Cinta Berdarah

Cinta Berdarah

BAB 1 : Prolog

Mobil mewah berwarna biru tua itu sampai di sebuah perumahan elite di kawasan Jakarta Selatan dan berhenti di depan sebuah rumah yang sangat mewah. Satu pohon tua dan besar tertanam di depan rumah, sehingga rumah itu terlihat gelap dan suram.

Tiga orang keluar dari dalam mobil. Dua laki-laki dan satu perempuan. Lelaki yang pertama adalah seorang lelaki setengah baya tetapi berpenampilan seperti anak muda, dengan rambut cepak dan klimis di tambah anting yang di pakai nya di telinga sebelah kanan semakin menambah kesan kalau laki-laki itu ingin terlihat lebih muda dari usia sebenarnya. Nama laki-laki ini adalah Hans. Dia pemilik rumah besar tersebut.

Laki-laki yang kedua berusia masih muda. Sekitar 25 tahun. Memakai jaket kulit dan berambut agak gondrong. Nama nya adalah Gun. Dia adalah sopir pribadi dari laki-laki setengah baya yang bernama Hans tadi.

Sementara orang ketiga adalah seorang gadis cantik bertubuh langsing dan tinggi. Memiliki rambut panjang yang lurus. Usianya masih 21 tahun. Namanya Aleena.

Hans memiliki sebuah perusahaan alat-alat tulis. Dia juga memiliki satu toko yang menjual alat-alat tulis yang di produksi oleh perusahaan nya. Bulan lalu pelayan toko nya meninggal dunia. Lewat salah seorang kenalannya, Hans mendapatkan Aleena sebagai pelayan baru yang akan menjaga tokonya.

Aleena datang dari sebuah kota kecil di daerah Jawa Barat. Dengan niat mencari rezeki dan pengalaman bekerja di kota besar, Aleena berangkat ke Jakarta untuk menerima tawaran kerja di toko milik Hans.

Karena tidak memiliki tempat tinggal di Jakarta, maka Hans meminta Aleena untuk tinggal bersama di rumahnya. Aleena pun menyetujuinya dari pada dia harus menyewa tempat tinggal sendiri. Maka hari itu, Aleena langsung di jemput oleh Hans dan Gun ke kampung nya dan langsung tinggal di rumah Hans hari itu juga.

"Gun! Kamu antarkan Aleena ke kamar tidur yang sudah di persiapkan untuk nya! Tolong sekalian kamu angkat bawaannya!" kata Hans pada Gun.

"Iya Om!" kata Gun lalu mengambil tas besar yang di bawa Aleena dari dalam bagasi mobil. "Aleena, ayo ikuti aku!"

"Iya..." kata Aleena lalu menyusul Gun yang lebih dulu masuk ke dalam rumah besar itu.

Masuk ke dalam rumah besar itu membuat Aleena merinding. Ruangan tamu yang besar dan di hiasi perabotan antik tetapi kurang cahaya penerangan.

Suasana menjadi gelap dan suram. Membawa hawa mistis pada siapapun yang masuk kedalamnya. Entah karena pohon besar yang tertanam di halaman rumah, atau karena apa. Aleena tidak mengerti.

Angin dingin terasa berhembus di belakang Aleena, spontan Aleena menengok ke belakang tetapi suasana di belakangnya tampak tenang-tenang saja. Aleena mengusap tengkuknya yang terasa dingin.

Di sudut ruangan tamu, ada sepasang patung harimau hendak menerkam. Ada juga dua pedang saling menyilang di dinding. Belum lagi koleksi patung miniatur di lemari pajangan yang terkesan kuno dan menyeramkan.

Aleena juga seperti mencium aroma bunga sedap malam. Aleena celingukan mencari bunga yang tertangkap oleh indra penciuman nya, tapi tak ada bunga sama sekali di ruangan itu. "Aneh... Gak ada bunga sama sekali di ruangan ini. Tapi aku jelas mencium bau bunga sedap malam..." batin Aleena.

Aleena ingin bertanya pada Gun, tapi Gun tampak sudah masuk lebih jauh ke dalam rumah. Aleena segera mengikutinya. Memasuki lebih dalam, ada sebuah ruang keluarga yang di lengkapi dengan TV dan set audio. Ruangan ini juga sama saja. Gelap dan suram.

Lebih jauh masuk ke dalam, ada ruang makan besar dan di sisi kirinya ada 3 kamar bersisian. Gun membuka kamar di jajaran pertama. "Ini kamar buat kamu Al, kamu istirahat dulu aja. Kamu pasti lelah kan udah melewati perjalanan yang jauh tadi" kata Gun.

"Iya, makasih" Aleena masuk ke dalam kamar yang disediakan untuknya. Gun memasukkan tas besar milik Aleena lalu menutup pintu kamarnya.

Di dalam kamar itu ada satu pembaringan yang cukup besar. Ada juga satu lemari pakaian jati dan juga satu meja rias yang di lengkapi cermin besar berukir. Aleena mendekati cermin besar itu dan melihat bayangan dirinya sendiri. Aleena merapikan rambutnya yang tampak sedikit berantakan.

Aleena juga membuka lemari pakaian jati yang ternyata kosong. Karena tidak merasa mengantuk, Aleena memutuskan untuk membereskan semua barang bawaannya.

Baju-baju di masukan ke dalam lemari. Beberapa alat make-up di tatanya di atas meja rias dan tas kecil di simpan nya di sisi sebelah kiri meja rias itu.

Tiba-tiba Aleena merasa ada seseorang, bukan! Bukan seseorang melainkan 'sesuatu' sedang memperhatikan nya. Aleena merasa merinding lagi.

Di perhatikannya sekitarnya. Sepi. Jelas dia sendirian dikamar itu. Mana mungkin ada orang lain. Tapi seperti ada mahkluk lain yang ikut berada di dalam kamar itu.

Aleena menghampiri jendela besar yang ada di kamar itu dan menatap keluar. Hanya ada taman kecil yang di hiasi dua ayunan besi yang tampak sudah tua.

"Aneh... Rumah ini benar-benar aneh. Dua kali aku merasa merinding. Apa ada sesuatu yang tak kasat mata di rumah ini? Atau ini semua hanya perasaanku saja karena baru pertama kali masuk ke dalam rumah sebesar ini?" batin Aleena.

"Bagaimanapun aku harus betah tinggal disini. Demi membantu orang tuaku menyekolahkan adik-adikku. Lagipula tawaran kerja disini gaji nya lumayan besar. Jauh dari penghasilan ku bekerja di kampung. Aku harus kuat! Aku bukan gadis penakut!"

'Tok!' 'Tok!' 'Tok!' pintu kamar Aleena ada yang mengetuk. Membuyarkan lamunan nya.

"Masuk" kata Aleena.

Pintu terbuka, dan masuklah seorang wanita muda seusia Aleena. Wanita itu cantik dan berkulit hitam manis. Rambutnya keriting kecil-kecil. "Hai" sapa nya ramah lalu dia masuk dan duduk di sebelah Aleena di atas tempat tidur.

"Kamu Aleena, yang mau menjadi pelayan baru di tokonya Om Hans?" tanya gadis itu.

"Iya, kamu tahu?" Aleena balas bertanya.

"Kan Gun udah cerita"

"Oh... Kamu sendiri siapa?"

"Aku Meti, asisten rumah tangga di rumah ini"

"Oh iya. Semoga kita berdua bisa berteman dekat"

"Pasti dong!"

"Oya, apa Pak Hans memiliki istri? Aku tidak melihat ada wanita di rumah ini" tanya Aleena.

"Selama aku kerja disini, dia memang sendiri. Kamarnya juga terpisah sendiri di lantai atas. Aku juga tidak pernah melihat ada keluarga yang mengunjunginya. Entah Om Hans itu duda atau masih bujangan" jawab Meti.

"Wah kalau dia masih bujangan kebangetan! Udah tua gitu. Dia kan kaya raya. Masa gak laku sih?" celetuk Aleena.

Meti cekikikan mendengar kata-kata Aleena. "Kamu orangnya lucu, gak kayak si Gun!" kata Meti.

"Emang Gun kenapa?" tanya Aleena.

"Gun itu nyebelin dan usil!"

Tanpa sadar mereka semakin akrab. Aleena senang ternyata ada seorang gadis yang sebaya dengannya. Jadi dia tidak akan merasa kesepian tinggal di rumah besar itu.

Terpopuler

Comments

anggrymom

anggrymom

prolognya aja menarik nih, ak ijin bc ya thor🙏🙏😍 walaupun agak takut

2021-04-26

1

Mina Karel

Mina Karel

hadiiir

2021-03-17

1

Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope

Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope

Penasaran & suka ❤️🔥❤️🔥❤️👍

2021-02-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!