BAB 5

Sinar matahari sudah menembus tirai kamar yang putih, membangunkan pasangan yang masih terlelap di dalam selimut putih tebal. Mereka terlelap dengan saling berpelukan, wajah mereka terlihat damai. Namun, apa yang terlihat belum tentu sama dengan apa yang dirasakan.

Nita membuka matanya perlahan, mata indahnya kini menjadi sembab dan sedikit bengkak namun tidak mengurangi keindahannya. Dirabanya perut langsing yang terasa sakit karena dipeluk erat dari belakang. Nita mengangkat tangan berotot itu, ia menoleh kebelakang. Ternyata ia benar -benar tidur bersama Rayn. Nita menyibak selimut putih tebal yang membungkus tubuh nya. Matanya terbelalak sesaat kemudian ia meneteskan air mata. Ternyata kejadian semalam adalah nyata bukan mimpi. Kesuciannya sudah direnggut. Nita berlari menuju kamar mandi, ia menutup rapat pintu kamar mandi dan menguncinya.

"Aku kotor...hiks...hiks..." Nita memandangi pantulan tubuhnya di cermin kamar mandi. Terlihat banyak sekali kiss mark di tubuh putihnya.

"Hiks...hiks...Kenapa tidak bisa hilang?" Ucap Nita lirih sambil menggosok-gosok kiss mark yang ada ditubunya. Ia ingin tanda merah itu hilang. Nita menatap lekat-lekat tubuhnya yang sudah ternodai itu.

Praaannggg,

Seketika Rayn terduduk, ia menggosok-gosok matanya sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok yang ia pikirkan akhir-akhir ini. Matanya terbelalak saat melihat Nita tidak ada disebelahnya, Rayn memperhatikan seluruh sudut kamar dan mendapati pintu kamar mandi yang tertutup.

Tok...tok...tok...

"Hey...buka pintunya, apa yang kau lakukan? cepat keluar!" Rayn menggedor pintu kamar mandi dan meneriaki Nita. Ia cemas karena mendengar suara benda terjatuh.

"Bocah ingusan...keluarlah atau aku hancurkan pintu kamar mandi ini." Bukannya membujuk Rayn justru mengancam dan meneriaki Nita. Hening, tidak ada jawaban dari dalam.

"Aku hitung sampai tiga kalau kau tidak keluar, akan kupastikan kamar mandi ini hancur. Satu...Dua..." Rayn bersiap-siap dengan kuda-kudanya.

Ceklek,

Pintu terbuka sebelum hitungan ketiga. Rayn tersenyum simpul dengan menatap dingin lurus ke depan. Nita keluar dengan menutup tubuhnya menggunakan handuk kimono.

"Sudah puas kau, tuan? Kau mendapat kepuasan sedangkan aku? Lihatlah betapa kotornya aku sekarang." Nita memalingkan wajahnya ke arah jendela, Rayn terdiam seribu bahasa.

"Kenapa kau diam saja tuan? Katakan sesuatu...Katakan!" Nita memukul dada bidang Rayn berkali-kali. Rayn paham betul apa kebodohan yang telah ia lakukan. Ia membiarkan Nita memukul dadanya, membiarkan wanita itu meluapkan amarahnya. Nita berhenti memukul dada Rayn, entah karena lelah atau muak.

"Aku akan bersiap-siap, kau cepatlah mandi!" Rayn sudah berlalu meninggalkan Nita yang masih mematung di tempatnya. Nita pasrah akan nasibnya toh Rayn adalah seorang bos besar, dia bisa berbuat apapun semaunya. Nita melangkahkan kakinya ke kamar mandi dengan sejuta penyesalan. Banyak pertanyaan melintas di otaknya. Kehormatannya sebagai seorang wanita sudah hancur lebur. Nita berpikir tidak akan ada pria yang mau menerima wanita yang sudah tidak suci lagi, lantas bagaimana masa depannya. Nita juga harus tetap melanjutkan hidupnya, ia harus tetap bekerja mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk mewujudkan impiannya.

Hampir 30 menit berlalu, Nita mengeringkan badannya menggunakan handuk. Sedangkan Rayn sudah tampan dengan pakaian santainya. Apapun yang ia kenakan akan selalu terlihat pas untuknya. Nita melangkah keluar, ia menoleh ke kanan dan ke kiri mengecek keberadaan Rayn. Ya, Rayn berada di walk-in closet mematut dirinya, memyemprotkan parfum aroma maskulinnya yang harganya selangit. Rayn keluar dari walk-in closet, melongo melihat pemandangan indah dihadapannya.

"Cepat pakai pakaianmu!" Ucap Rayn menunjuk paper bag di atas sofa. Nita mengambil paper bag itu dan memakainya di kamar mandi.

"Dia begitu kejam kepada orang miskin sepertiku ini. Jika aku menuntut pertanggung jawabannya, sepertinya mustahil dia akan bertanggung jawab. Cih...dasar brengsek, pria kejam. " batin Nita saat dia memakai pakaiannya di kamar mandi.

"Dasar brengsek kau tuan. Begitu kau sudah merampas kesucianku, kau langsung pergi semaumu. Apakah semua orang kaya seperti dia, Cih..." Nita mengumpat karena Rayn sudah pergi tanpa jejak.

Flashback On

Tok...tok...tok

"Siapa?" Rayn bergegas membuka handle pintu kamarnya.

"Maaf tuan saya baru kembali. Semalam saya berusaha mencari obat dari resep yang dokter berikan. Tapi, semua apotik sudah tutup dan lagi istri saya menelpon saya, dia demam tuan. Saya mohon maaf karena saya lah Yang menyuruh pegawai itu itu menemani anda." Yoga tidak berani mengangkat kepalanya karena rasa takutnya.

"Beraninya kau...Jika hal ini terulang kembali saya tidak segan-segan membuat mulutmu itu terdiam selamanya." Rayn mengepalkan tangannya mengancam

"Kelihatannya Anda bahagia tuan karena dia menemani anda semalaman"

"Maaf tuan saya tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu lagi."

"Tuan...Tuan Bram menelpon saya tadi pagi. Beliau meminta anda menangani anak perusahaan yang ada di Amerika. Ada sedikit masalah tuan." Sambung Yoga

Shit

"Berapa lama urusan itu akan selesai?"

"Dua sampai tiga hari tuan." jawab Yoga

"Cepat Kita berangkat. Jangan buang waktu lagi." Rayn sudah berjalan di depan, sedangkan Yoga sudah membuntutinya.

"Kau pasti tidak ingin berlama-lama meninggalkan wanitamu itu kan tuan.. hehehe..."

Flashback Off

Nita sudah rapi menggunakan seragam Yang ada di dalam paper bag tadi. Tidak habis pikir, hidupnya berubah dalam semalam saja. Wajah Nita tampak murung, tidak seceria kemarin. Langkah kakinya pun terseret-seret, tidak ada semangat yang terlihat pada Nita. Gadis ceria itu kehilangan sinarnya, kehilangan energi positifnya. Pikirannya hanya dipenuhi kejadian semalam. Ingin rasanya Nita memutar watktu, jika dia bisa memutar waktu dia tidak akan membantu Rayn. Namun, semuanya sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Walaupun Nita menyesal 1000 kali pun, semuanya tidak akan pernah berubah. Dengan langkahnya yang terseret-seret, akhirnya Nita sampai di tempat dimana teman kerjanya juga berada.

"Lo kenapa, Nit? kalau ada masalah cerita dong. Gue nggak bakal ember kok." Tegur Ana yang melihat teman barunya itu murung

"Kamu mah emang nggak ember, Na. Tapi sudah pasti kaya baskom." Nita terkekeh melihat ekspresi Ana

"Awas lo ya Nit, walaupun nih mulut Kaya baskom tetapi lihat body gue yang masih tetep kaya gitar spanyol." Ana melenggak-lenggokkan tubuhnya layaknya seorang model.

"Iya iya deh Ana. Kamu memang cantik."

"Tapi kalau ngelihatnya pake sedotan." Nita terkekeh menyambung kalimatnya.

"Cek.." Ana berdecak menggelengkan kepalanya, mengaku kalah dengan Nita. Tiba-tiba sudut mata Ana sudah menangkap sosok yang terlihat berkacak pinggang di dekat pintu, siapa lagi kalau bukan Melda si senior kejam. Ana dan Nita langsung kalang kabjt menyambar troli, mereka hanya berpikir untuk segera pergi menghindari omelan panjang Melda. Nita tersenyum melihat punggung Ana yang menjauh dan sudah terhalang pintu lift. Nita bersyukur setidaknya ia memiliki seorang teman sekarang.

.............................

Hai readers

Terimakasih sudah membaca novelku ini ya,

Nantikaan episode-episode selanjutnya...

😍

Terpopuler

Comments

Stmdua🍻

Stmdua🍻

gimn nasibnya?

2021-09-21

0

Odelia Amerta

Odelia Amerta

Kasihan kau, Nita 😪

2020-12-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!