bab 5

"Lo pikir gue enggak tahu. Gue tahu semuanya, karena selama lo menghindar. Gue terus mantau gerak-gerik lo selama 1 tahun, sayangnya gue enggak bisa deketin lo, karena ada teman gila lo yang selalu ada di samping lo!” sekali lagi ia semakin kuat mencengkeram kerahku, aku takut. Aku tidak berani melawan, rasa trauma yang dulu pernah aku terima terulang kembali. Ya Allah, tolong hambamu ini, aku tidak bisa membalas perbuatannya.

"Sampai kapan pun lo menghindar dari gue, gue akan selalu pantau elo!” Dewi menoyor kepalaku dengan jari telunjuknya berkali-kali.  Sampai kepalaku terkena tembok kasar. Aku sudah tidak tahan lagi, ingin sekali aku melawan atas tindakkannya, tapi tubuhku tidak mau melawan.

Aku hanya bisa pasrah, tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa diam tak kala mendengar apa yang diucapkan olehnya benar. Selama 1 tahun ini aku selalu menghindar darinya. Ini semua aku lakukan untuk  kebaikan mentalku, kalau saja tidak ada Rara di sampingku, mungkin aku sudah tidak lagi di sekolah ini.

"Kak, tolong jangan sakiti saya. Sudah cukup saya diperlakukan kasar sama Kakak. Selama ini saya selalu sabar menghadapi Kakak. Tapi kali ini Kakak udah kelewatan!” Kutatap mata Dewi dengan tajam, aku tidak boleh lemah. Sudah saatnya aku melawan atas tindakannya yang kasar. Menang atau kalh itu urusan belakangan, yang jelas aku harus lawan dia.

Melihat tatapanku, Dewi hanya tersenyum miris. “Elo mau lawan gue? Sudah punya nyali lo?”

Aku tidak menjawab ucapannya, kuraih tangannya kuat-kuat agar ia bisa lepas dari kerahku. melihat aku melawan dirinya, Dewi terlihat terpenjarat. Dengan kuatnya aku melepaskan tangan Dewi dari kerah bajuku, membuat tangannya sedikit tergores terkena kukuku.

“Aakhh!” Dewi meringis kesakitan, punggung tangannya tergores merah.

“Kurang ajar!” Ia langsung menarik jilbabku, aku tahu dia marah besar. Tapi aku sedikit puas bisa melawannya walau sedikit. Aku tidak terima jika jilbabku ditarik paksa olehnya. Dengan kuatnya, aku dorong tubuh Dewi hingga ia melangkah mundur dan hampir terjatuh.

“Lo pikir gue takut sama lo! Jangan kira lo bisa lawan gue, terus gue takut sama lo,” bentaknya.

“Stop! Tolong jangan sakiti saya lagi, sudah cukup Kakak berlaku kasar terhadap saya. Kalau Kakak masih saja mengganggu saya, saya tidak akan segan-segan melapor tindakan Kakak sama saya!” Aku berharap dia takut dengan ancamanku, sayangnya semua itu hanya lah sia-sia. Dia tidak takut dengan ancamanku, yang ada dia malah menantangku.

“Mau lo lapor guru atau apa pun itu, gue enggak takut. Ancaman lo enggak akan bikin nyali gue ciut! Karena lo udah berani bikin tangan gue luka, sekarang. Giliran gue balas perbuatan lo.” Dewi maju ke arahku, ia melayangkan satu tangannya. Tiba-tiba.

PLAK..!

“Gimana rasa tamparan gue? Enak? Makanya, jangan macam-macam sama gue!” Kusentuh pipiku yang tadi ditampar olehnya, rasanya sakit, perih. Akhirnya air mataku keluar begitu saja, dalam beberapa detik tubuhku sudah bergetar hebat, aku sudah tidak kuat lagi menghadapi sikap Dewi yang begitu kasar terhadapku.

“Baru ditampar gitu aja air mata lo udah keluar, payah lo.” Lagi-lagi ia menoyor kepalaku. Bahkan kedua orang tuaku saja tidak pernah menamparku apalagi menoyor kepalaku seenaknya. Tapi dia, dengan entengnya melakukan itu semua.

“Gue udah muak lihat muka lo, dari awal gue udah benci sama lo.” Dewi yang melihatku tidak berdaya, ingin menampar sekali lagi dan menarik jilbabku. Ia tidak memikirkan  risiko apa yang akan dia hadapi ke depannya nanti , akibat perbuatannya.

 

"Lo jangan diam aja! Gue tahu lo  pura-pura lemas kan. Biar gue punya rasa kasihan sama lo, mana nyali lo yang tadi. Kabur? Hahah!” Ia tertawa terbahak-bahak melihat aku yang sudah ketakutan. Ditambah kepalaku terasa pusing, pandanganku sudah buram. Rasanya aku mau pingsan.

Di saat Dewi hendak menampar Yuri untuk kedua kalinya, tiba-tiba ada tangan yang menghentikannya. Spontan ia menoleh ke arah orang yang menahan tangannya.

“Sudah cukup! Jangan sampai perbuatan lo bisa gue laporin ke pihak sekolah, atau lebih parahnya lagi berurusan sama hukum kalau pihak sekolah enggak bisa bikin elo jera!” Alex menatap dingin ke arah Dewi, ia sudah melihat perbuatan Dewi terhadap Yuri. Baginya tindakan yang ia lakukan sudah di luar batas.

“A-Alex? Kok lo bisa ada di sini?” Dewi terlihat gugup, raut wajahnya berubah menjadi pucat saat tahu itu Alex.

“Sekarang lo pergi dari sini, jangan pernah lagi lo ganggu dia!”

“Lex, gue bisa jelaskan  ke lo. Ini semua enggak seperti apa yang lo lihat, gue sama dia lagi ada urusan yang harus gue selesai in.”

“Dengan tindak kekerasan maksud lo?” Dewi semakin terpojok akan perkataan Alex. Dengan kasarnya Alex menghempaskan tangan Dewi.

“Lex, plis. Tolong dengar dulu penjelasan gue,  gue sengaja ngelakuin ini semua sama dia. Biar dia tahu, untuk bersikap hormat sama Kakak kelasnya. Lagi pula, gue ngelakuin ini semua demi kebaikan dia kok.” Dewi terus bersilat lidah, apa yang dikatakannya semua bohong. Ia melakukan ini semua karena pada dasarnya ia membenci Yuri.

“Lo gila hormat ya? Sampai segitu nya lo sama Adek kelas sendiri, kalau lo mau dihormati sama Adek kelas. Lo juga harus punya sikap sopan sama orang lain!” kata-kata Alex mampu membuat Dewi tersindir, ia sudah tidak bisa lagi berkata apa-apa terhadap Alex. Apa pun alasannya, Alex tidak ingin mendengarnya lagi. Yang bisa ia lakukan hanya bisa terdiam, dan langsung pergi menjauh meninggalkan Yuri dan juga Alex.

Alex menghela napasnya, bisa-bisanya perempuan bersikap kasar terhadap sesama perempuan, melihat Dewi yang sudah pergi. Ia menoleh ke arahku, ia berjalan mendekat padaku. Apalagi keadaanku sekarang sudah tak beraturan.

“Kamu enggak apa-apa Dek?” tanyanya, aku hanya menunduk sambil menahan tangis. Karena aku tak kunjung jawab, ia pun membungkukkan badannya.

“Astagfirullah! Wajah kamu--“ Alex terkejut melihat pipiku yang sudah merah sedikit bengkak, akibat ditampar oleh Dewi.

“Saya antar ke ruang UKS ya, soalnya pipi kamu lumayan bengkak. Kita kompres pakai es batu ya.” Terlihat ia begitu panik melihat lukaku, sayangnya pandanganku sedikit kabur. Kepalaku terasa pusing.

“Ayo, kita ke UKS.” Perlahan ia meraih pundakku, aku dipapah olehnya.

“Maaf, bukan maksud saya lancang. Tapi saya ngelakuin ini karena ingin bantu kamu jalan, Kakak lihat kamu sedikit sempoyongan,” ucapnya, aku hanya mengangguk pelan. Aku memaklumi sikapnya. Akhirnya aku dibawa ke ruang UKS.

Semua siswa yang berada di koridor sekolah sangat terkejut, melihat aku dibantu jalan oleh Alex, aku malu. Aku semakin menundukkan kepalaku, kututupi wajahku dengan ujung jilbabku. Mirip seperti orang terpidana yang digiring ke penjara.

Akhirnya aku sampai di ruang UKS, di sana sudah ada guru yang bertugas menjaga UKS jika ada murid yang sakit.

“Permisi Bu, ini ada siswa butuh obat. Pipinya bengkak,” ucap Alex.

“Loh, kok bisa sampai bengkak begini? Kamu habis ngapain?” Guru itu sedikit heran ketika melihat pipiku yang sudah bengkak.

“Tadi saya habis jatuh Bu.” Tiba-tiba Alex menoleh ke arahku, mungkin dia kaget dengan ucapanku barusan. Aku yakin sekali dia pasti tahu luka ini karena apa.

“Yakin kamu jatuh? Jatuh di mana? Kalau jatuh pastinya lecet dong, ini bengkak begini.” Guru itu kembali bertanya, membuat aku semakin bingung. Alasan apa yang harus aku kasih.

“Dia bukan jatuh Bu, tadi ada siswa main bola basket di lapangan. Terus bolanya ke arah dia, alhasil pipinya kena bola basket.” Aku menatap Alex, tak ku sangka dia memberikan alasan yang tepat. Tapi kenapa dia melakukan hal itu padaku, Alex kembali menatapku dan tersenyum ke arahku sambil mengangguk pelan. Sepertinya aku tahu maksud kata-katanya.

“Hoh, kamu kena bolah basket? Bilang dong kalau kena bola basket, bola itu kan berat. Ya sudah, kamu duduk dulu di bangku. Ibu mau ambil es batu buat kompres pipi kamu.” Guru itu keluar dari ruang UKS, dan tinggallah kami berdua.

“Duduk dulu di bangku, tenang aja. Kamu Kakak temani.”

“Iya.” Aku berjalan ke arah bangku sambil menunggu guru datang, seketika suasana hening. Tidak ada pembicaraan antara kami berdua.

“Sebenarnya kamu ada masalah apa ya sama Dewi? Kok dia sampai tega tampar muka kamu sampai bengkak kaya gitu?” tanyanya tiba-tiba membuat aku salah tingkah.

“Hmm, saya juga enggak tahu Kak. Dari awal saya masuk sekolah, dia memang enggak suka sama saya Kak.” Alex mengertikan keningnya.

“Alasan dia enggak suka sama kamu apa?”

Aku hanya menggelengkan kepalaku, “saya juga enggak tahu Kak.” Aku kembali terdiam, aku masih memeggang pipiku.

“Pipi kamu perih ya?”

“Iya.”

Sebenarnya aku tahu alasan Dewi membenciku, kini aku tahu. Orang yang disukai oleh Dewi adalah Alex. Siswa yang saat ini ada di depan mataku.

Aku ingat satu tahun yang lalu saat Dewi membullyku di belakang sekolah. Dia mengatakan padaku untuk tidak dekat dengan Alex, padahal aku belum mengenal kak Alex saat itu.

“Jilbab kamu Dek”

“Eh?”

 

 

Terpopuler

Comments

Bunga Syakila

Bunga Syakila

up

2022-09-20

0

Fa Rel

Fa Rel

td berani knp skg jd lemah

2022-05-08

0

Emonee

Emonee

Like Thor 🧡🧡🧡🧡🧡🌟🌟🌟🌟🌟


mohon dukungan
Istriku Dokter Cintaku

My Lovely Gea

2021-04-28

4

lihat semua
Episodes
1 bab 1
2 bab 2
3 bab 3
4 bab 4
5 bab 5
6 bab 6
7 bab 7
8 Bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 Bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 bab 34
35 bab 35
36 bab 36
37 bab 37
38 bab 38
39 bab 39
40 bab 40
41 bab 41
42 bab 42
43 bab 43
44 bab 44
45 bab 45
46 bab 46
47 bab 47
48 bab 48
49 bab 49
50 bab 50
51 bab 51
52 bab 52
53 bab 53
54 54
55 bab 55
56 bab 56
57 bab 57
58 bab 58
59 bab 59
60 bab 60
61 bab 61
62 bab 62
63 bab 63
64 bab 64
65 bab 65
66 bab 66
67 bab 67
68 bab 68
69 bab 69
70 bab 70
71 bab 71
72 bab 72
73 bab 73
74 bab 74
75 bab 75
76 bab 76
77 bab 77
78 bab 78
79 bab 79
80 bab 80
81 bab 81
82 bab 82
83 Ratna penghianat
84 berhasil lolos dari maut
85 Kondisi Yuri memprihatin kan
86 Emosi Raffi memuncak
87 Yuri tersadar
88 Penjara
89 Alex nakal
90 kebebasan Ratna
91 di balik semua ini
92 tertangkapnya Bayu
93 Yuri merasakan sakit di perutnya
94 Keadaan Bayi Yuri memprihatinkan.
95 Kehilangan.
96 Kepergian Bayi
97 bangkit kembali
Episodes

Updated 97 Episodes

1
bab 1
2
bab 2
3
bab 3
4
bab 4
5
bab 5
6
bab 6
7
bab 7
8
Bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
Bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
bab 34
35
bab 35
36
bab 36
37
bab 37
38
bab 38
39
bab 39
40
bab 40
41
bab 41
42
bab 42
43
bab 43
44
bab 44
45
bab 45
46
bab 46
47
bab 47
48
bab 48
49
bab 49
50
bab 50
51
bab 51
52
bab 52
53
bab 53
54
54
55
bab 55
56
bab 56
57
bab 57
58
bab 58
59
bab 59
60
bab 60
61
bab 61
62
bab 62
63
bab 63
64
bab 64
65
bab 65
66
bab 66
67
bab 67
68
bab 68
69
bab 69
70
bab 70
71
bab 71
72
bab 72
73
bab 73
74
bab 74
75
bab 75
76
bab 76
77
bab 77
78
bab 78
79
bab 79
80
bab 80
81
bab 81
82
bab 82
83
Ratna penghianat
84
berhasil lolos dari maut
85
Kondisi Yuri memprihatin kan
86
Emosi Raffi memuncak
87
Yuri tersadar
88
Penjara
89
Alex nakal
90
kebebasan Ratna
91
di balik semua ini
92
tertangkapnya Bayu
93
Yuri merasakan sakit di perutnya
94
Keadaan Bayi Yuri memprihatinkan.
95
Kehilangan.
96
Kepergian Bayi
97
bangkit kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!