Dengan langkah gontai, Elvina berjalan menuju ke parkiran, dimana dia memarkir sepedanya. Ya, Elvina juga bisa memakai mobil, tapi dia lebih suka memakai sepeda karena sekalian olahraga pagi ketika berangkar sekolah dan mengurangi polusi udara, terlebih di Jakarta.
Kejadian saat pelajaran Pak Andin masih tergiang di kepalanya. Raymond membelanya dan Eric mengangapnya tidak penting. Hah.. Rasanya benar-benar menyesakkan.
"Vina."
Elvina tersadar dari lamunannya dan menoleh kesamping, ternyata yang memanggilnya adalah Keira. "Ya? Sorry, tadi kurang fokus, hehe," ucapnya sembari terkekeh kecil.
"Udah sih, enggak usah lagi lo pikirin si Eric! Enggak guna!" Keira sudah tahu apa yang Elvina pikirkan. Jangan tanya betapa marahnya Keira, dia tadi ingin memukuli Eric rasanya, tapi Elvina berusaha menahannya. "Eric itu enggak tahu dimana otaknya. Pinter banget ngomongnya, entahlah dapet darimana tuh mulut."
"Udahlah Kei, lagipula Eric bener, untuk keadaan sekarang. Gue sama sekali gak penting buat menghabiskan jam pelajaran." Elvina berusaha menahan kesesakannya.
Keira mendengus sebal. Dia tidak habis pikir, kenapa Elvina masih membela pria kurang ajar seperti itu.
"Serah lo ah! Eric mau ituin lo sampe ratusan kali, lo masih aja bela dia. Mending gue pulang, udah dijemput. Duluan ya," ucap Keira yang melihat ayahnya sudah menjemput.
Elvina dan Raymond mengangguk sembari tersenyum. "Iya, hati-hati ya."
"Okay. Lo juga hati-hati di jalan, sepeda lo disana tuh."
"Iya. Aku tahu, dadah.."
"Dah."
Keira berjalan pergi darisana, meninggalkan Elvina bersama Raymond di belakangnya. Elvina berbalik, menatap Raymond, Elvina berusaha mengangkat kedua sudut bibirnya membentuk senyum.
"Makasih ya Ray, tadi udah bantuin aku pas dimarahin Pak Andin."
Raymond tersenyum. "Iya, santai aja. Lagipula emang bener kok, lo udah mau pulang?"
Elvina mengangguk. "Ya udah, hati-hati dijalan ya," ucap Raymond sembari tersenyum.
Elvina mengangguk lagi. Dia berjalan ke sepedanya, membuka gemboknya, meletakkannya dan naik ke sepedanya. Sebelum pergi, dia masih sempat melambai ke arah Raymond dan Raymond langsung membalasnya sebelum dia pergi darisana.
•Foolish Love Part 4•
Eric menghembuskan nafas kesal karena dia tidak bisa fokus belajar, dia menutup buku IPSnya dan mengambil ponselnya. Eric mendengus ketika dia tidak menemukan notifikasi pesan yang akan dia dapat setiap malam. Benar-benar aneh. Eric membuka linenya, mencari pesan itu, tapi tidak dia dapatkan.
Eric berdecak sebal, dia beranjak dari kursinya dan berbaring di kasurnya, meletakkan ponselnya disampingnya. Ingatannya kembali kepada kejadian tadi sore, saat pelajaran Pak Andin, mengingat juga wajah sedih dan murung Elvina.
Tapi baru sebentar, Eric langsung mengelengkan kepalanya cepat. "Gila! Ngapain gue peduliin dia? Gak guna banget! Enggak! Jangan pikirin orang gila itu Eric!" tegas Eric untuk dirinya sendiri.
Dia langsung membenarkan posisinya untuk tidur, memejamkan matanya. Tapi sial! Dia tidak bisa tidur! Dia kembali duduk, mengacak rambutnya sendiri. Bertanya kepada dirinya sendiri, ada apa dengannya.
Line!
Mata Eric melebar. Tidak seperti biasanya, dia tidak mengabaikan pesan itu terlebih dahulu dan langsung mengambilnya. Kelegaan yang entah darimana muncul di hati Eric , dia segera membuka pesan dari Elvina itu.
Elvina:
Good night Eric.
Mata Eric membulat. Dia kembali men-scroll berusaha memastikan kalau hanya satu pesan saja yang dikirim Elvina. Tapi ternyata itu memang benar, pesan dari Elvina hanya satu.
WHAT?!! Tidak biasanya Elvina hanya memberikan 1 pesan saja. Dia akan mengirimkan beberapa, bahkan puluhan pesan.
Eric berpikir, apakah ini berkaitan dengan kejadian tadi sore? Elvina marah kepadanya. Namun tidak lama, Eric kembali mengeleng-gelengkan kepalanya berusaha menyingkirkan pikiran itu.
"Buat apa gue peduli? Marah? Bodo amat!" tegasnya.
Dia langsung mematikan ponselnya dan berusaha kembali tidur. Tapi tidak lama, matanya kembali terbuka. Eric mendengus, tampaknya ini akan menjadi malam panjang untuknya.
•Foolish Love Part 4•
"Gila, gila Ric! Napa lo?! Kok kayak panda?!" tanya Ravindra heboh ketika melihat kantung mata dibawah mata Eric.
"Berisik," kesal Eric.
"HAHAHA..." Ravinda tertawa dengan keras membuat sekelas berusaha menahan tawanya. "Gila! Pertama kalinya dalam hidup gue, gue lihat mata panda di wajah lo. Biasanya gue yang sering terus dimarahin sama lo. Napa lo? Ada masalah sama bini?"
"B-E-R-I-S-I-K," eja Eric satu-persatu dengan tatapan tajam, tanda dia benar-benar tidak mau diganggu.
Semalaman Eric tidak bisa tidur sehingga dia benar-benar mengantuk dan lemas. Tapi Ravindra malah menambah masalahnya dengan berisik seperti itu.
Namun Ravindra tidak takut, dia malah semakin tertawa. Hanya Ravindra yang berani tertawa keras seperti itu.
Eric menghembuskan nafas kesal, kemudian memilih melipat tangannya, meletakkan kepalanya di atas tangan sebagai bantal agar dia bisa tidur, tidak memedulikan tawa Ravindra. Eric baru saja tidur 4 jam, ya dia tidur jam 2 pagi dan bangun jam 6 untuk bersiap-siap.
"Rasain tuh. Karma kali habis kemarin ejekin orang." Keira tiba-tiba berbicara.
Eric mendengarnya, tapi memilih untuk mengabaikannya. Ravindra yang mendengarnya juga hanya terkekeh kecil. "Ayang Keira, selalu aja nyahut kalau aku disana."
"Kutumu!"
Keira mendengus sebal ketika Ravindra terkekeh. Dia menoleh ke pintu dan menemukan Elvina yang sedang berjalan dengan langkah gontai.
"Vina!" panggil Keira sembari melambaikan tangannya.
Elvina yang mengangkat kepalanya dan menarik kedua sudut bibirnya, lalu memberikan lambaian tangan. Elvina mergenyit sembari berjalan ke kursinya, walau matanya masih fokus kepada Eric yang tidur. Aneh, tidak biasanya pria itu tidur.
Tanpa siapapun sadari, Eric sempat membuka matanya mendengar nama Vina disebut. Artinya Elvina datang. Namun Eric tidak bergerak, dia tetap di posisinya dan kembali memejamkan mata.
"Dia tidur Vina. Enggak bisa tidur kayaknya semalem, matanya aja udah kayak panda," sahut Ravindra.
"Apa?" Elvina terkejut, dia lantas meletakkan tasnya di kursi, menghampiri Eric membuat Keira memutar bola matanya malas. "Eric kok bisa enggak tidur semaleman? Kan biasanya dia selalu tidur teratur."
Ravindra mengangkat kedua bahunya. "Enggak tahu. Pengecualian kali buat hari itu."
Eric terkejut ketika merasakan Elvina memegang lengannya. "Eric tidur ya?" tanyanya pelan agar Eric tidak terbangun.
"Iya tidur," sahut Ravindra lagi.
Elvina tertawa kecil melihat Eric yang masih memejamkan mata, dia tidak pernah melihat wajah Eric sedekat ini, karena biasanya dia langsung dimarahi oleh Eric. Kesempatan langka bisa melihat Eric sedekat ini.
Tanpa Elvina sadari, jantung Eric berdegup kencang, dia bisa merasakan nafas Elvina menerpa wajahnya. Tapi tidak lama, Elvina menjauhi wajah Eric membuat Eric lega seketika.
"Ya udah, biarin dia tidur aja. Masuk masih 15 menit lagi," ucap Elvina dibalas anggukan kepala Ravindra.
"Elvina!"
Elvina seketika menoleh ketika namanya dipanggil. Ternyata yang memanggilnya adalah Raymond. "Loh Raymond? Kenapa?" tanyanya dengan senyumnya.
"Lo dipanggil sama Pak Bayu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Lynna Mariyana
seruu cerita anak SMA
2021-01-05
0
Ruby 1213191
lanjut ya thor
2020-01-08
1