja disini"

"Pantesan, sebelumnya kan bukan kamu. Yang dulu kerja disini namanya Neta. Aku lumayan kenal dekat sama dia karena sering beli alat-alat tulis disini"

"Katanya dia udah meninggal sekitar 2 bulan yang lalu"

"Inalilahi wainalilahi roziun! Pantes udah lama gak kelihatan"

"Aku turut berduka cita atas meninggalnya Neta, sahabat kamu itu"

"Makasih, tapi apa kamu mau bersahabat dengan ku?"

Kening Aleena berkerut. "Ini orang apa tipe cowok iseng yang suka menggoda pelayan toko?" batin Aleena. Tapi diterimanya juga tawaran pertemanan itu. "Baiklah. Aku Aleena"

"Aku Fiersa"

Mereka berjabat tangan.

"Ngomong-ngomong, Hans mana?" tanya pemuda yang bernama Fiersa itu.

"Om Hans maksudnya?" tanya Aleena. "Dia ada di kantornya. Kantor yang khusus memproduksi alat-alat tulis"

"Gak usah lah kamu panggil dia dengan sebutan Om! Eh Aleena, kamu harus berhati-hati sama dia! Aku gak mau sampai kehilangan seorang teman lagi!"

Kening Aleena berkerut. "Memangnya ada apa?"

"Aku udah kehilangan dua teman gara-gara dia!"

"Maksudnya?"

"Aku jadi curiga atas kematian Neta. Terakhir bertemu dengannya, dia berubah pendiam dan gak mau bicara sama aku. Malah kulihat dia coba menabrakkan dirinya ke sebuah truk yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi! Aku sempat menyelamatkannya. Aku tanya kenapa dia nekad seperti itu. Tapi dia tidak mau mengatakan apa penyebabnya. Dia cuma bilang lebih baik mati daripada hidup seperti ini!" tutur Fiersa.

"Aneh sekali" kata Aleena.

"Esoknya toko ini tutup cukup lama dan hari ini aku melihat kamu yang menjadi penjaga toko ini dan aku dengar dari kamu bahwa Neta sudah meninggal"

"Kamu kenal Om Hans? Siapa teman kamu seorang lagi yang kamu curigai hilang karena Om Hans?"

"Aku mengenal si Hans. Aku adalah teman anaknya. Dulu aku sama anaknya itu satu kampus. Tapi kini dia menghilang karena kabur dari rumah! Dan aku tahu kalau dia kabur karena si Hans!"

"Kenapa kamu mencurigai Om Hans?!"

"Hubungan si Hans tidak baik dengan anaknya itu. Aku sudah sering mencari keberadaan teman ku itu. Tapi hasilnya nihil. HP juga gak aktif! Aku jadi curiga sama si Hans! Jangan-jangan teman ku itu menghilang karena dia!"

"Kenapa kamu punya kesimpulan seperti itu?!"

Belum sempat Fiersa menjawab, muncul seorang pembeli. Aleena melayani dulu pembeli itu. Setelah itu dia kembali pada Fiersa.

"Fiersa, ayo kita ngobrol nya didalam. Aku ingin tahu lebih banyak tentang Bos ku itu"

"Bos apaan? Bekas Orang Sinting maksudnya?" seloroh Fiersa tapi dia faham dengan rasa keingintahuan Aleena. Maka Fiersa masuk kedalam toko itu. Disana ada tiga buah kursi lipat. Fiersa menduduki salah satunya dan menaruh barang belanjaannya diatas meja tulis Aleena.

"Al, kok kamu kayak percaya 100% sama aku? Padahal bisa saja aku ini rampok yang akan menggasak semua barang di toko ini!" kata Fiersa.

"Terserah kamu kalau kamu memang mau merampok toko ini. Yang penting aku mau tahu tentang Bos ku itu" kata Aleena.

"Kalau aku beneran mau ngerampok gimana?"

"Memangnya kamu ini ada rencana jahat ya?"

"Kejahatan itu bukan saja terjadi karena ada niat pelakunya! Tapi juga karena ada kesempatan! Waspadalah! Waspadalah!"

"Terserah kamu lah! Kalau kamu memang ingin melakukan kejahatan ya lakukanlah!"

Fiersa tersenyum sambil mengusap dagunya yang di tumbuhi sedikit jenggot. "Ya udah, emangnya kamu mau nanya apa?"

"Aku mau tahu kenapa kamu berkesimpulan kalau Om Hans yang terlibat atas hilangnya teman kamu itu?"

"Teman ku itu... Eh! Tapi dengan ngasih informasi ini aku di bayar gak? Misalnya ada diskon kalau belanja lagi disini?"

"Lho? Bukannya kita ini teman? Kok pake bayaran segala sih? Temenan nya gak tulus ya?!" Aleena melotot pada Fiersa.

"Gila! Cakep banget!" batin Fiersa tapi lalu berkata, "Aku cuma bercanda. Ya udah, aku mau cerita. Teman ku itu namanya Andit. Orang nya ganteng, tinggi, kurus, tapi kulitnya gak terlalu putih. Rambutnya ikal, suka pake jaket dan suka menjulurkan lidahnya!"

"Fiersa! Aku ingin bertanya kenapa kamu mencurigai Om Hans atas hilangnya teman kamu itu! Bukan ciri-ciri fisik teman kamu itu!" bentak Aleena kesal!

"Kan biar jelas! Biar lambat asal jelas!"

"Terserah kamu sajalah!"

"Aku dan Andit adalah teman satu kampus tapi gak satu jurusan. Aku jurusan sastra. Kalau dia jurusan ekonomi. Setahun yang lalu, istrinya si Hans yaitu Mamanya Andit meninggal. Katanya sih kena serangan jantung"

"Terus?"

"Sejak saat itu Andit sering menginap di rumahku. Dia sering cerita kalau dia sering ribut sama Papanya, si Hans itu! Dari Andit aku juga tahu kalau Hans itu-" belum sempat Fiersa melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba kaca cermin yang di gantung di dinding toko itu jatuh dan pecah berderai menimbulkan suara keras!

'Prang!!!'

"Astaghfirullah!" ucap Aleena dan Fiersa bersamaan.

Aleena segera mengambil sapu dan membereskan pecahan kaca cermin itu. Fiersa malah membantu memunguti pecahan kaca itu dengan tangannya.

"Fiersa! Jangan! Nanti kamu terluka!" kata Aleena.

"Kalau gitu, biarkan aku yang menyapu pecahan kaca nya" kata Fiersa lalu mengambil sapu di tangan Aleena.

"Iya, aku ambil pengki dulu"

Selesai membersihkan pecahan kaca, Fiersa memeriksa paku tempat dimana tadi kaca cermin itu tergantung.

"Pakunya gak ikut terlepas, malah, pakunya juga panjang! Kok bisa jatuh ya kacanya?!" kata Fiersa bingung. "Mungkin ada pihak tertentu yang tidak mau aku menceritakan tentang si Hans sama kamu! Pasti dia punya semacam mahkluk yang selalu menjaganya!"

"Ngawur kamu ah!" kata Aleena takut.

Terpopuler

Comments

LANANG MBELING

LANANG MBELING

Bang napi lagi live

2021-11-23

1

Siti Patonah

Siti Patonah

hororrr

2021-04-11

1

Mina Karel

Mina Karel

lanjut

2021-03-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!