Aku dapati Betti terkulai lemas di lantai bawah tempat tidur nya tanpa sehelai benangpun. Aku melihat, matanya lebam, Hidung dan Bibir nya mengeluarkan darah, Betti pingsan juga dalam keadaan Pingsan.
" Neng Suci, kita bawa Betti ke Rumah Sakit terdekat saja. " Mang Nurdin ternyata sedari tadi ada di gerombolan Anak kost ini.
" Iya mang, tolong, segera kita bawa.
Ayok .... Bantu aku angkat. " Sekarang hanya Kepanikan yang ada.
Kutarik kain sprei kasur Betti dan kugulungkan ke badan nya, Dia terlihat pucat dan tak sadarkan diri.
Harus bagaimana ini?
Mereka, Anak penghuni Kost segera membawa Betti ke klinik terdekat tempat kos kami, sedang Aku bergegas membereskan pakaian Betti yang bisa kubawa ke Rumah Sakit.
Kami semua panik melihat keadaanya, Semoga Betti masih diberikan kesempatan untuk hidup. Karena melihat keadaannya yang sudah mengenaskan.
Di Rumah Sakit.
" Semoga Betti nggak papa ya Mang. "
aku hanya mondar mandir di depan pintu ruang perawatan.
Mang Nurdin hanya mengangguk dan Anak kost lain berusaha menenangkan Aku.
Tiba-tiba dokter keluar dari ruang perawatan dan memanggil.
" Keluarga pasien Betti? " Dokter itu celingukan mencari.
" Saya dok, Saya sodara nya Betti. "
Aku berbohong agar tidak ribet urusan nya.
Aku segera mendekati dokter itu dan mencari tau bagaimana kondisi Betti.
" Sodara Betti sudah kami tangani dengan semaksimal mungkin, Pasien mengalami kekerasan seksual, ada beberapa luka lebam, dan luka di bagian ***********, sudah saya obati dan saya berikan obat antibiotik juga, sekarang pasien sedang istirahat."
" Syukurlah. "
Aku dan Anak kost lain menghela nafas lega mendengar penjelasan dokter
Malam ini Aku menunggu Betti di rumah sakit, sedangkan anak kost lain memutuskan untuk pulang, rasa nya melihat Betti seperti ini tekatku untuk pergi dan mengakhiri pekerjaanku yang sekarang semakin besar.
Tak sadar Aku tertidur di sofa rumah sakit sampai Suster masuk dan memeriksa Betti pun Aku sudah tidak sadar.
" Suci... " suara lirih kudengar, berulang kali sampai Aku membuka Mata dan terkejut melihat matahari sudah nongol dari jendela kamar rumah sakit.
" Betti? " Aku segera berdiri dan menghampirinya.
" Suci, makasih ya, kamu sudah mau nemenin Aku disini dan bawa aku kesini. "
suaranya lirih dan agak terdengar tidak jelas, karena luka lebam dibibirnya.
" Iya sama-sama. " kupegang tangannya
" Bet, kenapa si bisa jadi kaya gini?
Kenapa kamu nggak cari pekerjaan lain aja? "
Aku bertanya dengan sangat tegas, agar dia tersadar apa yang dilakukan juga salah.
" Ini sudah jalan hidupku ci, semua demi urusan perut, bukan hanya perutku, tapi OrangTua ku di kampung juga bergantung kepadaku. "
Aku meneteskan air mata, mendengar ucapannya.
" Ci, makasih banyak, "
Dia kembali menggenggam Tanganku
" Untuk apa? "
Sambut ku
" Untuk semua nya, Kamu masih mau jadi Temanku kan?. "
Ucapnya membuat ku refleks memeluk tubuh nya yg lunglai.
" Berhentilah mencari uang dengan cara ini, Aku yakin Kamu bisa melakukan sesuatu hal yang bisa membuat kamu nyaman dan aman bet . " Ucapku masih tetap memeluk tubuh Betty, tak ku dengar balasan dari mulut nya, hanya ku dengar dia sesenggukan menangis.
" Percaya lah kamu pasti bisa keluar dari semua ini. " Ucapku meyakinkan nya.
" Sama halnya denganku bet, yang sudah ingin pergi dari dunia malam ini. "
Gumam ku dalam hati. Betti mengangguk sembari menyeka air matanya.
Di Kamar Kostku
Aku sudah berada di kamar kostku, Aku menitipkan Betti kepada Suster dirumah sakit.
karena Aku harus kembali bekerja nanti malam.
Jam menunjukan Pukul dua siang, rasanya perutku lapar sekali, tetapi Mataku sudah menahan kantuk sedari tadi, saat di taksi online saja Aku sempat tertidur.
Kubaringkan tubuhku sejenak di kasurku, kupejamkan mata dan akupun tertidur pulas.
Rasanya Aku tidur belum lama, tetapi kali ini perutku lapar sekali, Aku mengingat ada camilan di kulkas, bisa untuk mengganjal perut sembari memesan makanan cepat saji secara online.
" Kenapa Aku rasanya pengen banget makan Ikan bakar ya. "
Sambil ngemil keripik kentang, dan tangan kiriku memainkan ponsel pintarku, melirik menu makanan yang sudah ada di aplikasi.
" nah ini dia. " Pilihanku jatuh pada ikan bakar dengan sambal pedas Jontor nya.
Segera ku klik tombol order,
Kuletakkan ponsel di sebelahku, dan kembali melanjutkan makan keripik kentang yang ada di tanganku.
"tok... tok... tok..."
Suara ketukan pintu terdengar.
" Kok cepet banget. "
Aku mengerutkan Dahi heran, secepat itu kah datangnya makanan yang kupesen tadi.
Segera Aku berlari dan membuka pintu.
" Permisi, Nona suci? " Seseorang berdiri di depan pintu, diikuti dengan seseorang lagi yang bertubuh besar, Pria itu berdiri tegap dengan jas hitam, dan rambut klimis rapih, siapa dia.
Lumayan Tampan si, tetapi Aku sama sekali tidak mengenali mereka.
" Iya ada apa ya?
Kalian Siapa? "
Aku bertanya heran, karena tidak mengenalinya
" Maaf, Saya mau mengantar paket. "
Menyerahkan kotak putih berhiaskan pitah berwarna gold, juga buket bunga mawar putih dan biru.
" Tapi saya tidak memesan ini. "
Aku menolak nya
" Tolong terima Nona, dengan Anda menerima ini, Anda mempermudah pekerjaan Saya, jika Anda menolak , Tuan Saya akan marah besar, terlebih Saya sudah mengetuk pintu kamar Anda sejak tadi pagi, lebih dari sepuluh kali. "
Aku heran, mendengar gaya bicaranya, sepertinya dia bukan orang biasa, juga bukan kurir kan pastinya .
" Memang ini dari Siapa? " Tanyaku menatap keheranan memandang semua yang di pegangnya.
" Tuan kami, Dante. " Jawabnya singkat dan jelas.
Aku terkejut sekali mendengar jawaban nya
" Siapa Dante itu, kenapa selalu saja menggangguku, dia selalu mengirim pesan pribadi kepadaku, bunga, pakaian, makanan, sepatu. Aku bahkan sama sekali tidak mengenalinya. " bantahku.
" Maaf Nona, silahkan terima ini. " menyerahkan kotak dan bunga itu lalu pergi.
" hah, Dasar pria nggak sopan, main kasih-kasih aja terus pergi tanpa permisi. " Aku menggerutu.
Dante memang selalu mengirimkan bunga, pakaian mahal, tas, sepatu. Aku sampai tidak habis fikir siapa Dia sebenarnya dan sepenting apa kedudukannya.
Dan sekaya apa dia sampai kurang kerjaan seperti ini.
Tapi biasa nya cuma kurir atau laki-laki kekar tadi yang mengantar semua itu, lalu siapa pria tampan tadi ya, apa itu Dante?
Aah masa bodoh, Aku segera menutup pintu dengan Kakiku, karena kedua tanganku sibuk memegang kotak dan bunga pemberian pria tampan tapi Jutek tadi.
Segera kuletakkan benda-benda itu di meja dekat televisi di kamarku.
"tok..tok.. tok.."
suara ketukan pintu kembali ku dengar
" nah ini makanan ku datang ... "
Aku lari membuka pintu tapi ternyata pria tadi kembali lagi.
" Kenapa kembali lagi? apa kalian salah memberikan sesuatu? hmmmm..." tanyaku sedikit membentak.
" Nona, maafkan kami mengganggu.
Tuan kami berpesan, agar anda memakai gaun yang sudah saya bawakan tadi. Pukul delapan malam Saya akan kemari lagi menjemput Anda... "
menundukkan kepala lalu pergi berlalu.
" hey ....
Bagaimana bisa, Aku tidak mengenal Tuan mu itu!" Suaraku berteriak
Tapi tidak dihiraukannya, dengan jengkel kututup pintu kamar ku, sampai menimbulkan suara keras.
" tok ..tok.. tok .. " Suara Pintu di ketuk kembali kudengar.
" Ada apa lagi si. " Aku ngomel sambil menuju pintu.
" Mau apa lagi! "
Teriakku membuat seseorang di depanku kaget.
" Maaf mbak, Saya mau mengantarkan makanan ini. " Ojek online makananku ternyata
aduh Aku klejingan melihat nya.
" Maaf ... maaf ... Aku kira .... "
Belum selsai aku bicara, tetapi malah sudah di jawab nya
" Tidak apa-apa mbak, ini makanan nya. "
menyerahkan makanan yang ku pesan.
" berapa pak? "
Aku menahan malu.
" Semua sudah di bayar mbak "
Aku melongo
" Di bayar sama mas mas ganteng tadi. "
Ojek itu menunjukan Uang yang di berikan pria tampan misterius, Aku sudah bisa menebak, itu pasti pria Aneh tadi yang membayar semua ini.
" Malah saya di kasih lebihan banyak mbak... "
Dia memperlihatkan lembar demi lembar uang diperlihatkan ojek online ini, tetap aku tidak bisa menjawab apapun.
Ojek onlinepun pergi dengan sumringah nya.
Aku makan dengan lahap, tanpa memperdulikan semua yang barusan terjadi.
uuuhh... Kenyang sekali perut ku.
Tetapi masih banyak banget makanan yang aku pesan, memang sih tadi Aku pesan satu porsi ayam bakar, satu porsi ikan bakar, dan tumis cumi pedas. Aku hanya memakan ikan bakar pedas nya saja perutku sudah mau meledak.
Mau untuk apa makanan sebanyak ini ya. Ahaaaa....
" Aku antarkan makanan ini ke kamar mang Nurdin aja. "
Segera kuambil makanan ini , dan beberapa Snack yang ada di kulkasku, juga buah jeruk dan apel. Ada juga satu kotak susu cair.
Aku segera menuju ke lantai tiga, tempat mang Nurdin tinggal, tempat kostku ini ada tiga lantai dengan fasilitas yang berbeda-beda, dan dengan harga yang berbeda-beda juga .
Kamarku ada di lantai satu, dengan fasilitas AC, kamar mandi dalam, dan lumayan luas.. hanya ada 15 kamar di bagian bawah... termasuk kamar ku dan Betti, dengan harga satu juta rupiah perbulannya.
Lantai dua ada 20 kamar, tapi aku tidak tau bagaimana keadaan kamar kost di lantai ini, karena aku benar-benar tidak punya teman di lantai dua ini, bahkan aku cuma melewatinya saja, kalau aku mau ke kamar kost Mang Nurdin saja.
Kalau lantai tiga ini ada 30 kamar kost , disini hanya ada 10 kamar mandi di luar kamar, dan sempit hanya ada ruang tamu dan kamar saja, dengan harga empat ratus ribu rupiah perbulan nya.
Tak lama aku sudah berdiri di depan pintu kamar nya, pintu ini sedikit terbuka.
Aku mendengar perdebatan kecil antara mang Nurdin dan teh Vera istri mang Nurdin.
" Kumaha pak? makan apa ini? dedek teh sudah nggak makan dari semalem pak. " Teteh Vera menenangkan Agil yang sedari tadi rewel merengek minta makan.
Melihat pemandangan ini, rasanya pipiku seperti tertampar dengan keras. Bagaimana mungkin aku tidak sedih melihat ini. Aku selalu merasa kurang dan tidak pernah bersyukur.
Aku menyeka air mata yang hampir menetes di pipi.
" Sabar atuh Bu, Bapak juga masih usaha, Bapak ngojek juga nggak ada penumpang nya "
menenangkan istri nya
" Urusan perut sudah tidak bisa sabar pak, kalau ibu masih bisa. Tapi bapak lihat anak kita ini. "
Teteh Vera menangis sambil memeluk Agil anak nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments