Send
Ting
[Iya sayang, tunggu di tempat biasa ya]
[Ok]
Bergegas aku memasukkan ponselnya ke dalam tas, berjalan di koridor sekolah. Melewati beberapa kelas yang sudah kosong.
Di saat aku berjalan di koridor sekolah untuk pulang, mataku tanpa sengaja menoleh ke arah kelas yang kosong, yang mana pintunya setengah terbuka, sedangkan pintu kelas yang lainya tertutup rapat. Karena penasaran, aku sedikit mengintip dibalik pintu.
Setelah melihat ke dalam, kulihat ada satu siswa laki-laki sedang berdiri menghadap ke arah jendala kaca yang sudah terbuka lebar. Entah kenapa, tiba-tiba saja kakiku melangkah masuk ke dalam.
“Dia lagi lihat apa ya?” batinku bertanya-tanya, aku terus memperhatikan siswa itu. Tiba-tiba angin berembus sedikit kencang, namun masih terasa sejuk saat mengenai wajahku, ditambah cahaya matahari senja, yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka lebar.
Membuat wajah siswa itu terlihat jelas, saat wajahnya menengok ke samping sedikit, tanpa menyadari ada aku di sini sedang memperhatikannya. Aku terus memperhatikan wajahnya walau pun terlihat dari samping. Terlihat senyum bibirnya mengembang membuat jantungku berdekat kencang.
“Ya Allah, kok dadaku jadi begini sih?” kusentuh dadaku yang terus berdetak, padahal hanya melihat senyumnya saja membuat jantungku nyaris keluar.
Aku terus menatap wajah siswa itu, wajahnya terlihat sangat manis, putih, hidungnya mancung, bibirnya tipis dan sedikit berwarna pink pudar. Membuat hatiku berdebar.
“Astagfirullah!” aku menepuk pipiku agar tidak membayangkan wajah laki-laki yang bukan mahramnya, "sadar Yuri, kamu enggak boleh seperti ini.” Lagi-lagi aku menatap kembali siswa itu, untungnya ia masih belum sadar aku ada di sini sedang memperhatikannya. Kalau dia sampai tahu aku ada di sini, bisa gawat.
Tring suara nada dering ponselku berbunyi, spontan siswa itu kaget bukan main. Begitu juga dengan diriku yang ikut kaget. tiba-tiba ponsel yang di dalam tas pun berdering. Saat itulah, mata kami saling bertemu.
DEG!
“Itu, ma-maaf.” Aku terlihat sangat gugup, bingung apa yang harus aku jelaskan padanya. Aku takut dia berpikir aku seorang anak yang tidak punya sopan santun karena terus memperhatikan dirinya.
Aku semakin dibuat salah tingkah, mamah terus saja meneleponku. Aku tahu, mamah pasti sudah menungguku di gerbang sekolah.
"Ma-maaf saya, saya tidak bermaksud--" Wajahku sudah terasa panas, aku yakin sekali pasti wajahku sudah memerah seperti udang rebus. Inginku jelaskan padanya, sayangnya suaraku seperti tersangkut di tenggorokan.
"Saya, permisi. Maaf sudah mengganggu Kakak, sekali lagi saya minta maaf.” Aku langsung keluar dari kelas begitu saja, sedangkan siswa itu masih terdiam di kelas kosong. Aku terpaksa pergi, hanya ini yang bisa aku lakukan.
Aku terus berlari sampai gerbang sekolah, dan benar saja mamahku sudah membunyikan klakson mobil ketika melihatku berlari.
"Sayang?" panggil mamaku dari dalam mobil, ia melambaikan tangannya agar aku cepat masuk.
"Sayang, kok kamu lama banget sih keluar dari sekolah? Katanya Kamu sudah selesai belajarnya? Dari tadi Mamah hubungi kamu, tapi enggak dijawab sama kamu.” Mamah sedikit menggerutu.
"Maaf, Mah. Tadi aku dari toilet. Perutku sakit,” ucapku berbohong, ya Allah. Maaf kalau aku berbohong sama mamah.
"Oh, harusnya kamu bilang dong ke Mamah, kalau kamu lagi di toilet."
"Iya, Mah. Yuri minta maaf. Tadi lupa kasih kabar."
"Ya sudah, tidak apa-apa. Ayo kita pulang." Adzan magrib berkumandan, barulah aku sampai di rumah. sesampainya di rumah aku langsung masuk. Tak lupa aku mengucapkan salam terlebih dahulu.
“Assalamualaikum,” salamku, bergegas aku berjalan ke lantai 2. Kebetulan kamarku ada di lantai 2, aku langsung membuka seragamku dan mandi untuk menyegarkan tubuhku yang sudah lengket penuh dengan debu dan kotoran.
Selesai mandi, dan sholat magrib aku turun ke bawah, untuk makan malam bersama ayah dan mamah di ruang makan. 20 menit sudah aku selesai makan bersama.
“Mah, aku ke kamar dulu ya. Aku cape mau tidur dulu.”
“Oke, jangan lupa. Sebelum tidur kamu harus ambil air wudhu dulu, biar kamu tidur dalam keadaan suci.”
“Oke, Mah.” Kuberikan 2 jempol untuk mamahku dan juga ayahku, mereka berdua adalah orang tua terbaik yang pernah aku miliki selama hidupku.
Sesampainya di kamar aku langsung menjatuhkan bobot tubuhku ke kasur empukku.
“Ya, Allah. Nikmat banget bisa rebahan di kasur empuk kaya gini, terima kasih ya, Allah. Engkau telah memberiku nikmat luar biasa,” ucapku dalam hati penuh rasa syukur.
Saat Mataku menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih, entah kenapa bayangan wajah siswa yang tadi aku temui di kelas kosong. Langsung terlintas dalam benakku.
"Siswa tadi siapa ya? Aku belum pernah melihatnya di sekolah, apa mungkin dia anak baru ya?” batinku terus berpikir, selama aku bertemu banyak siswa di sekolahku. Baru kali ini aku melihat siswa laki-laki itu, jangan-jangan dia anak baru lagi.” Sepanjang malam aku terus membayangkan wajah siswa itu, aku benar-benar sangat penasaran. Rasanya ingin sekali aku bertemu kembali dan melihat senyum manisnya. Padahal jam sudah menujukan pukul 1 malam, tapi mata ini tidak bisa diajak kerja sama untuk tidur. Otakku masih terus membayangkan wajahnya.
tak terasa, aku tidur menjelang subuh. Sayup-sayup terdengar adzan subuh. Saking kantuknya tubuh ini susah untuk bangun.
“Yuri! Yuri! Bangun! Hari ini kamu enggak Sekolah. Ini sudah jam berapa? Kalau kamu enggak bangun, nanti kamu bisa terlambat masuk kelas!” Mamahku terus menggedor pintu kamarku, aku langsung bangun saking kagetnya mendengar suara mamah. Kulihat jam sudah menujukan pukul 06.30.
“Astagfirullah! Ya, Allah! Aku kesiangan, aduh. Gimana ini.” Aku panik bukan main, aku belum menyiapkan buku-buku pelajaran hari ini. Semalam aku lupa memasukkan buku pelajaran hari ini, ditambah lagi aku belum sholat subuh.
Selesai semuanya, bergegas aku turun ke lantai bawah.
“Aduh, kok tumben banget kamu kesiangan? Semalam kamu tidur jam berapa?” tanya mamahku.
“Aku tidur menjelang subuh Mah, semalam aku begadang."
"Kamu ini, ada-ada aja sih. Buruan masuk ke dalam mobil,” perintah mamah, aku langsung masuk ke dalam mobil.
Jam 7 lewat aku sampai di sekolah, untungnya gerbang sekolah masih terbuka lebar.
“Mah, aku masuk kelas dulu ya.” Kukecup tangan mamahku.
“Iya, belajar yang benar ya Nak.” Sebelum aku masuk ke gerbang sekolah, aku membalikkan badanku.
"Oh, ya. Mah, nanti sepulang sekolah, aku mau makan es krim sama temanku Rara. Nanti kalau aku sudah selesai, aku akan menghubungi Mamah ya."
"Oke, kalau begitu Mamah pulang ya."
"Iya, hati-hati di jalan." Kulambaikan tanganku ke arah mobil mamahku tercinta.
Teng...teng...teng...
Waktunya bel istirahat telah tiba, semua murid berbondong-bondong keluar menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah lapar. Begitu juga denganku, rasanya perut ini sudah membuat konser besar-besaran.
"kamu mau makan apa?” tanya Rara.
“Hmm, masih bingung mau makan apa.”
“Kalau gitu kita makan mie ayam pangsit aja.”
“Boleh.” Aku dan Rara berjalan menuju kantin, kami berdua masih terus mengobrol sampai akhirnya. Mataku melihat seorang siswa laki-laki yang kemarin sore aku temui di kelas kosong.
aku berpapasan dengannya, mata kami saling bertemu. Membuat jantungku semakin berdetak kencang, karena tak kuat ditatap olehnya. Spontan aku tertunduk malu, hanya melihat wajahnya saja membuat diri ini bergetar. Hingga akhirnya siswa itu melawati diriku.
“Yuri? Yuri! Hei!” Rara menyenggol lenganku, aku sedikit kaget.
“Ke-kenapa Ra?”
“Kamu kenapa? Dari tadi aku ajak omong,kamu malah diam aja! Kamu habis lihat apa sih?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rika Khoiriyah
lihat cogan, makanya gk konsen🤭🤭🤭
2023-01-11
0
@aini*_Thalita
semangat buat author
salam dari Carlos'Revenge
2021-05-14
1
intan puji astuti
sip kak bagus.semangat kk
2021-02-06
3