bab 4

“Aku enggak lihat apa-apa kok.” Rara yang dari tadi  memperhatikanku, hanya bisa mengeritkan alisnya dan menatap heran, dengan sikapku yang tiba-tiba sangat aneh. Ditambah lagi wajahku yang terlihat sangat merah.

“Hoh, aku kira kamu kenapa. Habisnya diajak omong kamu malah diam aja.” Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Rara, sekali lagi aku menoleh ke arah belakang. Ternyata siswa itu sudah pergi jauh.

Sesampainya di kantin, aku langsung pesan mie ayam pangsit dua posrsi.

"Ra, kita duduk di sana aja ya.” Aku menunjuk ke arah bangku kantin yang ada dipojokkan. Untung Rara mau menurutiku, ada alasan tersendiri kenapa aku memilih duduk  di tempat paling pojok.

"Boleh.” Setelah duduk aku langsung menyantap mie ayam, sebelum duduk di sini aku

“Yuri, tadi muka kamu merah banget loh. Tadi itu kamu kenapa ya?” aku yang tengah menyantap mie ayam Pak Tono, langsung tersedak mendengar pertanyaan Rara.

"Uhukk!"

"Eh, minum dulu. Makanya kalau makan itu hati-hati. Jangan buru-buru." Rara langsung  memberikan segelas air minum padaku. Padahal aku tersedak mie ayam gara-gara pertanyaan dia.

“Masa sih? Memangnya muka aku kelihatan merah banget ya?” Rara hanya menganggukkan kepalanya.

“Kelihatan banget loh, wah. Jangan-jangan ada sesuatu nih,” tabaknya.

“Ih, apaan sih Ra. Orang enggak ada apa-apa kok.” Aku pun melanjutkan makan siangku, tapi aku merasa risi. Masalahnya Rara terus menatapku, jangan-jangan dia curiga lagi sama aku. Apalagi tatapannya sedikit mengintimidasiku.

"Jangan bohong kamu,” ucap Rara, menebak apa yang sudah terjadi

"Aku enggak bohong kok. Serius deh."

"Hm, ya sudah kalau begitu. Oh iya jangan lupa ya, kemarin kamu sudah janji mau traktir aku makan es krim di toko yang baru buka itu ya."

"iya, tenang aja. Aku ingat kok." Aku kembali melanjutkan makan siangku, jujur saja sebenarnya aku ingin sekali bercerita, tapi aku takut. Takut dia akan mengejekku , ia tahu diriku tidak mungkin bisa menyukai seseorang.

"Ra, Rara!" teriak siswa lain memanggil nama temanku. Ternyata yang memanggil Rara adalah Doni, dia adalah kakak kelas kami berdua.

“Widih! Enak nih lagi makan mie ayam di sini,” ucap Doni, “bagi dong mie ayamnya.” Tiba-tiba Doni merampas garpu milik Rara dan melahap mie ayam miliknya. Rara yang tidak ingin berbagi mie ayam dengan Doni, langsung memukul lengan Doni.

“Songong nih orang! Datang-datang langsung makan mie ayam orang," ujar Rara kesal.

“Yeilahh! Gitu aja pelit amat lo sama gue, gue kan cuma pengen coba mie ayam punya lo Ra.”

“Beli sana sendiri!” Rara memutar bola matanya malas, ia pun kembali melanjutkan makan siangnya. Sebelum makan. Ia menoleh ke arah Yuri yang ada di depannya.

“Yuri, kamu kenapa?” tanya Rara melihatku menundukkan wajahku, aku tidak tahu jika Doni datang bersama dengan temannya.

Kuangkat sedikit wajahku, kulirik mataku ke arah temannya Doni yang masih berdiri, saat aku melihatnya ternyata dia juga melihatku. Buru-buru aku mengalihkan pandanganku ke arah lain. Rasanya aku ingin pergi dari sini, aku malu banget ketemu sama temannya.

“Teman loe kenapa Ra?” tanya Doni melihat sikapku.

“Enggak tahu, perasaan dari tadi enggak kenapa-kenapa. Apa jangan-jangan ada lo datang ke sini makanya teman gue enggak nyaman sama loe.” Spontan aku menoleh ke arah Rara, dan menyenggol kakinya lewat kolong meja. Enak aja dia ngomong kaya gitu. Nanti kalau Doni tersinggung gimana.

“Heh! Bu-bukan kok, aku enggak apa-apa kok.” Aku menatap tajam ke arah Rara, aku jadi merasa tidak enak dengan Doni. Padahal aku seperti ini bukan karena Doni, melainkan temannya yang dari tadi terus memperhatikanku.

"Sini Don, duduk," ajak Rara pada Doni. Ia menggeserkan tubuhnya agar Doni bisa duduk di sampingnya.

“Alex, duduk dulu di sini. Kita makan di sini aja.” Doni menyuruh temannya untuk duduk bersama, aku baru tahu. Ternyata siswa yang aku temui kemarin di kelas kosong namanya Alex.

Eh? Tunggu dulu, kayanya aku pernah dengar nama Alex deh, tapi di mana ya? Kucoba ingat-ingat nama itu, terlintas nama itu pernah disebutkan oleh Dewi.

“tolong catat omongan gue! Lo jangan pernah dekat sama Alex.”

Akhirnya aku ingat. Jadi maksud Alex yang dimaksud Dewi itu dia toh.

“Iya.” Alex pun duduk, tepat di sampingku. Ya Allah, kenapa dia malah duduk di samping aku sih? Aku semakin gugup dibuatnya, mau melanjutkan makan mie ayam, tapi enggak bisa. Padahal perutku masih lapar.

"Ra, besok ada pertandingan sepak bola  di kampung B. Ikut yuk? Kita nonton bola, di sana banyak jajanan loh," ucap Doni.

"Serius? Bolehlah kita nonton bola. Tapi Yuri bolehkan ikut sama kita?”

"Iya boleh, ajak aja. Makin banyak yang ikut nonton, makin seru.”

“Ri, besok kamu mau ikut ya? Kita nonton sepak bola yuk di kampung B? Mumpung besok libur.” Aku masih terdiam belum menanggapi ucapan Rara, saat ini perasaanku sudah campur aduk, aku terus saja menundukkan wajahku ke arah bawah meja makan.

Rara yang heran dengan sikapku, langsung memukul tanganku sedikit kencang, dan membuatku kesakitan.

"Aww!" kuusap tanganku yang tadi dipukul olehnya, ternyata Rara memukul tanganku enggak main-main.

“Ditanya kok malah diam aja, kamu lagi kenapa sih? Dari tadi tunduk ke bawah terus? Di bawah ada apa sih?”

“Enggak ada apa-apa kok, tadi kamu mau ngomong apa?” tanyaku sekali lagi, kali ini aku harus bersikap tenang. Agar dia tidak curiga, maklum rasa curiga Rara terhadap orang lain cukup kuat. Dia mampu membaca apa yang orang itu pikirkan, bahkan dari gerak tubuhnya saja dia sudah tahu.

Rara tidak langsung menjawab pertanyaanku, ia masih menatapku heran. Kuperhatikan wajah Rara, ternyata matanya tertuju ke arah Alex.

“Kak Alex?”

“Kenapa Ra?”

“Kakak sudah kenal teman saya?” aku mendelik ke arah Rara, maksudnya apa coba ngomong kaya gitu ke dia.

Alex hanya menggelengkan kepalanya, “belum, memangnya nama teman kamu siapa Ra?”

“Namanya Yuri. Dia teman saya Kak, orangnya sedikit pemalu.” Aduh, kenapa dia malah ngomong kaya gitu sih ke temannya Doni. Kalau sudah begini aku lebih baik pergi dari pada mati kutu di depan Alex.

“Ra, aku ke toilet dulu ya.” Aku bangkit dari duduk, aku sudah tidak tahan lagi jika berlama-lama di sini. Tanpa Yuri sadari Alex terus memperhatikan Yuri yang saat itu sudah pergi meninggalkan mereka bertiga.

“Akhirnya ke bongkar juga sikap kamu,” batin Rara, sebenarnya ia sudah mengetahui apa yang sudah terjadi dengan temanya ini. Maka dari itu Rara sengaja berkata seperti itu pada Alex.

Ya, dia adalah teman main Doni. Sekaligus teman Rara masa kecil Namanya Alex Jordan Sandra,  umur 18 tahun.  Alex mempunyai postur tubuh yang sama dengan Doni dengan tinggi badan 170cm . Dan juga sangat menyukai sepak bola. Berkulit putih hidungnya mancung tapi tidak terlalu tampan seperti Doni.

"Oh, ya Allah. Kok bisa sih aku ketemu sama dia di kantin? Aku malu banget ketemu sama cowok itu? Aduh parah-parah,” gumamku, aku terus saja berjalan di sepanjang koridor sekolah. Karena aku jalan terlalu terburu-buru, aku tidak lihat jika di depanku ada orang. Alhasil aku menabraknya.

“Ya, Allah maaf. Saya enggak seng-“ ucapku terhenti ketika tahu siapa yang aku tabrak adalah Dewi, kakak kelas yang selalu menganggukku.

"Aduh! Makanya kalau jalan itu pakai mata dong! Gara-gara lo seblak gue jadi tumpah!" Terlihat wajah Dewi begitu marah, aku yang sudah takut hanya bisa diam mematung. Bingung apa yang harus aku lakukan selain minta maaf.

“Ka-kak Dewi, saya minta maaf. Saya enggak sengaja tabrak Kakak.”

“Enak lo ya tinggal bilang maaf setelah tabrak gue! Lihat baju gue, jadi kotor gara-gara lo!” Dewi yang mempunyai suara begitu nyaring, membuat siswa lain menoleh ke arahnya.

"Aku minta maaf Kak, saya enggak sengaja tabrak Kakak. Saya enggak lihat kalau di depan ada Kakak.”

"Makanya kalau jalan tuh pakai mata. Jangan pakai dengkul! Tapi kebetulan ada lo di sini, ayo ikut gue ke belakang sekolah! Udah lama banget kita enggak pernah bercanda lagi sama lo.” Dengan kasarnya ia menarik tanganku, aku diseret ke belakang sekolah. Sedangkan siswa lainya, tidak ada yang berniat membantuku. Mereka semua tidak ada yang berani melawan Dewi beserta satu gengnya

"Mau apa Kak kita ke belakang sekolah?” Aku sedikit memberontak agar ia melepaskan tanganku.

“Enggak usah banyak  omong! Pokoknya ikut aja ke belakang sekolah, gue ada urusan sama lo, mumpung teman gila lo lagi enggak ada di sini.” Setelah diseret secara paksa, aku sampai di belakang sekolah, ia dengan kasarnya mendorong tubuhku hingga punggungku terbentur tembok kasar.

Aku sedikit sesak ketika punggungku menghantam tembok kasar, rasanya sakit. Padahal sudah 1 tahun aku terus menghindar darinya.

Setiap kali dia ada depan gerbang sekolah, pasti aku selalu berlari menghindar darinya. Begitu juga saat pulang sekolah, setiap kali berpapasan dengan Dewi, aku selalu menjauh dan mencari jalan aman. Itulah sebabnya saat di kantin aku mengajak Rara untuk makan di pojokkan, karena aku sempat melihat ada teman-teman Dewi sedang melihat ke arahku. Tapi tidak hari ini, aku kembali bertemu dengannya dan dia berhasil menyeretku.

Sebelum ia melakukan aksinya terhadapku, matanya terus memperhatikan sekitar. Takut ada siswa yang lain yang melihatnya. Terutama Rara.

“Heh!” Dewi mencengkeram kerah bajuku. Membuat leherku tercekik

"Sudah lama ya, kita tidak bertatapan wajah seperti ini? Kalau gue perhatikan sikap lo, selama ini lo selalu menghindar dari gue secara terang-terangan. Lo tahu enggak, sikap lo yang kaya gini bikin gue semakin benci sama loe!”

"Kak, saya mo-mohon lepaskan tangan Kakak dari kerah baju saya. Saya enggak bisa napas Kak.” aku berusaha melepaskan tangan Dewi dari kerahku, sayangnya ia tidak mau mendengar permintaanku. Padahal aku sudah hampir kehabisan oksigen.

"Diam lo!" bentaknya lagi.

“Kak, bisakah kita bicara baik-baik? tolong jangan bertindak dengan cara kasar, kalau pun saya ada salah sama Kakak. Saya minta maaf.”

“Gue enggak butuh kata maaf dari lo, gara-gara lo. Sikap Alex jadi berubah.”

“Hah! Ma-maksud Kak Dewi apa?”

“Jangan pura-pura bego lo ya.”

 

Terpopuler

Comments

Buna_Qaya

Buna_Qaya

mampir di novel ku yuk
Klik profil author nya 🤗🤗🙏🙏

2022-05-31

0

Aku Nob

Aku Nob

kok pemeran utamanya lembek sih

2022-03-13

0

Buna_Qaya

Buna_Qaya

maaf klo aku salah baca part sebelumnya bukannya dewi anak kelas 3 dan harusnya udah lulus yaa klo yuri nya naik kelas 2😁😁

2021-11-16

1

lihat semua
Episodes
1 bab 1
2 bab 2
3 bab 3
4 bab 4
5 bab 5
6 bab 6
7 bab 7
8 Bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 Bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 bab 34
35 bab 35
36 bab 36
37 bab 37
38 bab 38
39 bab 39
40 bab 40
41 bab 41
42 bab 42
43 bab 43
44 bab 44
45 bab 45
46 bab 46
47 bab 47
48 bab 48
49 bab 49
50 bab 50
51 bab 51
52 bab 52
53 bab 53
54 54
55 bab 55
56 bab 56
57 bab 57
58 bab 58
59 bab 59
60 bab 60
61 bab 61
62 bab 62
63 bab 63
64 bab 64
65 bab 65
66 bab 66
67 bab 67
68 bab 68
69 bab 69
70 bab 70
71 bab 71
72 bab 72
73 bab 73
74 bab 74
75 bab 75
76 bab 76
77 bab 77
78 bab 78
79 bab 79
80 bab 80
81 bab 81
82 bab 82
83 Ratna penghianat
84 berhasil lolos dari maut
85 Kondisi Yuri memprihatin kan
86 Emosi Raffi memuncak
87 Yuri tersadar
88 Penjara
89 Alex nakal
90 kebebasan Ratna
91 di balik semua ini
92 tertangkapnya Bayu
93 Yuri merasakan sakit di perutnya
94 Keadaan Bayi Yuri memprihatinkan.
95 Kehilangan.
96 Kepergian Bayi
97 bangkit kembali
Episodes

Updated 97 Episodes

1
bab 1
2
bab 2
3
bab 3
4
bab 4
5
bab 5
6
bab 6
7
bab 7
8
Bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
Bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
bab 34
35
bab 35
36
bab 36
37
bab 37
38
bab 38
39
bab 39
40
bab 40
41
bab 41
42
bab 42
43
bab 43
44
bab 44
45
bab 45
46
bab 46
47
bab 47
48
bab 48
49
bab 49
50
bab 50
51
bab 51
52
bab 52
53
bab 53
54
54
55
bab 55
56
bab 56
57
bab 57
58
bab 58
59
bab 59
60
bab 60
61
bab 61
62
bab 62
63
bab 63
64
bab 64
65
bab 65
66
bab 66
67
bab 67
68
bab 68
69
bab 69
70
bab 70
71
bab 71
72
bab 72
73
bab 73
74
bab 74
75
bab 75
76
bab 76
77
bab 77
78
bab 78
79
bab 79
80
bab 80
81
bab 81
82
bab 82
83
Ratna penghianat
84
berhasil lolos dari maut
85
Kondisi Yuri memprihatin kan
86
Emosi Raffi memuncak
87
Yuri tersadar
88
Penjara
89
Alex nakal
90
kebebasan Ratna
91
di balik semua ini
92
tertangkapnya Bayu
93
Yuri merasakan sakit di perutnya
94
Keadaan Bayi Yuri memprihatinkan.
95
Kehilangan.
96
Kepergian Bayi
97
bangkit kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!