Suasana di taman baca saat sore hari begitu sepi tapi juga tak sesepi itu karena Jaeden masih bisa mendengar suara samar anak-anak ekskul dari lapangan seberang.
Jaeden duduk di bangku kayu tasnya tergeletak di samping, dia masih malas untuk pulang. Matanya kosong menatap langit sore itu, pikirannya entah melayang ke mana.
Di tengah itu sebuah suara lembut langsung membuyarkan lamunannya.
Kucing (Ara)
Miaw.
Jaeden menunduk dan langsung melihat seekor kucing kecil berbulu putih dan oranye duduk di bawah bangku. Ekor itu menggoyang-goyang ringan seperti sedang menyapa.
Jaeden tersenyum.
Jaeden
Ara?
Kucing itu naik ke bangku dan langsung menyusup ke dekat pahanya, mendengkur puas saat dielus.
Jaeden tertawa kecil.
Jaeden
Masih inget gue, ya?
Tangannya mengusap lembut kepala Ara.
Kucing (Ara)
Mii~
Jaeden
Sendirian aja? Gue juga.
Jaeden
Gue sendiri gara-gara Yogi sama Wira ada latihan basket.
Jaeden
Harusnya sih sekarang gue sama Marcell tapi si kampret itu entah kabur ke mana.
Jaeden
Kadang gue mikir, kenapa gue bisa betah main sama mereka.
Jaeden
Mereka goblok, kadang nyebelin, gak tau diri juga.
Jaeden
Tapi ya... mereka orang pertama yang ngajak gue ngobrol waktu di sini.
Jaeden
Juga orang yang bisa bikin gue ketawa tanpa mikir.
Ia menggaruk pelan telinga kucing itu.
Jaeden
Lo ngerti gak sih... perasaan kaya gitu?
Kucing (Ara)
Krrr...miaw?
Jaeden
Bahas soal perasaan...
Jaeden
Entah kenapa akhir-akhir ini gue ngerasa ada sesuatu yang aneh sama Tara.
Jaeden
Akhir-akhir ini gue sering mikirin dia.
Jaeden
Anehnya itu bukan hal yang buruk, tapi gue juga gak tau gimana jelasinnya.
Matanya menatap langit yang mulai berwarna oranye. Dan mulai membayangkan sosok Tara yang dia ketahui.
Jaeden
Tara itu... dia unik, entah kenapa dia selalu nutup diri.
Jaeden
Dia selalu pakai jaket abu-abunya, kadang juga dia bakal pakai masker sama kacamata yang gak ada lensanya.
Jaeden
Kenapa dia kaya gitu ya?
Jaeden tersenyum kecil dan mengusap kepala Ara lagi dengan lebih pelan.
Jaeden
Tapi biarpun dia gitu, menurut gue itu gak bisa nutupin kalau dia... cantik... atletis juga.
Jaeden
Apa dia acting kaya nerdy pemalas?
Jaeden
Tapi dia gak bisa sembunyiin kalau fisiknya bagus. Suka keluyuran ke berbagai tempat.
Jaeden
Tapi anehnya orang-orang gak sadar soal itu.
Jaeden
Kalo di tempat banyak orang tuh hawa keberadaan mendadak menipis gitu loh.
Jaeden terdiam sejenak, dia baru sadar kalau dia terlalu banyak bicara padahal dia hanya berbicara dengan kucing yang jelas tidak akan paham dengan apa yang dia katakan.
Dia menghela napas.
Jaeden
Gue bilang apaan sih ke kucing. Kalau Ara bisa ngomong pasti—"
Ketika kepalanya menoleh. Jaeden langsung membeku.
Jaeden
T-Tara?!
Tara berdiri beberapa meter dari bangku, tudung jaketnya seperti biasa menutupi kepala, tapi tidak cukup untuk menutupi wajahnya yang entah harus berekspresi seperti apa. Jika dilihat dari ekspresinya itu, Jaeden tahu.
Comments