Lana menatap Rani, dan membandingkannya dengan Arya, mereka sama-sama cantik. Arya cewek yang cantik, putih, tingginya sama dengan Lana, modis, suka dandan, supel, pintar, dan sombong, tapi setia kawan. Sedangkan Rani, anaknya hitam manis, tinggi dari pada mereka, pintar, feminim, keras kepala, supel dan setia. Lana suka tidak pede kalau berjalan dengan mereka, habis mereka selalu menjadi pusat perhatian para cowok-cowok.
Tanpa terasa sejam setengah sudah mereka les, dan sambil menunggu pacarnya Rani menjemputnya. Mereka ngobrol didepan tempat kursus mereka yang ada rumah makan nya. Mereka tidak pesan makanan, hanya minuman saja sambil melanjutkan obrolan mereka yang terputus tadi.
“Kenapa sih Arya sikapnya gitu akhir-akhir ini ama gue, emang salah gue ke dia apa yah?” tanya Rani heran sambil berpikir.
“Gak ada kok, nurut gue. Perasaan lo aja kali,” menyesap minumannya. “Arya mungkin lagi pusing dengan skirpsinya, lo tahu sendiri Pak Luk itu gimana orangnya. Dosen yang killer, hati-hati dan pelit nilai. Sehingga Arya juga harus lebih mengkonsentrasikan pada skripsinya. Dan tanpa ia sadari, sudah bersikap jutek ama lo.” Sahut Lana diplomatis.
“Gue merasa lo berpihak ama Arya, Lan,” tuduh Rani menyalahkan
“Gue gak berpihak ama siapa-siapa, tadi gue hanya ngomong yang ada dalam pikiran gue aja kok. Lo’nya aja yang sensi, yang punya sifat sensi. Seharusnya kan gue, kok lo nya yang sensi sekarang, Ran,” menatap Rani dengan menyelidik.
“Ngaco lo, gue hanya penasaran, dengan sikap Arya kayak gitu ama gue. Habis gak biasanya,” mengalihkan pandangannya keluar, menghindari tatapan Lana yang menyelidik.
“Benar nih, gak ada yang lo sembunyikan ke gue kan, soal kalian berdua,” tanya Lana tajam.
“Maksud lo?.”
“Mungkin kalian berdua ribut tanpa gue tahu, sehingga Arya bersikap gitu kelo,” sahut Lana cuek sambil mengangkat bahu.
“Yah gak lah, dugaan lo aja yang aneh-aneh,” menoleh ke kanak kiri, pura-pura mencari cowoknya.
“Gue pikir lo benar, Lan. Mungkin Arya lagi stress dengan skripsinya, sehingga gak ada waktu buat kita,” mengalihkan pembicaraan, melihat Lana tersenyum simpul melihatnya mengalihkan pembicaraan.
“Yah, mungkin aja lo benar,” sahut Lana sinis yang langsung mendapat tatapan Rani yang tersinggung.
“Hubungan lo dengan Lian, gimana selanjutnya, Lan. Teman atau temaann…,” goda Rani semangat.
”Untuk sekarang masih tahap teman aja dulu.”
”Teman tapi mesra, gitu kan maksudnya," godanya usil. "Untuk berapa lama?.”
”Gak tahu, sampai gue udah siap untuk mempercayakan hati ini padanya. kan lo tahu sendiri, gue gak mau pacaran lagi, makan hati aja nanti, pacaran lama-lama, gak tahu nya menjaga jodoh orang.”
"Udah siap lo nikah mudah."
"Maksud lo gimana, Ran?"
"Ya, gk mau pacaran, solusinya nikah donk. Nanti ada yang ngajaki nikah sekarang, lo malah kabur lagi."
"Ya, kagak sekarang juga kale," semburnya geram
”Emang Lian setuju dengan keinginan lo itu, Lan,” melirik Lana heran ”Pengelihatan mata gue yang jeli, Lian sayang banget ama lo, Lan,” menangguk sendiri. ”Perhatian lagi, mau antar dan jemput lo hampir setiap hari. Kurang apalagi coba.”
”Kurang jelek, hehe,” geli ngelihat Rani langsung bete. ”Yah, gue udah sering bilang sama Lian. Kalau gue gak mau pacaran, dijawabnya gak masalah. Asal gue gak menjauhinya, yah sudah kalau gitu. Jadi bukan salah gue kan donk,” sambung Lana ketus.
”Itulah masalah lo, Lan. Terlalu takut terluka lagi, dan banyak pikiran. mikir ini lah, itu lah. Ujung-ujungnya gak dapat sama sekali,” Menatap Lana lembut. “Coba deh, buka hati lo itu. Lo hilangkan perasaan trauma lo itu, perasaan itu gak bagus untuk perkembangan mental lo.”
“Tuh, Candra udah jemput,” sambung Lana malas. Mata Rani langsung bersinar, melototi Lana dan memberi peringatan dari matanya bahwa pembicaraan mereka belum selesai. Lana bisa tenang dulu, tapi nanti harus memberi penjelasan yang sebenarnya.
Rani langsung berdiri mendekati cowoknya, beruntung mereka udah membayar minuman mereka tadi. Kalau tidak, bisa marah Bang Fen yang punya rumah makan ini, lagi pula Bang Fen sudah cukup mengenal mereka kok.
“Hi, Lan,” sapa Candra basa-basi
“Hi.. juga. Kok lama banget Can, Rani hampir mengobrak-abrik rumah makan ini, seandainya lo lima menit lagi gak datang,” sahut Lana dengan pura-pura serius sendari menggoda Rani.
“Sialan lo, Lan. Jangan ngefitnah, yah,” serunya pura-pura marah. “Pulang sekarang, Yang. Udah malam,” sambungnya pada Candra.
Candra melihat jam tangannya dan mengangguk, menghidupkan motornya dan menoleh pada Lana. “Lan, kami duluan yah,” pamitnya sopan.
“Iya, Lan. Kita pulang dulu yah, sampai ketemu lusa,” ucap Rani tenang dan tersenyum minta maaf karena pulang buru-buru, padahal Lana selalu menemaninya menunggui jemputan cowoknya.
“Iya deh, ati-ati aja di jalan,” sahut Lana santai.
Mereka mengangguk bertanda duluan, yang dibalas Lana dengan senyuman santai. Lana melihat motor Candra pelan-pelan menuju jalan raya, dan menghembus napas panjang. Emang benar ia sekarang sedang berteman dekat dengan seorang cowok, namanya Lian Atmajaya. Lian itu cowok yang di makcomblangi oleh Arya, sobatnya. Yang merasa mempunyai kewajiban untuk mencari Lana seorang cowok, dan kebetulan ada seorang cowok yang juga sedang mencari cewemk.
Karena kriteria cewek idaman Lian itu ada pada Lana, sehingga Arya mencomblangi mereka. Dan Arya sendiri yakin, pilihannya sekarang, tidak akan membuat Lana kecewa. Pasalnya, setiap mencomblangi Lana, Lian termasuk yang the best antara cowok-cowok yang dicomblanginya dalam segala hal. Padahal sering bilang pada Arya, kalau ia gak tertarik untuk pacar-pacaran lagi. Dasar si Arya emang kepala batu, masih tetap mencarikan seorang cowok padanya. Dan Lana sendiri tidak keberatan akan pilihan Arya, karena menurutnya Lian itu baik banget.
Lana melirik ke kanan dan ke kiri, dilihatnya teman-teman lesnya pada pulang semua. Hanya ia sendirian yang bengong di sini, tidak ada kerjaan aja, pikirnya muram. Langsung menyebrang jalan, dan menunggu bis kota yang jurusan ke-rumahnya.
Tittt....Tiitt... Suara klakson yang mengejutkannya, yang tidak berhenti dari beberapa saat tadi. Lana saat itu sedang menunggu angkot jurusannya, langsung kesal karena suaranya yang sangat berisik. Dengan kesal menoleh ke arah suara itu dan berniat memarahi orang yang membunyikannya. Ketika menoleh ke arah suara itu, Lana terkejut karena orang yang baru di bicarakannya bersama Rani tadi dan sempat dilamuninnya, tiba-tiba muncul di hadapannya sambil cengar cengir.
“Ngapain lo di sini, nyasar yah,” cetus Lana sedikit kesal dan heran
“Gak lah, gue emang sengaja ngejemput my princess,” tersenyum manis dan polos, seolah-olah tidak tahu kalau Lana kesal padanya karena suara klaksonnya yang mengganggunya tadi.
Lana mengerutkan keningnya heran, menoleh kanan kiri. Pura-pura bodoh kalau yang dibicarakan Lian adalah orang lain. Melihat sikap Lana itu membuat Lian gemas dan menyentil hidungnya. “Akww... sakit bego. gak usah sentuh-sentuh, bukan muhrim.” Seru Lana kesal
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Tri Susanti
udah mulai seru nic
2021-07-03
0